Laksamana Serigala yang tidak rela tidak langsung menarik diri kembali ke Kekaisaran Malam, malah membawa pasukannya bergerak menuju wilayah Laksamana Harimau. Sambil terus mengatur pasukannya dan mengirim pemberitahuan, dia tidak percaya bahwa pengumpulan tiga laksamana besar dengan kekuatan hampir 30 juta pasukan tidak bisa menghancurkan kekuatan Dinasti Tang yang hanya sekitar 10 juta.
Mendapat pemberitahuan, Laksamana Harimau segera memperlambat serangannya. Meski terkejut dengan kekalahan Laksamana Serigala, setelah memikirkan bahwa 7 juta kapal perang berperforma tinggi melawan 12 juta kapal perang musuh tidak memiliki keunggulan, hatinya pun menjadi tenang.
Dia mulai memimpin pasukannya mundur perlahan, akhirnya melepaskan kontak dengan Korps Tang, lalu memindahkan pasukan untuk bergabung kembali dengan Laksamana Serigala.
Sementara Laksamana Macan yang menerima pemberitahuan langsung memindahkan pasukannya menuju Laksamana Harimau tanpa ragu. Tentu saja dia paham hanya dengan memusatkan kekuatan dan menunjukkan keunggulan jumlah pasukan mereka, baru ada peluang untuk menang.
Menyaksikan di layar bahwa Laksamana Serigala mulai mundur, pasukan Zona C Korps Tang dan personel markas besar militer langsung bersorak-sorai.
Namun melihat gerakan dua rute pasukan musuh lainnya, serta aksi Laksamana Serigala yang terus merapikan pasukan sambil mendekati dua kelompok musuh lain, semua orang memahami bahwa kelompok kapal hantu ini masih tidak menyerah dan tetap berharap bisa bertempur habis-habisan dengan kita.
"Sialan, bajingan-bajingan yang tak kapok sampai lihat peti mati ini!" Mayjen mengumpat lalu memberi perintah: "Segera hitung titik pertemuan tiga kelompok pasukan musuh! Perintahkan pasukan Zona C untuk melanjutkan pengejaran, tapi jakukan serangan depan. Cukup gantung mereka dari jarak jauh sambil menghasilkan kerusakan!"
"Perintahkan Pasukan Zona A dan B untuk segera kembali bertahan setelah menggigit keras dalam pengejaran! Siapkan semua unit logistik untuk bersiap berpindah lokasi!"
Titik pertemuan Pasukan An Ye segera dihitung oleh Korps Tang. Melihat data tersebut, Mayjen Tang segera memerintahkan: "Tinggalkan seratus juta pasukan di Ibu Kota untuk menjaga posisi. Pasukan Zona C hentikan pengejaran musuh. Seluruh pasukan segera berkumpul di Titik S. Unit logistik segera ke Titik S untuk membangun fasilitas pendukung."
Untuk departemen logistik, selain memerintahkan unit logistik, mereka juga mengerahkan banyak kapal transport untuk membersihkan medan perang di Zona C. Dua zona lain tidak memerlukan pembersihan intensif, namun Zona C sebagai medan perang utama membutuhkan pembersihan besar-besaran untuk mencegah penyumbatan jalur navigasi.
Pasukan yang menerima perintah segera bergerak. Kapal perang langsung melakukan lompatan pertama ke Titik S. Sebagian besar fasilitas logistik yang mudah dibongkar-pasang segera dimasukkan ke kapal transport tanpa kesulitan, lalu mulai dibangun kembali di Titik S. Beroperasi di wilayah inti memang memberikan segala kemudahan.
Satu-satunya yang menjengkelkan adalah satu juta kapal perang yang terpilih untuk tetap menjaga Ibu Kota. Namun tidak ada cara lain, Ibu Kota adalah simbol wajah Dinasti Tang. Menjaga keutuhannya sama dengan mempertahankan kehormatan mereka sendiri.
Tiga laksamana An Ye segera menyatu kembali. Mereka mulai mengkonsolidasi pasukan dan menghitung kerugian.
Hasil perhitungan menunjukkan Laksamana Macan paling ringan kerugiannya. Pasukannya kehilangan sekitar 100-200 ribu unit saat baku tembak dengan Korps Tang, kemudian 300 ribu lagi saat bergerak mundur. Total kerugian sekitar 500 ribu pasukan. Dibandingkan dengan total pasukan berjumlah jutaan, kerugian ini bagai sebatang ekor sapi yang terpotong.
