Mendengar kabar ini, Pangeran Ketiga jelas-jelas lega. Pasukan garis depan lawan setara dengan dirinya, sedangkan pasukan belakangnya 400.000 lebih banyak. Pertempuran ini sudah pasti dimenangkan.
Wajah Pangeran Kedua dan Ketujuh langsung berubah masam mendengar kabar tersebut, bibir mereka mencibir sambil bergumam pelan.
Memperhatikan hal ini, Pangeran Ketiga dalam hati menyeringai sinis. Dia tahu kedua saudaranya sedang menggerutu mengapa musuh hanya mengerahkan pasukan sedikit seperti itu.
“Marsekal Darren? Sudah sampai di garis depan?” Pangeran Ketiga bertanya.
Asisten komandan segera menjawab: “Yang Mulia Marsekal telah tiba di garis depan untuk memimpin komando.”
Saat Pangeran Ketiga mengangguk puas, Pangeran Ketujuh tiba-tiba berkata: “Kak, Saudara menasihatimu untuk berhati-hati terhadap Marsekal Darren ini.”
Pangeran Kedua juga menyambung: “Benar! Untuk bergabung denganmu, dia bahkan menyerahkan putri bangsawan yang merupakan anak yatim piaraan penyelamatnya sekaligus wanita yang mencintainya dalam-dalam. Orang ini benar-benar tak punya hati! Hati-hati memelihara harimau yang bisa berbalik menerkam!”
Mendengar ini, Pangeran Ketiga terkejut. Penyerahan Putri Bangsawan oleh Darren menjadi alasan utama dirinya menerima mantan saingan cinta ini.
Namun kecurigaan yang mulai muncul di hatinya langsung sirna ketika melihat sorotan mengejek di mata kedua saudaranya. Dia segera menyimpulkan ini adalah strategi adu domba mereka.
Karena, Darren adalah komandan paling brilian di pihak kami. Tanpa komandan yang brilian, pasukan Robot hanyalah sekumpulan bego belaka.
Setelah memikirkan ini semua, pangeran ketiga menyimpan senyum sinis di hati, namun di permukaan ia mengerutkan alis.
Melihat ekspresi pangeran ketiga, pangeran kedua dan ketujuh saling bertukar pandang, sukacita tak tertahan mengembang di hati mereka.
Ketiga pangeran itu tak menyadari, asisten komandan pangeran ketiga yang memperhatikan perubahan raut wajah tuannya, mengedipkan mata sejenak dengan kilatan cahaya yang tersembunyi.
Darren yang mengenakan seragam Marsekal Kekaisaran Elang Perak tampak begitu gagah perkasa.
Para operator komunikasi kapal induk wanita tak kuasa mencuri pandang padanya. Dengan gerak-gerik yang halus, mereka memamerkan pesona di hadapan pria paling berharga Lao Wu di Kekaisaran Elang Perak ini - harapan untuk memasuki kalangan bangsawan dan menikmati kemewahan seumur hidup.
Darren sama sekali tidak memperhatikan para bawahan perempuannya ini, bahkan jika pun menyadarinya, saat ini dia tidak punya suasana hati untuk memerhatikan mereka.
Karena, dia baru saja menerima kabar dari mata-mata yang ditempatkannya di sisi pangeran ketiga.
Secara lahiriah Darren tidak menunjukkan perubahan, namun dalam hati dia mengumpat: "Sialan! Aku sudah mempertaruhkan nyawa untukmu, bahkan memberikan wanita yang kusukai padamu, tapi kau sialan ini malah mencurigaiku hanya karena dua kalimat orang lain! Baik! Jika kau berani memulai, jangan salahkan aku untuk membalas!"
Darren mengambil keputusan ini dengan mudah, karena sejak awal dia tidak pernah setia pada pangeran ketiga. Jika tidak, mana mungkin dia menempatkan mata-mata di sisi Yang Mulia? Kesetiaannya yang sebenarnya hanya untuk dirinya sendiri. Demikan diri sendiri, apa pun bisa dia lakukan - mengkhianati teman, menjual kekasih, apa artinya semua itu?
"Laporan intelijen musuh." Darren berkata pada asisten komandannya.
Darren belum sampai bodoh untuk melancarkan serangan di saat ini. Selain belum cukup mengumpulkan kekuatan, tekanan pasukan musuh di perbatasan saja sudah membuatnya harus fokus menyelesaikan misi yang diamanatkan sang pangeran ketiga.
"Pasukan pendahulu musuh telah memasuki zona XXX. Diprediksi dalam tiga jam, mereka akan memasuki formasi ranjau laut kami." Asisten komandan melaporkan dengan penuh hormat.
