Setelah kekacauan di sistem pertahanan udara yang membuat personelnya berhamburan seperti ayam ketakutan, akhirnya mereka berhasil memodifikasi sistem kendali tembak dengan teleskop elektronik. Tapi saat itu, lima kapal perang Tang Long sudah keluar dari jangkauan tembakan pertahanan planet.
Tak lama setelah meninggalkan planet, alarm radar tiba-tiba berbunyi nyaring. Melihat jumlah kapal musuh di depan yang ditampilkan radar, Tang Long langsung berteriak: "Aktifkan sistem pelarian!"
Mendengar ini, Tang Zhong dan yang lain tertegun, sedangkan si Gemuk membelalakkan mata sambil bergumam pelan: "Sistem pelarian? Masak ada sistem kayak gitu?"
Prajurit Tang Long tidak banyak ragu, segera menekan tombol hijau.
Setelah tombol ini ditekan, Tang Zhong dan yang lain hanya mendengar suara "kraak, kraak" seperti gesekan logam yang bergerak di kapal perang, lalu merasakan lebar kapal tampak menyempit sedikit dan panjangnya memendek, selain itu tidak ada hal aneh lainnya.
Meski tidak bisa menyerang kapal perang Tang Long, pasukan pertahanan udara Negara Dewa yang mengawasi melalui teleskop elektronik tetap terpaku menatap layar.
Mereka menyaksikan lima kapal berdesain anggun itu menyusut - tubuh indahnya menjadi lebih ramping, haluan yang semula runcing seperti pisau belati kini mengerucut dan panjangnya ikut memendek.
Yang paling mengejutkan adalah nozzle semburan di bagian buritan kapal, tiba-tiba berubah menjadi susunan satu di tengah, empat di dalam, dan delapan di luar - total tiga belas nozzle semburan. Setelah nozzle-nozzle ini muncul dan memancarkan kilatan cahaya, kapal-kapal perang itu langsung melesat dengan cepat dan menghilang dari layar elektronik.
"Sial! Kenapa pasukan musuh juga punya teknologi siluman?" Komandan Kapal Perang Negara Dewa yang dikirim untuk menumpas Tang Long berteriak kaget sambil menatap titik merah yang tiba-tiba lenyap dari radar.
Wajar saja dia panik seperti ini. Perintah untuk menumpas Tang Long datang langsung dari Dewa tertinggi Negara Dewa - ini adalah kehormatan besar. Tapi kalau gagal melaksanakan, nyawanya sendiri akan menjadi terdakwa sepanjang masa.
"Cepat! Perintahkan garda depan untuk mengaktifkan sistem pengamatan elektronik! Kirim gambar pasukan musuh ke seluruh pasukan!" Tiba-tiba teringat akan fasilitas ini di kapalnya, sang komandan segera membentak perintah.
Di tengah kesibukan kacau-balau pasukan garda depan, rekaman formasi depan akhirnya muncul di kapal induk komandan.
Melihat rekaman tersebut, semua orang di kapal induk terdiam membeku. Puluhan ribu kapal perang garda depan berputar-putar seperti lalat tak berkepala, mengacaukan seluruh faksi garda depan.
"Apa yang terjadi? Mengapa mereka kacau? Di mana musuhnya?" Komandan menengok ke segala arah, tapi sama sekali tidak menemukan jejak lawan.
Prajurit yang bertanggung jawab mengoperasikan komputer segera menyesuaikan sistem setelah mendengar perintah Komandan. Beberapa saat kemudian, barulah sang komandan melihat gambar kapal perang putih muncul di layar.
Kapal perang ini terlihat sangat aneh, berbentuk seperti batang kerucut super ramping yang bergerak lincah dan cepat di antara kelompok kapal perang yang rapat dan padat.
Tidak tahu program apa yang dipasang di komputer kapal itu, bahkan bisa melewati dengan sangat dekat badan kapal perang kita. Tidak perlu dikatakan personel di kapal kita sendiri, bahkan kita yang hanya menyaksikan saja merasa berkeringat dingin. Tidak heran formasi kapal kita menjadi kacau dan panik.
"Bisa mengarahkan senjata?" tanya Komandan kepada bawahan.
"Kecepatan musuh terlalu tinggi, dan arah geraknya tidak terpola, tidak bisa diarahkan," jawab Prajurit segera.
Melihat kapal perang musuh yang terus berganti-ganti di layar, Komandan juga paham bahwa kemampuan komputasi komputer kapal kita tidak sebanding dengan musuh. Jika tidak, tidak perlu sesering ini mengganti layar hanya untuk mengawasi jejak musuh.
Tampaknya misi yang diberikan Dewa kali ini tidak bisa diselesaikan, komandan menghela nafas dalam hati, namun ekspresi wajahnya tetap menunjukkan keteguhan hati. Dengan suara tegas ia memerintahkan: "Segera laporkan rekaman ini, minta persetujuan untuk memberlakukan keadaan darurat di semua zona, aktifkan semua titik blokade, perbatasan harus siaga penuh! Begitu target terkunci, abaikan apapun dan langsung menembak!"