Walau sakit, tidak masalah.
Laksamana Harimau agak kesal. Dari 200 ribu pasukan yang dikirim ke Laksamana Serigala, 500 ribu hancur karena baru masuk di akhir pertempuran. Saat mundur, pasukan ini ditempatkan di barisan belakang dan terus berjatuhan hingga 500 ribu unit lagi lenyap.
Sedangkan di Zona B yang bertindak gegabah, sekitar 400.000 pasukan hancur. Saat mundur, kami digigit pasukan musuh hingga kehilangan 300.000 pasukan. Total kerugian mencapai 1.700.000, berarti dua per sepuluh kekuatan kami lenyap.
Laksamana Serigala adalah yang paling menderita di antara ketiganya. Seluruh kerugiannya berasal dari Zona C. Saat mundur, karena menempatkan pasukan Laksamana Harimau di barisan belakang, kerugiannya minim. Kini kekuatannya hanya tersisa sekitar 4 juta pasukan—tiga per lima kekuatan awal hancur. Bisa dikatakan resimennya sudah setengah cacat.
"Dengan menggabungkan tiga pasukan kami, total kekuatan saat ini sekitar 22 juta. Apakah kita yakin bisa menghadapi sekitar 10 juta pasukan Dinasti Tang?" Laksamana Macan pertama kali bersuara. Kini dialah yang paling kuat sehingga nada bicaranya agak meninggi.
Laksamana Harimau melihat ke arah Laksamana Serigala, menemukan dia menundukkan kepala tak berani bicara, sementara Laksamana Macan tampak penuh kesombongan. Hatinya semakin geram, dari 1.7 juta pasukannya yang hancur, 1 juta diantaranya karena kesalahan Laksamana Serigala. Tapi karena hubungan persahabatan mereka baik, dia memilih tak menyalahkannya.
Setelah berpikir sejenak, Laksamana Harimau membalas bertanya kepada Laksamana Macan: "Bagaimana pendapatmu tentang ini?"
Melihat Laksamana Harimau tak menghiraukan ekspresi sombongnya yang tetap sama seperti dulu, Laksamana Macan mengubah raut wajah menjadi serius. Dengan nada tulus dia berkata: "Kakak, adik, alasan kita bisa begitu berpengaruh di Kekaisaran ini apa?"
Mendengar pertanyaan yang tak terkait topik bahasan ini, Laksamana Harimau tertegun. Laksamana Serigala juga mengangkat kepala dengan ekspresi takjub.
Tanpa menunggu jawaban mereka, Laksamana Macan melanjutkan: "Semua ini karena kita memiliki 3 juta pasukan militer! Karena pasukan sebanyak 3 juta itu patuh mutlak pada perintah kita! Karena semua perwira dalam pasukan itu adalah orang-orang yang kita promosikan sendiri!"
"Jika kita kehilangan semua ini, begitu kembali ke Kekaisaran, bahkan seorang bangsawan berpangkat marquis ke atas, seorang Komandan Resimen, atau pangeran mana pun bisa menghancurkan kita dengan mudah."
Saat mengatakan ini, dia menghentikan Laksamana Serigala yang hendak berbicara: "Kau tak perlu bicara. Aku tahu apa yang ingin kau katakan - Yang Mulia akan mendukung kita, memberi logistik pasukan, dan atasan kita akan berpihak pada kita. Tapi kutanya: Masihkah Yang Mulia mau menerima kita yang telah kalah? Masihkah atasan membutuhkan kita yang telah kehilangan pasukan?
"Kalian pikir, apa pondasi dasar dari persaudaraan antara atasan dengan kita?"
Ekspresi Laksamana Harimau dan Laksamana Serigala berubah drastis sebelum akhirnya menghela napas muram.
Mereka bukan orang bodoh. Jelas mereka tahu alasan atasan merangkul mereka semata-mata karena pasukan di bawah kendali mereka - pasukan yang hanya mematuhi perintah mereka sendiri. Berkata dengan nada heroik: Bahkan Yang Mulia Kaisar pun tak bisa memerintahkan pasukan kita!
Mereka saat ini juga memahami pemikiran Laksamana Macan, kapal perang Dinasti Tang sangat kuat, meskipun bisa mengalahkan Dinasti Tang, pasukan kami yang 20 juta lebih ini akan mengalami kerusakan total.