Sikap hormat yang ditunjukkan sang asisten komandan benar-benar tulus. Bukan hanya karena Darren adalah atasan langsungnya, tapi juga karena kemampuan, ketegasan, serta wibawa besar yang dimiliki Darren di kalangan tentara manusia Kekaisaran.
"Baik. Kerahkan 50.000 kapal pasukan torpedo dan peluru kendali. Perintahkan mereka untuk mematikan mesin dan siaga setelah memasuki formasi ranjau laut." Darren memberi perintah setelah berpikir sejenak.
Asisten komandan yang sibuk segera meneruskan perintah ini kepada para prajurit komunikasi cantik tersebut. Setelah para prajurit komunikasi cantik itu memasukkan perintah ini ke komputer, pada peta situasi di layar, blok biru yang merepresentasikan Kekaisaran Elang Perak segera terpecah menjadi blok kecil, kemudian melaju cepat ke garis depan, dan akhirnya menghilang dari layar.
Karena Kekaisaran Elang Perak secara masif menggunakan robot dalam pertempuran, mereka tidak perlu menyampaikan perintah seperti metode tradisional sebelumnya. Di bawah komando komandan, pasukan tempur langsung dikendalikan oleh komputer.
Meskipun Kekaisaran Hiu Paus sama-sama menggunakan pasukan robot dalam peperangan, terdapat perbedaan mendasar: Kekaisaran Hiu Paus hanya memberikan satu perintah serangan lalu membiarkan robot menyerang sesuka hati, sementara Kekaisaran Elang Perak mengandalkan serangkaian perintah terstruktur dari komandan untuk mengarahkan pertempuran.
“Perintahkan pasukan garis depan masuk ke mode diam.” Setelah menyelesaikan perintah ini, Darren langsung duduk tegak di kursi komando sambil menutup mata untuk beristirahat.
Waktu berlalu dengan cepat. Berkat laporan intelijen musuh yang terus-menerus dikirim oleh pasukan pengintai garis depan ke kapal induk tempat Darren berada, Darren telah sepenuhnya menguasai status pergerakan dan rute pasukan musuh.
Ketika Darren mendengar laporan asisten komandan bahwa pihak lawan tidak mengirim kapal penyapu ranjau setelah memasuki formasi ranjau laut, bahkan tidak berhenti sama sekali melainkan langsung menembak sambil maju, ia tersenyum tipis: "Meskipun sama-sama alat, tapi seberapa besar fungsi alat ini tetap bergantung pada kemampuan penggunanya."
Sambil tersenyum licik, Darren berkata: "Ranjau lautku ini adalah pelacak panas, kau kira ranjau statis biasa?" Ia kemudian menggerakkan tangan: "Aktifkan ranjau laut dalam radius 10 kilometer di sisi kiri-kanan arah maju musuh! Kapal peluru kendali torpedo, lancarkan serangan! Lakukan aksi bunuh diri setelah serangan selesai!"
Darren tidak menunjukkan rasa iba saat memberikan perintah ini, karena semua kapal peluru kendali torpedo tersebut adalah produk massal yang dikendalikan robot dan bisa diisi ulang kapan saja.
Armada Kekaisaran Hiu Paus setelah mengetahui adanya formasi ranjau laut di depan, komputer menghitung bahwa armada mereka hanya perlu kehilangan sekitar 10.000 kapal perang untuk melewati formasi ini. Mendapatkan hasil ini, komputer yang terbiasa merujuk pola perintah sebelumnya dari Tang Hu langsung memerintahkan armada untuk menembak maju.
Tembakan meriam dari kelompok kapal perang besar ini, meskipun memiliki akurasi tinggi berkat komputer, menghancurkan sebagian besar ranjau laut di jalur depan. Namun banyak ranjau tetap menerobos masuk ke mesin atau lubang meriam kapal-kapal Kekaisaran Hiu Paus dan meledak. Hal ini membuat armada Hiu Paus kehilangan sekitar 10.000 kapal sebelum bertemu musuh, namun juga membuka jalur aman melalui formasi ranjau.
Namun kerugian armada Hiu Paus terus berlanjut, karena kapal torpedo dan peluru kendali yang mematikan mesin dan bersembunyi, setelah menerima perintah langsung membuka semua peluncur dan menembakkan seluruh cadangan amunisi yang tersimpan.
Meskipun Armada Hiu Paus mampu menghancurkan beberapa torpedo-peluru kendali, sekitar 10.000 hingga 20.000 kapal Kekuatan Militer mereka berhasil dihancurkan.
Kemudian, 50.000 kapal torpedo-peluru kendali yang kehabisan amunisi melakukan serangan bunuh diri dengan menabrakan diri, menyebabkan Armada Hiu Paus kehilangan tambahan 30.000 hingga 40.000 kapal.