Asisten komandan sempat tertegun sejenak. Karena jika permintaan ini disetujui, maka kapal perang musuh akan diserang di manapun mereka berada - bahkan jika mereka ada di Ibu Kota sekalipun. Sistem akan menembak tanpa peduli keamanan Ibu Kota selama target sudah terkunci.
"Sepertinya permintaan ini tidak akan disetujui ya?" Pikir asisten komandan dalam hati. Meski begitu, ia tetap patuh menjalankan perintah.
Persis saat asisten komandan mengirimkan permintaan tersebut, awak radar tiba-tiba berteriak: "Komandan! Kecepatan kapal musuh melambat! Kita bisa mengunci target sekarang!"
Ekspresi komandan yang sebelumnya dingin tiba-tiba berubah sumringah. Dengan suara lantang ia berseru: "Serang! Serang sekarang! Hancurkan mereka sampai ke akar-akarnya!"
"Mendengar ini, awak radar menelan ludah. Karena radar menunjukkan kapal-kapal musuh itu sudah keluar dari jarak tembak efektif semua kapal perang kita. Tapi dia tidak berani bersuara. Melihat ekspresi fanatik sang Komandan, jika dia mengatakannya pasti akan dihabisi."
Kapal-kapal perang Negara Dewa yang sedang kacau itu kini menemukan jejak kapal perang Tang Long. Kapal-kapal ini memang layak disebut pasukan elit Negara Dewa. Mereka berhasil memulihkan diri dari kekacauan dalam waktu singkat, lalu dengan cepat mengorganisir formasi dan menerjang kapal perang Tang Long.
"Kenapa berhenti? Tadi kecepatannya benar-benar asyik!" Si Gemuk bertanya penasaran.
Orang-orang di sekelilingnya masih terengah-engah ketakutan. Tadi benar-benar mengerikan. Kapal itu bisa memasuki status kecepatan sub-cahaya saat bergerak di ruang normal, bahkan mempertahankan kecepatan itu saat bermanuver di antara kelompok kapal perang. Lebih gesit dari pesawat tempur! Benar-benar heran bagaimana kapal itu tidak bubar.
“Tidak ada cara, setelah navigasi kecepatan tinggi selama beberapa waktu, perlu waktu pendinginan satu jam. Kalau tidak, mesin bisa meledak karena kepanasan.” Tang Long tersenyum santai.
Tapi tak ada yang tahu jantungnya sedang berdegup kencang: "Sialan, hampir saja jantungku copot! Navigasi kecepatan tinggi ini jauh lebih cepat dari pesawat tempur. Untung aku tidak sombong melakukan kendali manual, kalau tidak pasti tidak bisa melakukan gerakan penghindaran sebanyak ini dengan sempurna. Entah bagaimana kakak mereka meneliti, sampai bisa membuat kapal perang bermanuver begitu lincah."
Wajar Tang Long bereaksi seperti ini. Dia tidak menyangka sistem kabur kapal perang ini begitu mengerikan. Saat navigasi kecepatan tinggi tadi, dia duduk tepat di tengah - sensasi yang mendebarkan jauh lebih kuat dibandingkan orang-orang di sekitarnya.
Jika sendirian, Tang Long pasti tidak akan melepas kendali manual kapal perang ini. Tapi saat ini kapal perang dipenuhi keluarga dan kerabatnya sendiri, dia tidak berani mengambil risiko ini.
Begitulah, lima kapal perang Tang Long melakukan pelayaran kecepatan super selama beberapa waktu, kemudian melanjutkan pelayaran normal selama satu jam. Saat pasukan musuh mengira bisa mengejar, mereka kembali melakukan pelayaran super sehingga musuh tidak bisa mengejar sama sekali.
Seiring jarak yang semakin menjauh dari pasukan musuh, teleskop musuh semakin sulit melacak jejak kapal perang Tang Long. Akhirnya, mereka kehilangan jejak Tang Long sepenuhnya. Tak perlu diragukan lagi, kapal perang Tang Long telah melakukan lompatan ruang di lokasi yang aman.
Menyadari kegagalan misi, Negara Dewa terpaksa menghentikan pengejaran dan mencabut status pengawasan di berbagai wilayah.
Saat Tang Long meloloskan diri dari Negara Dewa menuju Dinasti Tang, di ruang angkasa gelap gulita dekat perbatasan Dinasti Tang, terkumpul diam-diam lebih dari 30 juta kapal perang. Seluruh badan kapal-kapal ini berwarna hitam legam dengan desain yang menyerupai kapal perang Paus Putih. Yang paling aneh, tidak ada cat yang disemprotkan pada lambung kapal-kapal ini.
Dengan kata lain, kapal-kapal perang ini tidak memiliki bendera atau nomor registrasi apapun termasuk bajak laut. Di alam semesta, pesawat antariksa seperti ini disebut kapal hantu, yang berarti niat jahat. Siapapun berhak menangkap atau menghancurkan pesawat semacam ini.