Seperti dikatakan Laksamana Macan, diri kita yang kehilangan pasukan adalah komoditas berharga yang kehilangan nilai, kapan saja bisa dibuang orang.
Tapi jika kita tetap memiliki pasukan yang sepenuhnya patuh pada perintah kita, maka tak ada yang bisa berbuat apa-apa, bahkan Yang Mulia Kaisar pun tak akan sembarangan melakukan sesuatu pada kita.
"Kalau begitu mari kita bersiap kembali ke negara." Kata Laksamana Harimau.
Laksamana Serigala meski setuju, tetap khawatir: "Saat ini aku hanya memiliki 4 juta Kekuatan Militer, kerugian terlalu besar. Aku khawatir akan dimintai pertanggungjawaban oleh Yang Mulia Kaisar, apa yang harus kulakukan?"
Laksamana Macan tertawa: "Aku akan menyerahkan 200.000 Kekuatan Militer untukmu, sekarang mereka milikmu."
Laksamana Harimau juga tertawa: "Aku akan menyerahkan satu juta kepadamu. Dengan demikian, kekuatan militer kita semua akan hampir setara, sekitar tujuh juta. Dengan begitu, kerugian terlihat tidak terlalu besar."
Laksamana Serigala segera meneteskan air mata haru: "Terima kasih, Kakak. Terima kasih, Kakak kedua."
"Tak perlu berterima kasih. Kau adalah adik perempuan kami."
Laksamana Harimau dan Laksamana Macan serentak mengucapkan kalimat ini, kemudian mereka saling bertatapan. Tanpa disadari, ketiganya berpelukan sambil tertawa riang.
Sementara tiga laksamana besar An Ye sedang mereorganisasi pasukan, pihak Dinasti Tang juga telah menghitung angka kerusakan mereka.
Misi perang A mengalami kerugian kurang dari 100.000. Misi perang B yang mendapat serangan gencar kehilangan hampir 300.000 pasukan. Sedangkan misi perang C mengalami kerusakan signifikan dengan kerugian sekitar 1,5 juta dalam serangkaian pertempuran. Total kerugian mencapai 1,9 juta - mendekati 2 juta - namun berhasil menghancurkan hampir 10 juta pasukan musuh.
Untuk rasio kerusakan 1:5 ini, semua merasa puas, menganggap Korps Tang mereka memang berbahaya. Namun mereka belum berani merayakan kemenangan dengan sombong, karena masih ada 20 juta pasukan musuh di wilayah yurisdiksi.
Saat ini Korps Tang memiliki sekitar 9 juta kekuatan militer. 1 juta ditempatkan di Ibu Kota, sisanya 8 juta dikumpulkan di Titik S, hendak memberi pelajaran pada armada hantu itu. Beberapa perwira yang ambisius bahkan berniat melahap seluruh 20 juta pasukan musuh ini.
Namun ketika unit logistik dengan susah payah menyiapkan berbagai fasilitas, pasukan akhirnya menyusun formasi dan menunggu serangan musuh, tiba-tiba diketahui bahwa tiga kelompok musuh tersebut setelah bergabung dan mengonsolidasi, bukannya menyerang ke sini malah bergerak menuju perbatasan.
"Sialan! Salah antisipasi!"
"Sial! Berhenti di tengah jalan!"
"Bajingan, membuat kami menunggu lama, berani kabur sekarang!"
"Jangan pergi! Aku sudah menantimu dengan susah payah, cepat kembali!"
Berbagai suara umpatan dan permohonan untuk bertahan seketika bergema di markas komando tiap armada. Sementara itu, markas besar militer Tang langsung dibanjiri permohonan pengejaran dari berbagai armada.
Mayjen itu dengan perih menepuk kepala sambil mengumpat: "Barang sialan! Pergilah lebih awal! Setelah kami siapkan semuanya, malah kabur tanpa melepaskan satu peluru pun. Sudah berapa banyak sumber daya manusia dan material Tang yang terbuang!"
"Eh, ini... Apa yang harus kami lakukan sekarang?" Perwira staf bertanya dengan agak kikuk.
"Masih bisa apa? Kirim satu juta pasukan untuk mengawasi mereka. Bawa sejumlah kapal transport. Begitu mereka melakukan lompatan ruang, segera pasang titik blokade di lokasi lompatannya. Pasukan sisanya tetap siaga dalam status darurat!" jawab sang mayjen dengan kesal.