Walaupun kehilangan hampir 70.000 Kekuatan Militer dalam sekejap, jumlah ini hanyalah luka kecil bagi Armada Hiu Paus yang memiliki total jutaan pasukan.
Darren memanfaatkan momen pertempuran antara Armada Hiu Paus dengan 50.000 kapal torpedo-peluru kendali untuk memerintahkan: "Resimen ke-10 harus segera memasuki formasi ranjau laut! Sekalipun seluruh pasukan binasa, tarik semua armada Kekaisaran Hiu Paus ke dalam formasi ranjau ini!"
Resimen ke-10 yang langsung menerima perintah tersebut - total 100.000 Kekuatan Militer - segera membanjiri formasi ranjau laut dan dengan gigih mengikat Armada Hiu Paus dalam serangan tembakan sengit.
Menyadari arah maju kubu sendiri terhalang, komputer Kekaisaran Hiu Paus secara kebiasaan memerintahkan armada untuk menyerang habis-habisan. Pasukan Hiu Paus di belakang juga mulai mempercepat laju untuk bergabung dalam pertempuran di depan.
Melihat seluruh pasukan musuh telah memasuki formasi ranjau laut, Darren menggemetarkan sudut bibirnya. Ia mengangguk ke arah asisten komandan yang segera memerintahkan prajurit komunikasi: "Ledakkan semua ranjau!"
Di tengah pertempuran, bola-bola cahaya kecil tiba-tiba bermunculan di sekitar kedua belah pihak. Bola-bola cahaya berjumlah besar ini terkumpul dan melalui reaksi berantai berubah menjadi satu bola cahaya raksasa.
Kapal-kapal perang kedua pihak dalam bola cahaya tersebut turut menyumbang energi untuk memperbesar cahaya. Guncangan akibat ledakan terus-menerus menciptakan gelombang suara penghancur dahsyat di zona ini, bahkan menggoyangkan kapal induk Darren yang berada di posisi paling belakang dan seharusnya aman.
Setelah gelombang suara menghilang, kerugian kedua belah pihak segera dihitung.
Kekaisaran Hiu Paus dalam serangan ini kehilangan hampir tiga ratus ribu pasukan depan, ditambah kerugian dari pertempuran dengan Kekaisaran Elang Perak, total kehilangan kekuatan militer mendekati empat ratus ribu.
Kekaisaran Elang Perak tidak mengalami kerugian sebesar itu, hanya kehilangan 50.000 kapal torpedo dan peluru kendali bunuh diri, serta 100.000 pasukan dari Resimen ke-10.
Darren yang menerima data ini tertawa terbahak: "Haha, komputer tetaplah komputer! Hanya dengan sedikit strategi, 400.000 pasukan musuh berhasil dihabisi! Seluruh pasukan dengarkan perintah! Pasukan depan maju sepenuhnya, pasukan belakang mengikuti erat, kita akan bertarung sampai titik darah penghabisan!"
Perintah Darren dengan cepat disebarkan ke semua kapal perang Kekaisaran Elang Perak. Kapal-kapal yang sebelumnya diam di ruang angkasa ini segera menyalakan mesin maksimal dan bergerak menuju musuh.
Meskipun Kekaisaran Hiu Paus dibuat kerepotan oleh ledakan berantai tersebut, komputer kapal yang terprogram dengan cepat merespons dan mengumpulkan formasi segera setelah gelombang kejut berlalu. Jadi ketika kapal perang Kekaisaran Elang Perak menyerang, Kekaisaran Hiu Paus sudah siap siaga dan mulai melancarkan serangan balasan.
Darren mulai menyuruh asistennya menuangkan anggur untuknya. Saat perang memasuki fase pertarungan jarak dekat, segalanya tergantung pada performa kapal perang yang unggul dan latihan intensif prajurit.
Saat ini kedua belah pihak sama-sama menggunakan pasukan robot. Diperkirakan program robot mereka seharusnya setara. Meskipun performa kapal perang Kekaisaran Hiu Paus lebih baik daripada Kekaisaran Elang Perak, secara jumlah pasukan, Kekaisaran Elang Perak memiliki keunggulan dua kali lipat. Keunggulan kuantitatif ini cukup untuk mengimbangi kelebihan teknis lawan.
Pertempuran selanjutnya praktis tidak perlu lagi dikelola langsung oleh Darren, karena akan berubah menjadi saling mengkonsumsi sumber daya kedua pihak hingga salah satu pihak mengalami kehancuran total.
Kapal perang yang dikendalikan Robot, sama sekali tidak memiliki niat menyerah atau mundur. Begitu memasuki medan perang, pilihannya hanya kemenangan total atau kehancuran total. Pertempuran mereka juga tanpa taktik rumit, hasilnya langsung ditentukan dalam pertemuan pertama. Perang seperti ini tidak seperti militer manusia yang bisa berlangsung belasan hari.