Tentu saja, tidak ada orang bodoh yang akan mengajukan protes terhadap armada hantu yang berjumlah besar ini.
Di dalam kapal induk yang berada di pusat armada ini, tiga tokoh terkenal dari Kekaisaran Malam sedang duduk melingkar di kamar tidur komandan - mereka adalah tiga laksamana besar Harimau, Macan Tutul, dan Serigala. Ini adalah kapal induk Laksamana Harimau.
Ao Han, Laksamana Harimau yang menjadi pemimpin trio ini, berbicara: "Sekarang kita telah tiba di perbatasan Dinasti Tang. Mari bahas strategi untuk Perang ini." Berbeda dengan sikap gegabahnya di istana Kekaisaran Malam, sang laksamana kini memancarkan aura perencanaan matang layaknya strategi ulung.
“Kakak, menurut adik, dalam situasi saat ini di mana sebagian besar kekuatan militer Dinasti Tang telah dipindahkan, kita harus memisahkan pasukan menjadi tiga rute untuk menyerang tiga lokasi ini secara bersamaan. Dengan memotong Dinasti Tang menjadi tiga bagian, kemudian kita memusatkan kekuatan masing-masing untuk melakukan operasi pembersihan, menggunakan kecepatan tertinggi untuk meraih kemenangan menyeluruh.” Laksamana Serigala Shelis menunjuk peta galaksi sederhana Dinasti Tang di layar virtual sambil berkata.
Laksamana Harimau menunjuk area kiri di peta galaksi: "Hm, solusi ini bagus. Wilayah sebelah kiri ini menjadi tanggung jawab Aynbatt."
Laksamana Macan Aynbatt mengangguk mendengarnya. Wilayah bintang tersebut mencakup Galaksi Tanpa Kekacauan yang merupakan posisi inti Dinasti Tang, namun juga merupakan kampung halaman Aynbatt. Tugas ini paling tepat diberikan kepada dirinya yang berasal dari Galaksi Tanpa Kekacauan.
"Baik, maka wilayah kanan akan saya tangani sendiri, sedangkan bagian tengah menjadi tanggung jawab Kakak." Laksamana Serigala segera menyambar.
Laksamana Harimau mengangguk mengakui pembagian ini. Sebagai pemimpin tertinggi, memang menjadi kewajibannya untuk bertanggung jawab di tengah sebagai cadangan.
"Setelah ketiganya selesai berdiskusi urusan militer, masing-masing menggunakan komunikator untuk mengeluarkan perintah kepada bawahan. Mereka sama sekali tidak perlu turun tangan langsung mengorganisir persiapan pra-perang. Kalau begitu, untuk apa bawahan kita selama ini?"
Sambil menunggu pemberitahuan dari bawahan yang telah menyelesaikan tugas, ketiganya mulai minum sambil mengobrol. Laksamana Serigala bertanya, "Kakak, mengapa Yang Mulia memerintahkan kita menghapus semua nomor registrasi dan bendera? Apakah serangan tiga laksamana besar terhadap Dinasti Tang ini akan menyebabkan kekacauan di alam semesta sehingga perlu menyamarkan identitas seperti ini?"
"Tidak begitu jelas. Tapi pasti ada alasan Yang Mulia memerintahkan demikian. Kita cukup patuh menjalankan perintah tanpa perlu banyak spekulasi," kata Laksamana Harimau sambil menggoyang-goyangkan gelas anggurnya.
"Hei, Kakak! Ini kan kapal indukmu, dan hanya kita bertiga di sini. Masih ada hal yang tak bisa diucapkan? Jangan berbelit-belit! Apa Kakak khawatir kita tidak bisa memenangkan pertempuran ini?" protes Laksamana Serigala dengan nada kesal.
Laksamana Harimau merenung sejenak, lalu mengangguk dan berkata: "Baiklah, bagaimanapun kita bertiga adalah orang yang satu perahu, semua hal bisa dibicarakan." Saat mengucapkan ini, Laksamana Harimau secara refleks mengawasi sekeliling, sementara Laksamana Serigala dan Laksamana Macan pun dengan penuh pengertian mendekatkan kepala mereka.
Laksamana Harimau kemudian menurunkan suaranya: "Atasan kita punya niat tidak setia."
"Apa? Mustahil!" Ekspresi terkejut dan tidak percaya terpancar dari wajah Laksamana Serigala dan Laksamana Macan.
"Awalnya aku juga tidak percaya. Bagaimanapun, begitu pangeran menduduki posisi Komandan Resimen I Kerajaan, itu sama dengan menjadi kaisar berikutnya. Ini sudah pasti." Laksamana Harimau tersenyum getir.
"Mengapa komandan melakukan ini?" Laksamana Serigala bertanya dengan curiga.
Wajar dia curiga. Seharusnya posisi itu sudah pasti miliknya. Mengapa masih harus diperebutkan? Tidakkah dia takut memicu kemarahan Yang Mulia, hingga posisi komandan resimennya disita?