Setelah mendapat perintah, para Komandan Resimen itu berdebat sebentar sebelum akhirnya memilih satu juta kapal perang. Mereka lalu bergegas mengejar Resimen An Ye sambil membawa sejumlah besar kapal transport.
Tentu saja, karena Resimen An Ye telah pergi jauh lebih awal, pasukan Dinasti Tang yang berharap bisa menahan "tamu" ini hanya bisa mengumpat dalam hati di hadapan angkasa luar yang kosong, lalu dengan lemas mengawal kapal transport untuk menempatkan sejumlah besar alat penghalang di lokasi ini.
Setelah mengetahui musuh akhirnya pergi, Xing Ling yang kelelahan menggunakan suara dan rekaman Tang Long untuk mengumumkan pencabutan status alarm ke seluruh Dinasti Tang. Setelah melaporkan jumlah pasukan musuh yang berhasil dihancurkan, dia segera dipapah pengawal kembali ke istana untuk beristirahat.
Adapun para perwira di markas besar militer, setelah kepergian Xing Ling, langsung merebahkan diri di meja tanpa peduli sikap resmi. Urusan sisanya menjadi tanggung jawab departemen propaganda dan logistik.
Rakyat yang dibebaskan mendengar kabar ini bersorak-sorak sejenak, lalu sambil membanggakan kekuatan Korps Tang mereka, mengutuk Armada Hantu yang dianggap cari mati karena kekenyangan, sekaligus bergegas melanjutkan pekerjaan yang terhenti sejak alarm berbunyi.
Hal-hal yang terjadi di Dinasti Tang tidak sampai ke Tang Xing yang sedang sibuk memperebutkan planet di Aliansi Keluarga. Tanpa pengetahuan ini, Tang Xing terus mengumpulkan hadiah dari aliansi.
Tang Xing sangat hebat. Selama periode ini, dia tidak hanya mengambil sebagian besar planet bagus dari hadiah aliansi, tapi juga berhasil menduduki wilayah galaksi yang luas untuk Dinasti Tang.
Saat ini, planet administratif yang dikuasai Dinasti Tang mencapai lebih dari 200.000 planet, setara dengan dua kali lipat jumlah planet administratif di wilayah inti Tang. Selain itu, selain jumlah besar planet sumber daya dan planet sampah di wilayah pendudukan, ada juga puluhan juta planet sumber daya, planet sampah, dan planet limbah yang tersebar di seluruh Aliansi Keluarga.
Bagaimana mungkin Dinasti Tang bisa memproduksi dan menyimpan begitu banyak kapal perang dalam waktu singkat? Semua ini karena penambahan planet sumber daya yang masif.
Mengapa Dinasti Tang memiliki begitu banyak planet sampah dan limbah yang tersebar di wilayah keluarga lain? Semua ini berkat taktik yang digunakan Tang Xing untuk merebutnya kembali.
Di sebuah planet administratif Aliansi Keluarga, seorang pria paruh baya bermuka tembem dengan gadis cantik bertabur perhiasan permata di sampingnya, diikuti dua pria besar di belakangnya, berpenampilan orang kaya baru yang sombong, mengangkat kepala sambil melirik ke seorang pria kurus berusia sekitar 10 tahun lebih tua darinya yang tersenyum lebar: "Kakak, kenapa setelah 10 tahun planet ini masih tetap seperti ini?
"Makanya dulu harusnya ikut aku! Lihatlah bagaimana aku berkembang sekarang, bandingkan dengan keadaanmu. Aku sampai malu bertemu orang tua di alam baka nanti."
"Hehe, Adik. Kakak memang tak berprestasi, tapi selama Adik sukses, Kakak pun bisa ikut menikmati kejayaanmu." Pria yang lebih tua itu tetap menyunggingkan senyum.
Wanita di samping orang kaya baru itu segera menyela: "Kakak, jangan bicara seperti itu. Suamiku sudah bersusah payah membangun usaha keluarga ini. Mana boleh orang-orang malas dan tidak mau bekerja ikut menumpang keuntungan?"
Senyuman pria paruh baya itu kaku sejenak. Ia melirik adiknya dan melihat pasangan itu justru menyetujui perkataan sang istri. Dengan helaan napas halus yang tetap menyimpan senyuman di wajah, ia berkata: "Ya, kau benar. Ayo, Adik dan adik ipar, hari ini kakak yang akan membersihkan debu perjalanan untuk kalian."