Saat Darren tertidur sebentar dan baru saja bangun, perang telah berakhir.
"Satu juta pasukan musuh hancur total! Korps kita tersisa tiga ratus ribu pasukan." Asisten komandan melaporkan hasil ini kepada Darren.
Darren merenggangkan badan sambil berdesah: "Padahal sudah kuhabiskan banyak tenaga untuk menciptakan rasio kekuatan 2:1. Ternyata kerugian masih separah ini. Performa kapal perang Kekaisaran Hiu Paus setidaknya 150% lebih unggul dari kita."
Mendengar ini, asisten komandan tak kuasa bertanya: "Komandan, andai Anda turun langsung memimpin, pasti tersisa lebih dari enam ratus ribu pasukan, bukan seperti sekarang..."
"Belum selesai bicara, asisten komandan langsung ditatap tajam oleh Darren.
Darren mendengus dingin: "Dasar bodoh! Kau pikir menelan 300.000 unit kapal perang tidak akan ketahuan?! Kalau tidak bisa mengambil alih sebanyak itu, bukankah menghabiskannya solusi terbaik?"
Sebagai orang kepercayaan Darren, asisten komandan tentu paham maksudnya, segera menjawab: "Benar, Komandan bijaksana. Hanya sebagai bawahan, membuang 30.000 kekuatan militer dengan sia-sia sungguh disayangkan."
Darren melambaikan tangan: "Lagipula bukan milik kita, tak perlu cemas. Selain itu, jika performaku terlalu menonjol, pasti memicu kecemburuan. Sudah, jangan pikirkan masa lalu. Bagaimana kabar inspektur yang dikirim Pangeran Kedua dan Ketujuh?"
"Maaf Komandan, karena skala pertempuran yang masif, kami sempat lengah. Kedua inspektur dari pangeran tersebut terjebak dalam pertempuran dan telah dihancurkan pasukan musuh," jawab asisten komandan dengan nada sedih.
Darren menggetarkan sudut bibirnya dan berkata dengan kagum, "Mereka adalah pahlawan Kekaisaran Elang Perak kita. Aku akan mengusulkan kepada Yang Mulia untuk memberikan penghargaan besar pada mereka." Tiba-tiba nada suaranya berubah: "Hmm, ambil semua kapal perang milik Pangeran Kedua dan Pangeran Ketujuh."
Asisten komandan bertanya dengan bingung: "Ambil semuanya?"
Wajar dia curiga. Baru saja dikatakan tidak perlu mengambil terlalu banyak, sekarang malah ingin mengambil sisa kapal perang dua pangeran lainnya. Bukankah ini kontradiktif?
Tentu saja, dia tidak berani mengungkapkan pikiran sebenarnya. Yang diucapkannya adalah: "Inspektur yang dikirim Pangeran Ketiga adalah orang Anda. Mengapa tidak sekalian ambil beberapa kapal Pangeran Ketiga? Lagipula, jika semua kapal dua pangeran lainnya hancur total, apakah mereka tidak akan merasa ada yang aneh?"
tertawa: "Jangan terlalu serakah, lagipula aku masih harus membina hubungan baik dengan pangeran ketiga. Sedangkan kedua pangeran itu, mereka tidak akan mempermasalahkannya. Soalnya kapal perang semacam ini bisa mereka produksi hanya dengan menggunakan sedikit waktu dan bahan. Paling-paling hanya sedikit cemas kehilangan uang saja."
"Ngomong-ngomong, kumpulkan bangkai kapal perang, kirim bersama armada itu ke wilayah kekuasaanku untuk diteliti. Aku yakin dengan bangkai ini, para ilmuwan pasti bisa mengungkap rahasia bahan siluman!"
"Siap!" Asisten komandan segera memberikan hormat gerak dan mundur.
Melihat asisten komandan memimpin sekelompok Robot untuk menerima kapal perang, Darren tersenyum tipis.
Selain orang kepercayaan Darren sendiri, tak ada yang tahu bahwa kapal perang di wilayah kekuasaannya telah melebihi 700.000 unit.
Dari 700.000 unit tersebut, hanya 50.000 kapal yang bisa dipamerkan secara terbuka. Sisanya merupakan aset yang bekerja di balik layar.
Bagaimana 650.000 kapal perang ini diperoleh? Bukan dibeli dengan uang, bukan buatan sendiri, melainkan dikumpulkan perlahan dari pertempuran-pertempuran selama ini.