"Dia tidak sabar menunggu. Bagaimanapun, saat ini Yang Mulia masih dalam puncak kejayaan, bisa memerintah puluhan tahun lagi. Komandan kita tidak punya kesabaran untuk menunggu selama beberapa dekade." Laksamana Macan yang segera tersadar menghela napas.
Dia paling membenci urusan memperebutkan kekuasaan dan keuntungan ini, tapi tidak bisa menghindar. Setelah jeda sebentar, dia bertanya: "Ada bukti?"
"Bagaimana mungkin ada bukti? Aku hanya menyadari pasukan pengawal istana semuanya sudah menjadi orangnya Komandan." Laksamana Harimau menggelengkan kepala.
"Yang Mulia pasti tahu, kan?" Laksamana Serigala berhati-hati bertanya.
"Mustahil Yang Mulia tidak tahu pengawal pribadinya bergabung dengan putra mereka. Ingat, Yang Mulia sendiri dulunya melewati jalan seperti ini." Laksamana Macan berbisik pelan.
Laksamana Harimau mengangguk dengan ekspresi serius: "Benar. Ini sudah menjadi kebiasaan keluarga kerajaan An Ye. Kita sebagai hamba sebaiknya jangan ikut campur."
“Terutama adik perempuan, kau jangan ikut campur. Salah satu langkah bisa menghancurkan keluarga dan memusnahkan marga. Meski langkahmu benar, setelahnya mungkin 'busur disimpan saat burung habis, anjing dimasak saat kelinci mati'. Jadi harus sangat berhati-hati.”
Laksamana Serigala mendengar ini, wajahnya memerah dan pucat bergantian. Setelah lama mengatupkan gigi, akhirnya mengangguk menunjukkan pemahaman akan perkataan Laksamana Harimau.
Saat ketiganya diam, tiga komunikasi muncul serentak: "Laksamana, seluruh pasukan sudah siap, bisa berangkat kapan saja!"
Ketiganya segera berdiri, saling memberi hormat militer, lalu berkata: "Semoga kemenangan mutlak!" sebelum kembali ke ruang komando masing-masing.
Dengan perintah yang dikeluarkan, armada kapal perang megah ini melakukan pembagian tiga kelompok, membentuk formasi, lalu bergerak cepat menuju posisi yang telah ditetapkan Dinasti Tang.
Sebuah kapal pengawas patroli di perbatasan Dinasti Tang sedang melayang-layang santai di wilayah galaksi ini. Dua prajurit di dalam kapal pengawas itu sedang mengobrol bosan.
“Sialan, benar-benar membosankan. Setelah pensiun, aku pasti akan membeli pesawat antariksa untuk berdagang. Melihat kapal-kapal kargo itu pulang-pergi dengan muatan penuh, aku iri sampai mati.” Seorang prajurit berkata.
“Hei, kapal kargo apa istimewanya? Yang hebat itu kontrak planet. Saat Kementerian Perdagangan pertama kali mengumumkan, semua orang mengabaikannya. Hanya paman sepupuku yang ambisius itu yang meminjam uang ke mana-mana, bahkan menjual rumah tua, mengumpulkan modal untuk mengajukan aplikasi. Dan benar-benar mendapat satu planet tandus! Mereka menitipkan anak-anak ke kerabat, lalu pergi dengan kapal tua menuju planet itu. Seluruh keluarga bilang pamanku gila.”
“Wah, dapat planet? Itu pasti sangat kaya! Apa yang ditemukan di planet pamanmu?”
“Benar! Dulu semua orang mengira planet tandus berarti tak ada apa-apa. Tapi 'tak ada apa-apa' itu bagi sebuah negara. Bagi perorangan atau perusahaan, justru ada segalanya!
“Planet paman sepupuku tidak hanya menemukan beberapa jenis mineral langka, tapi juga Tinta Kristal yang sangat berharga. Meski produksinya tidak tinggi, cukup untuk penambangan pribadi selama sekitar sepuluh tahun.”
“Sial! Tinta Kristal? Sepuluh tahun! Berarti pamanmu itu kaya raya dong?”
“Tentu saja! Keluargaku dekat dengan pamanku itu. Dulu kami meminjamkan 100.000 yuan padanya - pinjaman terbesar dari semua kerabat. Baru-baru ini, dia mengembalikan 100 juta yuan plus kapal kargo mewah untuk keluarga kami.”
“100 juta? Sial! Lalu kenapa kau masih jadi tentara?”
“Sial! Ini terjadi setelah aku masuk militer! Lagipula kau pikir bisa seenaknya keluar dari dinas militer? Melanggar protokol perekrutan, sekaya apapun tetap akan dihabisi!”
“Hei, setelah pensiun nanti aku juga mau mengajukan planet. Planet sampah pun bisa jadi harta karun!”
“Betul! Asal dapat planet pasti untung. Bahkan planet yang belum stabil pun bisa dipakai memproduksi energi untuk dijual, tidak mungkin rugi. Ingat, kita mantan tentara punya hak prioritas pemilihan - dijamin pasti dapat!”