"Hei Kak, aku tahu tempat ini. Di sini tidak ada hotel yang layak. Warung-warung itu tidak higienis. Biar kubawa Kakak ke Shangri-La di Ibu Kota. Itu hotel tertinggi di zona ini!" ujar si orang kaya baru dengan tertawa.
Mendengar ini, wanita itu yang semula hendak bicara akhirnya diam-diam. Dari ekspresinya terlihat jelas ia tidak rela mentraktir kakak suaminya.
“Hehe, yang kau sebut itu kejadian beberapa waktu lalu. Saat ini hotel tertinggi justru ada di planet kita ini. Lihat, di depan sana.” Pria paruh baya itu tersenyum.
“Apa? Mustahil! Bagaimana mungkin ada hotel semewah ini di tempat ini? Konglomerat mana yang membangunnya?”
Kelompok orang kaya baru itu terkejut dan tercengang memandang gedung pencakar langit megah berkilauan di hadapan mereka. Lahan kosong di sekitarnya dan puluhan lantai udara yang dipenuhi mobil melayang premium, serta banyaknya mobil melayang yang terus berdatangan – orang bego pun tahu betapa populernya hotel ini.
“Bukan konglomerat. Dibangun oleh orang Tang.” Pria paruh baya itu menjelaskan.
“Orang Tang? Keluarga Tang yang baru bergabung dengan Aliansi Keluarga? Tetua keluarga Tang yang mana? Mungkin aku kenal.” Si orang kaya baru yang sudah pulih kembali berkata dengan kepala tetap mendongak.
“Hehe, cuma orang Tang biasa saja.” Jawab pria paruh baya itu.
“Orang biasa? Mustahil! Mana mungkin orang biasa punya uang untuk membangun hotel semegah ini!” Perempuan itu cepat-cepat menyela.
“Hehe, sepertinya kalian belum paham orang Tang ya.”
Pria paruh baya itu tersenyum tanpa menjelaskan, lalu mengajak orang kaya baru dan rombongannya yang masih mengernyitkan kening masuk ke hotel.
Karena jumlah tamu yang membludak, tidak ada ruang VIP tersisa sehingga mereka dialokasikan di aula. Awalnya ingin protes keras, si orang kaya baru tiba-tiba dengan sukarela duduk di aula setelah melihat beberapa pengusaha elite yang biasanya tak terjangkau juga makan di sana.
Hidangan belum diantar, mereka hanya minum teh dan mengobrol. Namun, mereka segera teralihkan oleh percakapan tamu di meja sebelah.
“Lao Di, kalau kau rela mengajakku makan di sini, biar kuajari kau.”
Seorang pria berpenampilan urakan sekitar 30-an tahun berbicara pada pemuda di sebelahnya yang duduk dengan ekspresi serius: “Di Aliansi Keluarga, kalau lihat orang yang berjalan tergesa-gesa, kepala tegak, bicara penuh kesombongan – 90% itu orang Tang. Kalau ketemu model begini, jangan cari masalah. Tapi kalau kita di pihak benar, mereka masih mau dengar penjelasan.”
Mendengar ini, pria paruh baya tersenyum sambil menyeruput tehnya.
"Kau pasti tahu, rakyat dari anggota aliansi lain seperti kita ini paling mengagumi orang-orang Tang itu. Kalau tidak, orang seperti kita takkan datang ke planet ini - toh planet ini satu-satunya planet administratif Dinasti Tang yang berada di wilayah kekuasaan Aliansi Keluarga lain."
"Entah apa pemikiran Dinasti Tang, semua planet administratif hadiah yang mereka dapat malah ditukar jadi planet sumber daya. Sehingga kita tidak perlu semua datang ke sini."
Pemuda itu segera mengangguk tanda menganggap diri mereka bagian.
"Aku tahu kau sangat iri pada orang-orang Tang itu. Karena ketika bicara dengan pejabat kita, mereka pakai nada penuh kesombongan. Tapi para pejabat kita malah tersenyum manis - mereka tak berani menyinggung pemimpin besar wanita mereka itu."
Mendengar ini, pria paruh baya itu mengerutkan kening.
"Tapi orang Dinasti Tang itu juga tidak selalu sombong seperti itu. Saat berhadapan dengan pejabat keluarga mereka sendiri, mereka juga bersikap anjing penjilat. Tapi kalau dipikir, bisa bersikap begitu bangga di depan orang luar, itu juga enak sih."