Caranya sederhana. Jika pertempuran menyebabkan kerusakan 100.000 kapal, kami melaporkan kerusakan 102.000 kapal. Proporsi kecil ini tak terdeteksi siapapun. Ditambah dengan menelan 1-2 ribu kapal perang milik dua pangeran lain yang menjadi tawanan setiap pertempuran, puluhan kali akumulasi seperti ini menghasilkan jumlah sebanyak itu.
Tentang kemungkinan ketahuan? Lucu! Komandan dan inspektur semuanya sesama anggota. Dengan memodifikasi program kapal yang ditelan, serta rekaman kapal induk dan kapal yang tersisa, kapal-kapal yang ditelan ini akan tercatat sebagai gugur. Siapa yang bisa melacaknya?
Prajurit dari kapal yang ditelan lebih mudah lagi. Cukup keluarkan perintah untuk membuat mereka menerima sebuah program, seketika seluruh pasukan itu menjadi milik kita sendiri.
“Komandan, pekerjaan telah selesai. Bolehkah kami mengumumkan kabar kemenangan ke Ibu Kota?” Seorang operator komunikasi wanita yang cantik bertanya.
Pekerjaan di sini tentu merujuk pada modifikasi catatan kapal perang. Jika bukan orang kepercayaan Darren, mungkinkah mereka dibawa ke kapal induk oleh Darren?
Darren mengangguk berkata: “Kirimkan ucapan selamat kepada Yang Mulia. Laporkan hasil pertempuran yang telah dimodifikasi.”
“Siap!” Prajurit wanita itu segera mulai menjalankan perintah.
Tiga pangeran bersaudara tidak memantau pertempuran di garis depan, masing-masing sibuk dengan aktivitas kesukaan mereka.
Hal ini terjadi karena pertama, mereka tidak terlalu memahami perang - walau mereka paham pepatah "serahkan perang kepada ahlinya".
Kedua, mereka sadar jika 1.4 juta kekuatan militer di depan kalah, masih bisa mengerahkan 1 juta pasukan cadangan. Kekuatan sebesar ini cukup untuk menghancurkan Armada Paus Pembunuh yang telah terkuras di medan tempur. Dengan keyakinan kemenangan mutlak, wajar mereka bisa bersantai.
“Selamat Yang Mulia, Korps kita meraih kemenangan besar. Baru saja datang ucapan selamat dari garis depan yang menyatakan seluruh penyerbu telah dimusnahkan. Marsekal Darren di garis depan sedang menanti sambungan komunikasi dengan Yang Mulia.” Asisten pribadi pangeran ketiga melapor.
“Oh, menang? Haha, Darren memang hebat! Segera sambungkan!” seru pangeran ketiga gembira. Kebahagiaannya berasal dari keberhasilan mempertahankan wilayah kekuasaannya.
Dua pangeran lainnya meski agak kecewa karena pasukan musuh tidak sempat memasuki wilayah pangeran ketiga, tetap merasa lega dapat menghindari konflik langsung dengan Kekaisaran Hiu Paus. Senyuman pun mengembang di wajah mereka.
Saat saluran komunikasi terbuka, Darren pertama-tama memberikan hormat militer standar, lalu berkata penuh khidmat: “Atas berkah Yang Mulia, hamba berhasil menjalankan tugas. Di bawah sinar kejayaan Yang Mulia, Korps Robot bertempur gagah berani dan telah sepenuhnya menghancurkan pasukan musuh.”
Setelah mengucapkan kalimat itu, Darren kemudian melantunkan serangkaian pujian pribadi untuk Pangeran Ketiga. Tentu saja ini disampaikan dengan sangat halus namun tetap menyenangkan telinga pendengar.
Meski wajah Pangeran Ketiga hanya menampakkan senyuman yang tertahan saat mendengar pujian ini, hatinya sesungguhnya berbunga-bunga.
Pangeran Kedua dan Pangeran Ketujuh yang tak tahan mendengar pujian itu mendengus dingin, lalu serempak bertanya: "Bagaimana kerugian Korps kita?"
Pangeran Ketiga yang sedang menikmati pujian terputus kesenangannya. Meski wajahnya menunjukkan ketidaksenangan, ia tetap mengangguk memberi isyarat pada Darren untuk menjawab.
Dengan ekspresi berduka, Darren segera menjawab: "Hamba ini tidak mumpuni. Kapal perang kami yang tersisa hanya sekitar 150.000 unit."
"1,4 juta melawan 1 juta, hasilnya cuma sisa 150 ribu? Hmm, Adik Ketiga, bawahanmu benar-benar mumpuni!" ejek Pangeran Kedua dengan senyum sinis.
Pangeran Ketujuh pun ikut menyampaikan sindiran sarkastik. Sebenarnya mereka tidak benar-benar peduli pada kerugian pasukan, melainkan sengaja mempermalukan Pangeran Ketiga.