Keduanya basa-basi beberapa kalimat lalu mengalihkan topik.
"Aku bilang Saudara, kenapa militer tidak menggeser garis peringatan ke luar? Di wilayah galaksi ini, tak ada negara yang berani melawan Dinasti Tang kita. Daerah-daerah ini kalau tidak diduduki ya sia-sia."
"Heh, tidak semudah itu. Kalau benar seperti katamu, Dinasti Tang kita sudah lama menyatukan alam semesta. Saat itu tak ada perbatasan, kami pun tidak perlu selalu cemas seperti ini."
"Oh? Lalu alasan sebenarnya apa? Kita sudah berpatroli lama di sini, tapi tak pernah melihat satu pun kapal musuh."
"Ah, ini karena kekuatan militer Dinasti Tang tidak memadai. Sama sekali tidak ada pasukan yang cukup untuk menduduki planet. Bahkan jika lawan tidak bertahan, kita pun tidak tertarik menyerang."
"Tidak mungkin! Baru-baru ini militer mengeluarkan perintah wajib militer untuk 300 juta orang. Tidak mungkin 300 juta orang itu semuanya jadi pasukan darat atau masuk pasukan patroli seperti kita kan?"
“Kau ini rekrutan baru ya? 300 juta orang ini cuma baru direkrut beberapa hari lalu. Latihan fisik saja belum selesai, bahkan kalau fisik sudah siap, kau pikir kapal perang bisa langsung dikendarai? 300 juta orang itu harus latihan setidaknya setahun sebelum punya pondasi dasar kemampuan tempur.”
“Hehe, kau kurang update nih. Mereka selain latihan fisik juga melakukan pelatihan hologram. Jangan bilang kau belum pernah main game ‘Perang’! Siapa pun yang pernah main pasti sudah punya kemampuan awak kapal perang.”
“Beneran? Tapi jumlah kapal perang kita kan tidak banyak. Katanya cuma sekitar sepuluh ribu kapal.”
“Hehe, jangan percaya kabar bohong yang menipu rakyat biasa. Mustahil Dinasti Tang yang kuat cuma punya segitu. Pasti banyak yang disembunyikan.”
“Haha, kalau begitu kenapa kita tidak langsung menduduki wilayah sekitar? Ini bertentangan dengan omonganmu tadi.”
“Aku...”
"Hei-hei, ini yang tidak kamu ketahui. Biar kujelaskan, para rekrut itu selain latihan fisik juga menjalani pelatihan holografik. Jangan bilang kamu belum pernah main game 'Perang'! Siapa pun yang pernah memainkannya pasti punya kemampuan awak kapal perang walau seadanya."
"Benarkah? Tapi meski begitu, jumlah armada kita tidak banyak. Katanya cuma sekitar 10 juta kapal."
"Jangan percaya berita bohong untuk rakyat itu! Mustahil Dinasti Tang yang perkasa cuma punya 10 juta kapal perang. Pasti masih banyak yang disembunyikan."
"Ha! Kalau begitu kenapa Dinasti Tang tidak langsung mencaplok wilayah sekitarnya? Ini bertentangan dengan omonganmu tadi."
"Aku..."
"Pasukan musuh menyerang tiga posisi kami dalam tiga jalur terpisah. Setiap jalur memiliki lebih dari 10 juta pasukan. Dari tanda-tanda yang ada, mereka ingin membagi negara kita menjadi tiga bagian sehingga Korps kita kesulitan mengkoordinasikan kepala dan ekor." Perwira jaga segera melapor. Layar menampilkan rekaman dari berbagai pos pengawasan.
"Sialan, semua kapal perang hantu tanpa nomor registrasi dan bendera! Kekuatan musuh mana yang berani mengeluarkan sumber daya sebanyak ini?" Mayjen bergumam sambil melihat rekaman di layar, kemudian memerintahkan: "Perintahkan semua planet masuk kondisi persiapan perang! Seluruh Armada masuk kondisi perang! Aku akan segera meminta perintah mobilisasi total kepada Nona."
Meskipun Mayjen ini merupakan perwira berpangkat tertinggi di wilayah Dinasti Tang saat ini, namun wewenang untuk mengerahkan seluruh Armada dan mengeluarkan perintah mobilisasi total tidak dimilikinya. Saat ini, kekuasaan tersebut hanya dimiliki oleh Xing Ling yang sedang mengerjakan keterampilan menjahit wanita kuno di dalam istana.
Tepat ketika Mayjen itu hendak pergi, penjaga di pintu masuk sudah berteriak: "Nona datang!" Seluruh personel markas komando segera berdiri memberi hormat gerak.
Xing Ling yang mengenakan pakaian sipil masuk dengan ekspresi cemas, sambil membalas hormat ia menanyakan situasi. Setelah Mayjen memberikan penjelasan, tanpa bicara ia segera menekan tombol darurat.