Pria paruh baya itu kembali mengerutkan kening, tapi sepertinya teringat sesuatu. Setelah menghela napas, kerut dahinya menghilang.
"Dan hal yang paling bikin rakyat keluarga lain ngiler sampai mata memerah penuh cemburu dan iri terhadap orang Dinasti Tang - aku yakin kau sudah bisa nebak - benar! Yaitu: Rakyat biasa Dinasti Tang ini ternyata boleh mengkontrak planet!"
Mendengar ini, semua orang menunjukkan ekspresi campur aduk yang penuh kekaguman.
"Tentu saja, sebagian besar yang mereka kontrak itu planet-planet sampah dan limbah. Planet sumber daya dan administratif masih dikuasai Dinasti Tang. Tapi sekadar bisa begini saja sudah bikin iri! Lihatlah pakaian, makanan, barang-barang yang dipakai orang Dinasti Tang ini - sama sekali bisa menyaingi Yang Mulia kepala keluarga kita sendiri!
“Menurut mereka, meski jumlah sumber daya di planet-planet sampah itu sedikit bagi keluarga, tapi bagi individu dan perusahaan, itu adalah sumber daya yang sangat melimpah.
“Dan Tang bahkan mendorong rakyat mereka untuk mengembangkan planet-planet yang dianggap remeh ini. Cukup bayar pajak, sisa pendapatan sepenuhnya menjadi milik pribadi.”
Mendengar ini, banyak orang menelan ludah, sementara si orang kaya baru itu sampai ngiler.
Pemuda berandalan tiga puluh tahun itu tersenyum penuh kesombongan melihat reaksi orang-orang.
Setelah kerumunan tenang, dia melanjutkan: "Tentu saja, melihat hak istimewa seperti ini, rakyat dari keluarga kami juga ingin mendapat perlakuan serupa.
“Sayangnya, para kepala keluarga kita sama sekali tidak menghiraukan keinginan rakyat. Meski menganggap remeh planet-planet sampah, mereka lebih memilih menghadiahkannya kepada pemimpin besar wanita dari Tang demi senyuman tipis darinya.”
Mendengar ini, termasuk si pemuda nakal ini, semua orang menghela napas pasrah.
Pemuda nakal itu menyantap sesuap hidangan, lalu memulihkan emosinya dan berkata: "Kalau bicara soal pemimpin besar yang bernama Tang Xing itu, wajahnya sangat cantik luar biasa. Orang yang melihatnya sampai tak bisa mengalihkan pandangan."
Terhadap hal ini, semua yang hadir mengangguk setuju. Meski mereka belum pernah melihat Tang Xing, kabar angin itu pasti ada dasarnya.
"Tapi, pemimpin besar wanita ini karakternya agak aneh. Dia tidak suka pemberian bunga atau permata dari para pelamarnya, malah lebih menyukai planet-planet sampah dan limbah yang sama sekali tak bernilai di mata para kepala keluarga."
"Konon para kepala keluarga dalam Aliansi Keluarga banyak yang memberikannya planet semacam itu sebagai hadiah. Beberapa kepala keluarga muda yang terlalu tergila-gila bahkan menghibahkan semua planet sampah dan limbah di wilayah keluarganya kepada pemimpin besar wanita itu."
"Mendengar ini," sebagian besar orang mengangguk, sementara sekelompok orang yang berpakaian mewah dengan ekspresi sombong, semuanya mengerutkan alis menatap tajam si pemuda nakal. Pria paruh baya itu juga termasuk yang melontarkan tatapan penuh kemarahan kepada pemuda nakal tersebut.
Pemuda nakal itu tidak menyadari tatapan di sekelilingnya, malah sengaja merendahkan suaranya: "Tentu saja, jangan pernah menyebut karakter aneh si pemimpin wanita itu di depan orang Tang, atau kau akan dimangsa hidup-hidup oleh mereka. Bahkan kepala keluarga kita sendiri tidak akan membantu, malah memanfaatkan kesempatan untuk melempar batu ke dalam sumur dan menyalahkanmu, demi menjilat si pemimpin wanita itu. Jadi kau harus lebih berhati-hati di masa depan."
Mendengar ini, tatapan penuh kemarahan di sekeliling semakin intens.
"Mengerti, mengerti. Lanjutkan, Tuan." Pemuda itu buru-buru menuangkan anggur sambil berkata dengan penuh minat.