Pangeran Ketiga tentu paham maksud kedua saudaranya. Seharusnya ia membela Darren, namun untuk membuat mereka menyangka dirinya mulai curiga, ia sengaja menunjukkan wajah dingin dan mengumpati Darren dengan keras.
Dalam pandangannya, Darren adalah hamba yang setia. Mengumpatinya beberapa kali takkan menimbulkan perlawanan. Lagipula, bagi seorang pejabat, dimarahi oleh rajanya adalah suatu kehormatan.
Ia tak menyangka bahwa omelan kali ini justru mempercepat tereksposnya rencana licik Darren yang selama ini dipendam dalam kegelapan.
Pangeran Kedua dan Ketujuh menyaksikan adegan itu dengan sukacita. Baru ketika asisten komandan khawatir Darren akan meledak di tempat, mereka mendekati telinga pangeran ketiga dan membisikkan nasihat, akhirnya menghentikan amukan sang pangeran.
“Marsekal Darren, berapa sisa pasukan yang masih Kaisar miliki? Dari 400.000 pasukan yang Kaisar kirim, berapa yang tersisa sekarang? 50.000 atau 30.000? Tenang, Kaisar juga tahu kemampuanmu. Jawablah terus terang, Kaisar tidak akan menghukummu, haha!” Pangeran Kedua tertawa terbahak.
Sementara Pangeran Ketujuh setelah mengajukan pertanyaan yang sama menambahkan: “Beranilah bicara, tidak apa-apa. Kaisar tidak akan menghujanimu habis-habisan seperti kakak ketiga, ahahaha!”
Darren terdiam sejenak, meminta instruksi kepada Pangeran Ketiga yang wajahnya pucat pasi, baru bergumam: “Kapal-kapal perang Yang Mulia berdua mengalami kehancuran total, tidak ada satu pun yang selamat. Para inspektur yang Yang Mulia kirim juga tewas terbawa arus pertempuran.” Usai berkata demikian, ia segera menunduk layaknya orang bersalah.
Dua pangeran yang sedang tertawa itu langsung terdiam membeku, sementara Pangeran Ketiga yang wajahnya pucat tadi justru tertawa terbahak dengan penuh kesombongan.
"Kau... Kau berani memperlakukan pasukan sekutu sebagai abu meriam? Aku... Sang Kaisar akan menembakmu!" Pangeran Kedua menunjuk Darren sambil melompat-lompat mengumpat.
"Kakak kedua, apa maksudmu memperlakukan pasukan sekutu sebagai tembakan meriam? Coba pikir, kalian masing-masing mengirim 400.000 pasukan, aku mengirim 600.000. Sekarang tinggal 150.000 pasukanku. Secara logika, kerugianku 50.000 lebih banyak dari kalian. Mana mungkin ini disebut memakai pasukan kalian sebagai abu meriam?" Pangeran Ketiga segera menyahut.
Kedua pangeran tertegun mendengar ini. Secara data memang begitu, tapi semua tahu kenyataannya berbeda. Pasti Darren sengaja mengorbankan pasukan mereka berdua. Kalau benar tiga korps bersatu, mungkinkah setelah pertempuran hanya satu pihak yang pasukannya bertahan?
Lagi pula, inspektur yang bersembunyi di belakang garis pertahanan bisa mati dalam perang? Bohong macam apa ini! Kami paham betul perilaku anak buah kami sendiri! Jika mereka bisa terbunuh dalam pertempuran, babi betina pun bisa memanjat pohon! Pasti brengsek Darren ini yang melakukan pembunuhan untuk menutupi jejak!
Meski dalam hati Pangeran Ketiga sangat senang, secara lahiriah ia tetap menunjukkan ekspresi serius sambil memarahi Darren. Namun di balik kata-kata tegurannya, diam-diam ia berencana memberikan hadiah beberapa planet kepada Darren. Peristiwa yang mempermalukan kedua saudaranya ini justru menjadi sumber kebahagiaannya.
Darren berpura-pura patuh dengan sikap penurut di depan umum, namun dalam hati ia mencemooh: "Hmph, tiga bego yang saling sikut! Tertawalah, pangeran ketiga! Lihat berapa lama kau bisa tertawa!"
"Baiklah, lupakan itu. Saat ini apa rencana kita? Langsung kirim pasukan untuk menyerang Kekaisaran Hiu Paus, atau cukup pertahankan perbatasan saja?"
Melihat urat leher kedua saudaranya mulai menonjol, Pangeran Ketiga segera mengalihkan topik pembicaraan demi mencegah konfrontasi terbuka.
"Wilayahku sudah tidak punya cadangan pasukan lagi. Kami butuh waktu untuk reorganisasi." kata Pangeran Kedua dengan nada dingin.