Begitu tombol ini ditekan, seluruh planet di Dinasti Tang bergema dengan bunyi alarm. Suara komputer terdengar di seluruh wilayah: "Ini adalah alarm satu tingkat! Semua rakyat biasa segera masuk ke tempat perlindungan! Semua personel cadangan segera lapor ke Distrik Militer terdekat!"
Rakyat Dinasti Tang yang sedang sibuk tertegun mendengar bunyi alarm. Begitu mendengar peringatan dan melihat fasilitas pertahanan udara di berbagai wilayah bermunculan serta pintu perlindungan terbuka, mereka segera memahami. Segera melepaskan pekerjaan dan bergegas ke tempat perlindungan.
Meski masuk secara teratur, rakyat tak bisa menahan desas-desus. Alarm satu tingkat belum pernah diaktifkan sejak sistem ini dibuat. Bagaimana tidak - ini diaktifkan serentak di seluruh planet wilayah Dinasti Tang! Belum lagi kerugian ekonominya yang tak terhitung. Mustahil menggunakan alarm satu tingkat untuk latihan biasa.
Artinya, telah terjadi hal invasi besar-besaran pasukan musuh, dan pasukan musuh ini begitu besar hingga Korps Tang tidak mampu menghalau mereka di perbatasan, terpaksa bertempur di wilayah inti.
Hanya saja Dinasti Tang begitu luas, meskipun ada invasi pasukan musuh, tidak perlu seluruh Dinasti Tang masuk ke alarm satu tingkat? Apakah pasukan musuh sudah mengelilingi seluruh Dinasti Tang? Atau pasukan musuh mampu membahayakan apapun wilayah di Dinasti Tang?
Namun Rakyat tidak panik, dalam hati mereka, pasukan yang dipimpin Tang Long tak terkalahkan. Selama Tang Long ada, tak ada yang bisa mengalahkan Tang Long.
Berbeda dengan Rakyat yang ramai berdiskusi, orang-orang dengan status cadangan diam-diam berkumpul di titik kumpulan setiap zona, lalu naik ke pesawat militer yang akan mengangkut mereka ke tempat-tempat yang membutuhkan.
Entah karena tingkat disiplin rakyat Tang yang tinggi atau kemampuan alokasi komputer pusat Dinasti Tang yang luar biasa, yang pasti dalam waktu singkat semua planet menjadi sunyi senyap. Kecuali pesawat militer dan kapal transport yang mengangkut personel dan persediaan ke berbagai daerah, tidak ada aktivitas pesawat maupun pejalan kaki sama sekali.
Selain pesawat yang mengangkut personel cadangan, departemen logistik menjadi yang paling sibuk. Mereka membuka gudang-gudang persediaan di berbagai lokasi, memerintahkan robot menggunakan alat pengangkut raksasa untuk memindahkan material-material ini ke pesawat, lalu mengirimkannya ke berbagai pangkalan militer.
Bahkan pangkalan-pangkalan militer yang sebelumnya tersembunyi mulai bermunculan tanpa takut terdeteksi. Kapal-kapal perang di luar formasi yang disimpan di pangkalan ini sedang dicat dengan nomor registrasi dan bendera baru sambil menerima personel dan logistik. Perwira-perwira tingkat dasar yang sedang menjalani pelatihan di akademi militer juga berdatangan untuk mengambil alih kapal-kapal perang dan prajurit ini.
Tidak butuh waktu lama, armada-armada dengan nomor registrasi baru, kru penuh, dan tingkat pertempuran yang memadai akan bergabung dalam barisan Korps Tang.
Dan pabrik-pabrik penting di berbagai planet juga telah mengaktifkan pengaturan pertahanan setelah menerima alarm. Lapisan-lapisan perisai pelindung yang sesuai dengan lingkungan sekitarnya menyelimuti area atas pabrik. Dari udara, tempat ini terlihat seperti wilayah biasa yang tidak mencolok, tak seorang pun akan tahu bahwa di sini terdapat pabrik-pabrik yang menopang industri besar Dinasti Tang.
Di dalam pabrik-pabrik ini, terutama karyawan pabrik militer tidak memasuki tempat perlindungan, malah terus bekerja. Setiap produk jadi yang dihasilkan langsung dikirim ke departemen logistik, lalu departemen logistik mendistribusikan produk-produk ini ke lokasi yang membutuhkan.
Pesawat pengangkut bahan produksi, sama seperti pesawat-pesawat militer, mengambil risiko ditembak jatuh untuk mengirim bahan baku ke pabrik-pabrik di berbagai wilayah.
Tentu saja, pengiriman tidak dilakukan langsung ke pabrik. Bahan dikirim ke satu markas terlebih dahulu, kemudian markas ini mendistribusikannya kembali ke berbagai tempat untuk mencegah musuh melacak kapal transport dan menghancurkan pabrik.
Setelah sibuk mempersiapkan segalanya, Dinasti Tang telah siap. Begitu Xing Ling memberi perintah, kapal perang di pelabuhan militer segera lepas landas dan membentuk armada di bawah komando perwira, bergerak menuju tujuan untuk memasuki medan perang.