“Kau tahu kenapa orang-orang Tang begitu mencintai pemimpin besar perempuan itu? Karena planet-planet sampah dan limbah yang berhasil dia kumpulkan ini semuanya dikontrakkan. Pemimpin besar itu sama dengan dewa kekayaan bagi orang Tang. Menyinggung dewa kekayaan mereka, sudah pasti mereka akan bertarung mati-matian.” Pemuda nakal itu menyeruput minumannya keras-keras sambil berkata.
“Tapi kalau dipikir-pikir, selain wajahnya yang bisa menghancurkan negara dan menyengsarakan rakyat, serta sifatnya yang suka mengambil keuntungan kecil, pemimpin besar wanita ini sebenarnya tidak punya cacat lain.
“Konon pemimpin besar wanita ini sangat berpengetahuan luas. Tak ada satu pun cendekiawan di Aliansi Keluarga yang bisa mengangkat kepala di hadapannya. Kemampuannya juga luar biasa, apapun yang dikerjakan selalu sempurna. Bahkan dalam hal memasak yang biasanya tidak dikuasai para nona bangsawan, dia bisa membuat orang yang pernah mencicipi masakannya kehilangan selera terhadap makanan lezat lainnya.
“Tapi katanya, orang yang pernah makan masakannya akan mengurung diri di rumah selama berhari-hari sambil mengingat-ingat rasanya. Aku jadi bingung, benarkah enak sampai segitu?”
“Ada tamu yang sedang makan langsung tersedak di tenggorokan setelah mendengar ini, sampai harus batuk hebat sejenak baru berhenti.”
Pemuda nakal itu tidak mempedulikan hal tersebut dan melanjutkan: “Sebenarnya, keahlian utama pemimpin besar wanita ini adalah sangat suka berperang, dan juga sangat berbahaya. Sama sekali tidak pernah dengar dia kalah. Para kepala keluarga itu semua menjilatnya dengan menyebutnya Dewi Perang.”
“Tapi aku justru mengagumi kemampuannya menjaring sumber daya. Katanya saat datang dia hanya bawa 5 juta kapal perang, sekarang bukan berkurang malah sudah melebihi 10 juta.”
“Wah, hebat sekali!” Mata pemuda itu langsung bersinar.
“Hah, hebat apa? Perempuan tidak tahu sopan santun, tiap hari hanya bunuh-bunuhan, jelas tidak bisa menikah. Jangan kira para kepala keluarga yang mengejarnya itu karena cinta, semuanya hanya demi kecantikannya dan kekuatan di belakangnya. Kalau tidak, mana ada yang mau menjilat perempuan kekerasan begitu? Perempuan harusnya lembut dan menyenangkan.”
Pemuda nakal itu sama sekali tidak menyadari bahwa beberapa sorotan mata yang sebelumnya memandangnya penuh amarah kini telah memerah.
Pemuda nakal itu bersendawa sambil berdiri, "Maaf, kebanyakan minum. Aku ke belakang sebentar."
Setelah pemuda nakal itu pergi, beberapa pria paruh baya dan pemuda berpakaian mewah mulai beranjak menuju toilet. Kakak laki-laki si orang kaya baru juga berdiri sambil berkata "Permisi" lalu menuju toilet.
Beberapa saat kemudian, hidangan di meja orang kaya baru sudah dihidangkan, tetapi sang kakak belum kembali. Mereka yang pergi ke toilet juga tak kunjung muncul.
Si orang kaya baru malah asyik mengajak istri dan pengawalnya menyantap hidangan tanpa peduli keadaan.
Saat sang kakak kembali, dia sama sekali tidak memperhatikan wajah sang kakak yang berkeringat dingin dengan senyuman dipaksakan, malah mengangguk seperti tuan rumah menyuruh sang kakak duduk.
Di saat yang sama, para tamu berpakaian mewah itu juga berkeringat dingin. Beberapa bahkan terlihat keriput di lengan baju mereka, seolah baru melakukan aktivitas fisik berat saat kembali.
Tak lama kemudian, sebuah mobil polisi mengambang di udara luar aula, dua polisi bergegas masuk ke toilet, lalu membantu seorang yang bajunya robek-robek, wajahnya bengkak seperti babi, bicaranya pelo. Melihat ekspresinya dan mengingat pemuda nakal yang belum kembali, bisa dipastikan si babi itu adalah pemuda nakal tadi, hanya tidak tahu kenapa dia dipukuli habis-habisan.