Tak mau kalah, Pangeran Ketujuh juga menyatakan bahwa wilayahnya membutuhkan masa pemulihan yang sama.
Pangeran ketiga memahami bahwa setelah menghabiskan jutaan pasukan, ketiga kerajaan tidak menyisakan banyak kekuatan militer di wilayahnya. Meskipun masih ada cadangan satu juta pasukan yang dikumpulkan sebagai pasukan cadangan, namun pasukan sebesar ini adalah hasil gabungan ketiga saudara. Ini bisa dikatakan sebagai pondasi dasar untuk mempertahankan wilayah kekuasaan, sama sekali mustahil untuk dipindahkan.
Selain itu, bahkan jika dirinya bersedia memindahkan pasukan, kedua bajingan itu tidak akan mau. Saat ini kekuatan militer mereka lebih sedikit dibandingkan dirinya.
Menyadari hal ini, pangeran ketiga berkata: "Kalau begitu untuk sementara kita lakukan reorganisasi dan istirahat, fokus pada pembentukan pasukan secara penuh. Namun jika Kekaisaran Hiu Paus kembali menyerang, kami masih membutuhkan bantuan kedua saudara untuk melanjutkan dukungan."
"Tenang saja, bagaimanapun kita adalah saudara sedarah. Hal seperti 'bibir hancur gigi pun kedinginan' kita semua pahami." Pangeran kedua dan ketujuh mengangguk berkata. Namun meski mulut mereka berkata demikian, tidak diketahui apakah hati mereka sepemikiran.
Pangeran Ketiga tentu juga tidak percaya mereka akan datang membantu dirinya lagi di kemudian hari. Meski sedikit khawatir, namun mengingat jutaan pasukan Kekaisaran Hiu Paus telah musnah, sehebat apapun mereka pasti membutuhkan waktu untuk mengumpulkan kembali pasukan. Saat mereka menyerang lagi nanti, kekuatan militernya pasti sudah jauh lebih kuat dibanding sebelumnya.
Memikirkan hal ini, Pangeran Ketiga pun berpisah dengan kedua saudaranya dengan tenang, sambil memindahkan sebagian pasukan yang tersisa untuk bertugas di perbatasan.
Darren yang baru saja diberi hadiah beberapa planet oleh Pangeran Ketiga, mundur dengan wajah penuh syukur.
"Kehancuran total? Jutaan pasukan hilang begitu saja?" Tang Hu yang menerima kabar ini memegang gelas anggur dengan wajah beku, bertanya penuh ketidakpercayaan.
Pelapor yang datang membawa berita itu menjawab dengan penuh hormat: "Benar Tuan, seluruh pasukan kita hancur total, tidak ada satu kapal perang pun yang kembali."
"Brengsek!" Tang Hu menghajar orang itu hingga hancur berkeping-keping, beribu komponen logam berhamburan di lantai.
Tang Hu yang marah sambil berteriak: "Bagaimana mungkin? Pasukan hebatku yang telah ratusan kali bertempur bagaimana mungkin kalah? Kirim pasukan! Pindahkan pasukan besar untuk menghancurkan Kekaisaran Elang Perak! Jika seratus juta tidak cukup, kirim dua juta, tiga juta pasukan! Aku akan menginjak-injak seluruh Kekaisaran Elang Perak!" sambil menghancurkan semua objek di sekitarnya.
Seorang robot yang kakinya hancur diinjak Tang Hu, hanya bagian atas tubuh yang masih bisa bergerak, buru-buru berkata dengan hormat: "Tuan, setelah mengurangi pasukan yang diperlukan untuk penjagaan di berbagai wilayah, pasukan kita saat ini tidak bisa mengumpulkan jutaan pasukan, hanya bisa memindahkan lima ratus ribu pasukan."
Mendengar ini, Tang Hu tertegun sejenak, tapi cepat sadar kembali: "Pindahkan empat ratus ribu pasukan untuk berjaga di perbatasan yang terhubung dengan Kekaisaran Elang Perak. Perintahkan semua robot yang menganggur masuk ke area pertambangan dan pabrik di berbagai wilayah, bekerja 24 jam untuk melebur logam membuat kapal perang dan robot! Produksi energi maksimal, dan segera beli energi dari negara lain. Dalam batas yang tidak menyebabkan kekacauan ekonomi, beli sebanyak mungkin!"
“Siap！”
Robot yang masih bisa bergerak di ruangan itu segera menyebarkan perintah ini.
Area pertambangan Kekaisaran Hiu Paus tidak sepenuhnya dikerjakan oleh robot. Banyak tambang justru digarap oleh mereka yang dianggap orang rendahan karena terlibat kasus pelanggaran.