Saat mengeluarkan serangkaian perintah, Xing Ling menggunakan rekaman suara dan visual Tang Long yang disimulasikan. Ini terpaksa dilakukan karena rakyat dan personel menengah-bawah di pemerintahan dan militer tidak tahu junjungan mereka tidak berada di negeri. Jika mereka tahu, kehilangan tiang penyangga hidup pasti akan membuat panik. Jangankan melawan penyerang, pemberontakan atau penyerahan ke pasukan musuh mungkin akan terjadi.
Usai menyelesaikan tugasnya, Xing Ling berkata kepada mayjen itu: "Sisanya kami serahkan kepada kalian."
Xing Ling memiliki kesadaran diri. Meski mampu melakukan segalanya, perang dengan perubahan drastis yang tak terduga bukanlah hal yang bisa dia yakin tangani sepenuhnya. Lebih baik diserahkan ke profesional.
"Siap! Bawahan kami bersumpah akan menghancurkan musuh sampai tuntas!"
Mayjen dan para perwira lainnya sangat senang Nona begitu pengertian. Mereka tidak takut atasan tidak kompeten, yang paling ditakuti adalah komando sembarangan dari atasan - hal ini sangat umum dalam sejarah alam semesta. Meski terdengar berlebihan, mereka tetap tidak ingin orang awam mengacaukan komando mereka.
Contoh paling terkenal dalam sejarah alam semesta adalah sebelum berdirinya Wu Lai Guo, negara terbesar di alam semesta. Sebelum era republik, Wu Lai Guo adalah negara kekaisaran dengan 1 miliar pasukan, sementara Pasukan Republik yang memberontak hanya memiliki hampir 10 juta personel dengan kapal perang kelas rendah.
Secara statistik, Pasukan Republik sama sekali tidak memiliki kemungkinan menang. Namun hasilnya, pasukan kecil dengan kapal usang ini justru berhasil menggulingkan sistem kekaisaran dan mendirikan republik.
Kemenangan ini sama sekali bukan seperti propaganda Pasukan Republik yang mengklaim sukses karena dukungan rakyat. Hal ini tidak ada hubungannya dengan dukungan rakyat, karena rakyat selalu berpihak pada penguasa kuat.
Kemenangan sepenuhnya disebabkan oleh komando kacau Kaisar tentara kekaisaran. Sebenarnya komando kacau pun tidak masalah. Sekalipun perintah yang salah dikeluarkan, tentara kekaisaran tetap bisa memutar balikkan situasi dengan kekuatan militernya yang besar, kemampuan komando brilian para perwira, serta kemampuan yang mumpuni.
Namun Kaisar itu sungguh keterlaluan. Dengan kekuatan militer mencapai 10 miliar pasukan yang begitu besar, dia malah langsung mengomandoi armada setingkat formasi 10.000 kapal perang. Bahkan setelah memindahkan pasukan, dia tidak memberi tahu atasan langsung mereka. Akibatnya, banyak komandan resimen tentara kekaisaran yang saat pertempuran paling genting membutuhkan tambahan pasukan untuk membalikkan situasi, mendapati bawahan mereka berkurang banyak tanpa alasan jelas. Mereka sama sekali tidak tahu kemana pasukan itu dipindahkan, sehingga semua usaha akhirnya gagal.
Akumulasi kekalahan mustahil seperti ini akhirnya membuat tentara kekaisaran yang sepenuhnya mendelegasikan wewenang ke komandan garis depan dikalahkan oleh.
Xing Ling juga tidak ingin repot memikirkan apa yang ada di benak para perwira ini. Baginya, cukup menyerahkan urusan perang kepada mereka. Sementara dia mulai mengerahkan logistik - ini memang bidang keahliannya, mengingat wujud sebelumnya memang dirancang khusus untuk menangani masalah rumit semacam ini.
Pasukan An Ye yang terbagi dalam tiga rute menyerbu wilayah Dinasti Tang bak bambu terbelah. Awalnya mereka masih menghadapi perlawanan dari Korps Tang, namun armada-armada Dinasti Tang yang jumlahnya tak lebih dari sepuluh itu, dihadapkan dengan jutaan armada penyerbu, bagai telur menghantam batu - remuk tak bersisa. Semangat prajurit Kekaisaran Malam pun melambung tinggi.
Namun tiga laksamana besar mereka tidak sependapat. Begitu pula beberapa perwira yang memiliki akses ke data kerusakan tempur.
Musuh sama sekali bukan telur, melainkan batu vs batu. Hanya saja batu kita lebih besar sehingga mampu menghancurkan batu kecil lawan. Tabrakan seperti ini, meski kita batu besar, tetap akan kehilangan beberapa serpihan.
Semua perwira di kapal induk tiga laksamana besar memiliki ekspresi wajah yang agak suram. Mereka tidak menyangka kekuatan kapal perang Tang Besar ternyata mencapai tingkat seperti ini. Di bawah serangan terkonsentrasi kekuatan superior seperti ini, tingkat kerusakan kedua belah pihak masih mencapai rasio 1:1.