"Tuan, karena Anda melaporkan telah diserang, tolong identifikasi siapa penyerang Anda." Kedua polisi itu menjelaskan alasan kepada tamu sebelum berbicara pada pemuda nakal tersebut.
Saat ini semua paham, orang-orang yang ke toilet tadi lah yang menyerang pemuda nakal itu. Tamu lain diam saja, sementara si orang kaya baru buru-buru menarik istri dan pengawalnya menjauh dari kakaknya, menunjukkan hubungan mereka kepada polisi.
Pemuda nakal itu melirik orang-orang yang memukulinya. Melihat mereka berpakaian mewah dengan ekspresi sombong, serta tidak menganggap serius kejadian ini, dia pun menyadari identitas mereka. Dia tahu ucapan sebelumnya telah mengusik orang Tang, sehingga buru-buru mengalihkan pandangan.
Saat melihat kakak laki-laki si orang kaya baru yang sendirian dengan pakaian biasa dan ekspresi tidak angkuh, sementara si orang kaya baru sendiri terlihat ciut, pemuda itu tersenyum sinis. Dia menunjuk kakak laki-laki tersebut sambil berteriak: "Dia yang menyerangku!"
Polisi yang awalnya tidak memperhatikan kakak laki-laki itu segera memalingkan pandangan ke pria paruh baya setelah mendengar tuduhan itu. Begitu melihat wajah pria tersebut, kedua polisi tertegun sejenak lalu segera berdiri tegak sambil memberi hormat gerak: "Yang Mulia Inspektur!"
Pria paruh baya itu berdiri membalas hormat. Dengan wajah kaku dia berkata: "Bawa bajingan yang lancang membicarakan keluarga kepala keluarga ini untuk diberi pelajaran!"
Mendengar ini, dua polisi segera menghantam pemuda nakal itu ke lantai, memukulnya beberapa kali sebelum memborgol dan membawanya pergi.
Setelah polisi pergi, beberapa orang yang ikut memukul pemuda nakal itu segera mendekat dengan wajah menjilat sambil menyerahkan kartu nama dengan kedua tangan. Pria paruh baya itu tersenyum sambil menerima kartu nama dan mulai berbasa-basi dengan mereka. Tamu lain yang ingin ikut kerumunan ragu-ragu mendekat.
Pasangan orang kaya baru itu terpaku. Kakak mereka ternyata adalah Yang Mulia Inspektur Polisi Dinasti Tang? Bahkan yang mengelola keamanan planet ini?!
Namun segera, mata mereka berbinar. Sang suami menyuruh pengawalnya menghalangi tamu-tamu yang ingin menjilat, sementara sang istri menyiapkan teh sambil memanggil "Kakak" terus-menerus sambil menempel di sisi pria paruh baya itu.
Melihat ini, pria paruh baya itu mengerutkan alis dengan jijik. Tapi entah mengapa, ia menghela napas dan mengendurkan ekspresi wajahnya.
Tepat saat orang kaya baru hendak berkata, komunikator pria paruh baya itu berbunyi. Para tamu yang paham situasi segera mundur jauh, hanya adik dan ipar perempuannya yang tetap memaksa tak mau pergi.
Pria paruh baya itu melihat nomor tersebut, rautnya berubah drastis. Ia mendorong adik dan iparnya, lalu berjalan ke samping untuk menyambungkan komunikasi.
Orang kaya baru dan istrinya yang semula ingin mendekat, melihat pria paruh baya itu memegang komunikator dengan posisi siap sempurna, wajah penuh hormat berkata: "Mematuhi perintah, memahami. Mohon Anda tenang."
Mereka yang bukan bego segera paham ini adalah panggilan dari atasan kakak mereka, sehingga tak berani sembarangan mendekat.
Pria paruh baya yang mengakhiri komunikasi segera menghentikan adiknya yang hendak mendekat: "Adik, ipar, kakak masih ada urusan. Untuk sementara tidak ada waktu. Kalian bisa bersenang-senang di planet ini beberapa hari. Setelah selesai, kita saudara bisa berkumpul." Tanpa menunggu jawaban adiknya, ia berbalik dan buru-buru pergi.
Orang lain tidak tahu apa yang terjadi, hanya beberapa orang yang memiliki identitas Dinasti Tang berkumpul dan berbisik-bisik membahas sesuatu.