Kekaisaran Hiu Paus mengklaim ke publik bahwa produksi nasional tidak bergantung pada mineral hasil tambang para pekerja ini. Metode penambangan usang sengaja dipakai sebagai bentuk pendidikan dan pelatihan fisik bagi pelanggar hukum, dengan menyatakan bahwa jumlah orang rendahan yang menerima "pelatihan" ini hanya seperseribu dari total populasi.
Namun menurut statistik populasi terbaru Kekaisaran Hiu Paus, setidaknya ada 2,5 miliar orang yang bekerja sebagai penambang manual.
Di area pertambangan sebuah planet Kekaisaran Hiu Paus, berkumpullah para pekerja tambang berbaju compang-camping dengan wajah kusam dan tubuh kurus menghitam.
Orang-orang ini gemetar ketakutan menatap kepala zona pertambangan di layar, tak seorang pun tahu iblis ini hendak memainkan cara apa lagi untuk menyiksa mereka.
Sang kepala zona tidak banyak bicara seperti biasanya, langsung berkata: "Mulai sekarang, kalian semua masuk ke bengkel untuk melakukan operasi peleburan!" lalu mengabaikan mereka.
Mendengar ini, para penambang terpaku. Padahal operasi peleburan hanya perlu menekan tombol dan memeriksa kualitas, dibandingkan sekarang seperti surga! Apakah pendengaran mereka bermasalah?
Saat para penambang saling bertanya-tanya, para penjaga zona sudah menggiring mereka kembali ke tempat tinggal.
Ketika kembali, banyak penambang melihat robot logam yang telanjang bulat dalam jumlah masif, mengendarai berbagai mesin penambang canggih memasuki area tambang.
Rupanya tugas penambangan telah diambil alih mesin-mesin ini. Meski berpikir hari-hari bahagia ini takkan lama, tak seorang pun berani yakin.
Tentu saja, di tengah kerumunan yang bergerak, tak seorang pun menyadari bahwa di antara para penambang yang banyak itu terdapat beberapa orang dengan ekspresi sangat waspada. Mereka sama sekali tidak terlihat seperti pekerja tambang yang lelah setelah bekerja berhari-hari, dengan mata tajam yang fokus mengamati situasi area tambang ini.
Kekaisaran Elang Perak sempat panik sebanyak setelah mendeteksi pemindahan pasukan oleh Kekaisaran Hiu Paus. Namun setelah melihat hanya 400 ribu pasukan yang ditugaskan di perbatasan, mereka menyadari musuh menghadapi kesulitan yang sama dengan mereka.
Setelah lega, Kekaisaran Elang Perak juga meningkatkan intensitas penambangan, peleburan, dan produksi.
Kedua negara yang sebelumnya dilanda perang tiba-tiba berdamai. Namun rakyat kedua negara yang menikmati kedamaian langka ini tahu betul bahwa kondisi damai saat ini hanyalah gencatan senjata sementara.
Pertempuran besar pertama antara Kekaisaran Elang Perak dan Kekaisaran Hiu Paus, meskipun tidak memiliki makna khusus atau signifikansi strategis, tetap menjadi perhatian negara-negara sekitar dan negara lain yang memiliki agenda tertentu.
Mereka menemukan bahwa Kekaisaran Hiu Paus yang semena-mena, meski memiliki performa kapal perang yang luar biasa dan fungsi siluman, tetap kalah dari kapal biasa Kekaisaran Elang Perak.
Di mata orang-orang ini, meski Kekaisaran Elang Perak menggunakan strategi di awal dengan melancarkan serangan mendadak ke Kekaisaran Hiu Paus, mereka yakin kemenangan akhir tetap karena penggunaan resimen robot yang jumlahnya melebihi milik lawan.
Masuk akal, seandainya menggunakan prajurit manusia alih-alih resimen robot, menghadapi taktik bunuh diri kejam musuh ini, mungkin sudah runtuh dan kabur sejak lama.
Perang antara Kekaisaran Elang Perak dan Hiu Paus memberi persepsi baru bagi negara-negara sekitar: resimen robot hanya bisa dihadapi oleh resimen robot.
Atas dasar pemikiran ini, para pemimpin negara yang semula ragu menggunakan resimen robot secara penuh, akhirnya bertekad mengembangkan pasukan robot dalam skala besar.
Menyadari situasi ini, para konglomerat kaya raya yang penuh ambisi mulai bergerak. Mereka telah menyadari bahwa perang yang sebelumnya membutuhkan pengorbanan nyawa dan darah panas, kini berubah menjadi permainan yang sepenuhnya ditentukan oleh siapa yang memiliki lebih banyak uang dan persediaan.
Dengan kekayaan yang tak terhitung, mereka mulai bersiap untuk ikut bermain dalam permainan ini.