Jika jumlah kedua belah pihak sama, mungkin pasukan kita sudah hancur total. Bahkan saat itu tingkat kerusakan tidak akan mencapai 1:1, mungkin 1:5 atau 1:10 - tentu dengan pihak yang lebih banyak adalah kita.
"Tingkat kerusakan ini tidak boleh bocor ke luar."
Ketiga laksamana besar sama-sama mengeluarkan perintah ini. Mereka juga bersyukur Dinasti Tang telah memindahkan sebagian besar kapal perangnya untuk ikut serta dalam pertempuran Aliansi Keluarga, terutama benteng bergerak yang paling menakutkan tidak berada di wilayah Tang.
Jika tidak demikian, mungkin hanya dengan benteng bergerak yang bekerja sama dengan 100.000 unit kapal perang Tang Besar saja, sudah bisa menghancurkan sebagian besar pasukan kita.
"Hmm, harus tingkatkan kecepatan serangan. Jika tidak, akan repot begitu pasukan Dinasti Tang yang sedang bertempur di luar itu kembali." Tiga laksamana besar itu teringat kekuatan mematikan Benteng Perak dalam dokumen, tubuh mereka gemetar ketakutan. Secara serempak mereka mengeluarkan perintah percepatan.
Namun Dinasti Tang menggagalkan harapan tiga laksamana besar untuk menyelesaikan pasukan utama dengan cepat. Selain menghancurkan ratusan ribu kapal perang Tang di perbatasan, pasukan An Ye yang memasuki wilayah Dinasti Tang sama sekali tidak menemui kapal perang musuh. Bahkan planet-planet di sepanjang jalur invasi semuanya menyerah tanpa perlawanan, membuat pasukan penyerang frustasi.
Laksamana Macan yang bertanggung jawab atas serangan ke Galaksi Tanpa Kekacauan bergumam dengan bingung: "Apa yang terjadi? Ke mana pasukan musuh bersembunyi?"
"Laksamana, mungkinkah ini taktik bumi hangus dari musuh?" Seorang perwira mengutarakan pemikirannya.
Laksamana Macan belum sempat menjawab, seorang perwira lain sudah membantah: "Mana ada taktik bumi hangus seperti ini? Rakyat di planet-planet itu masih utuh, berbagai persediaan pun tidak dipindahkan. Harus diingat, kami saat ini adalah kapal hantu tanpa identitas dan bendera. Apa mereka tidak takut kami melakukan pembantaian dan merampok planet-planet ini?"
"Kalau begitu, lebih baik kita bantai beberapa planet untuk melihat reaksi mereka?" usul seorang perwira.
Mayoritas perwira tidak setuju dengan metode ini.
"Ini bukan solusi yang baik. Misi utama kita saat ini adalah menghancurkan pasukan musuh dan menduduki wilayah galaksi ini. Lagipula, kalau mereka berani menyerahkan planet dan rakyatnya begitu saja, berarti mereka sudah kebal terhadap ancaman pembantaian. Jadi melakukan pembantaian sekarang hanya membuang waktu untuk pekerjaan sia-sia. Lihat saja, bahkan untuk menduduki planet-planet saja kita sudah malas sekarang?"
"Hamba berpendapat pasukan musuh sedang menyempitkan kekuatan militer. Menurut perhitungan komputer, berdasarkan performa kapal perang mereka, selama mereka dapat mengumpulkan lebih dari 3 juta unit pasukan, mereka bisa sepenuhnya menahan laju Korps kita. Bahkan dengan 2 juta kapal pun mereka masih bisa menghadang kita secara terbatas. Asalkan mereka bertahan sampai pasukan ekspedisi mereka kembali, situasi akan berbalik dari kekalahan menjadi kemenangan." Seorang perwira menyampaikan analisisnya.
"Benar, Korps Tang pasti berpikir demikian. Mereka sangat yakin dengan kemampuan kapal perang mereka sendiri."
Semua perwira mengangguk tanda setuju, meski suasana hati sedikit muram. Logika ini tak terbantahkan - jika benar semua kapal perang Dinasti Tang memiliki performa seperti ini, 3 juta unit sungguh cukup untuk memblokir pergerakan pasukan besar mereka.
Jika nanti Benteng Perak itu menyerang dari belakang garis pertahanan sendiri, seluruh korps tempur ini akan runtuh sama sekali.
Melihat wajah para bawahan yang suram, Laksamana Macan tersenyum: "Jangan khawatir. Menurut intelijen kita, saat ini Dinasti Tang maksimal hanya memiliki 6 juta lebih kekuatan militer. Jika dibagi menjadi tiga bagian, memang hanya cukup untuk menghadang kita secara terbatas.
“Tapi jangan lupa, Korps kita telah memisahkan pasukan menjadi tiga rute, dan rute yang saya serang ini adalah Galaksi Tanpa Kekacauan milik Dinasti Tang, yaitu lokasi Ibu Kota Dinasti Tang. Mereka tidak berani membagi enam juta pasukan secara merata, pasti akan memprioritaskan rute saya ini.
