Si orang kaya baru berkata dengan penuh kesombongan kepada istrinya, “Hehe, tak sangka Kakak kita ternyata jadi inspektur polisi planet ini, hehe, nanti kita bisa bertindak semaunya.”
“Omong kosong! Lebih baik minta Kakak membantu kita, orangtua, dan kerabat mendapatkan kewarganegaraan Dinasti Tang! Tadi kau dengar kan, hanya orang Tang yang bisa mengontrak planet. Kalau planet kita ada kristal hitam, bisa kaya raya!”
“Benar! Nanti kita bisa mengembangkan planet, itu bisnis untung besar! Istriku memang pintar!”
Perkataan pasangan orang kaya baru itu memicu ekspresi penuh cemburu dan kagum dari orang non-Tang.
Adapun orang-orang Tang yang hadir di lokasi? Mereka sama sekali tidak tertarik mempedulikan sosok berkelas rendah seperti ini. Yang mereka perhatikan adalah telepon apa yang diterima inspektur polisi hingga buru-buru pergi.
Rakyat di planet itu mulai menyadari ada kejanggalan dalam situasi.
Seluruh polisi bersama pasukan yang ditempatkan mulai turun ke jalan untuk menjaga keamanan. Warga beridentitas Tang bahkan dikerahkan, setelah melalui latihan singkat langsung diberi senjata dan diminta bekerja sama dalam patroli.
Yang mengejutkan warga lain, orang-orang Tang yang biasanya tak mau buang waktu dan selalu mengejar uang ini, ternyata mengesampingkan semua pekerjaan, mengenakan seragam militer, dan fokus menjalankan tugas patroli.
Tak lama kemudian, ribuan kapal perang Paus Putih muncul di sekitar planet ini, mulai melakukan pengawasan di segala penjuru.
Sekaligus, benteng perak yang mengerikan itu juga muncul. Semua ini membuat planet-planet tetangga bergetar ketakutan, tak tahu untuk apa militer Tang mengumpulkan pasukan besar-besaran di sini.
Kepala keluarga yang menguasai wilayah galaksi ini, setelah menerima laporan dari bawahan, panik menanyakan pemimpin besar Korps Tang di sini—Tang Xing—tentang apa yang sebenarnya terjadi, apakah anak buahnya tidak sengaja menyinggung orang Tang?
Orang luar tidak tahu jawaban apa yang diterima kepala keluarga ini, yang pasti dia bergegas kembali ke wilayah kekuasaannya, mengerahkan pasukan dan datang ke planet ini.
Gerakan ini benar-benar membuat anggota Aliansi Keluarga terkejut.
Apa dia gila? Berani menyinggung pasukan utama Aliansi Keluarga sekarang? Dan dia terlalu tidak tahu diri! Kekuatan militer segitu bisa melawan Korps Tang?
Beberapa kepala keluarga yang tidak punya ikatan hanya menonton keributan, yang bermusuhan menghasut, sedangkan yang punya hubungan baik berusaha menasihati kepala keluarga ini.
Tapi tindakan selanjutnya sang kepala keluarga justru membingungkan umat manusia, karena alih-alih berselisih dengan Korps Tang, kedua belah pihak justru bekerja sama dengan sangat bersahabat mengorganisir pasukan dan membagikan wilayah komando.
Melihat ini, umat manusia baru tersadar, rupanya si brengsek itu datang untuk menjilat dan menjelaskan pertahanan Dinasti Tang.
Namun memikirkan hal ini, umat manusia kembali merasa bingung, kenapa kepala keluarga itu tiba-tiba membantu memberlakukan keadaan darurat untuk Tang? Apalagi Nona Tang Xing yang biasanya tak pernah menerima bantuan militer, kali ini kok jadi mudah diajak bicara?
Para kepala keluarga Aliansi Keluarga bukanlah Dasar bodoh. Dengan melihat Rakyat Tang yang dilengkapi senjata dan ikut berpatroli, cukup jelas bahwa akan ada figur penting Dinasti Tang yang tiba di planet itu.
Figur penting ini pasti bukan Tang Xing. Dia kan bukan belum pernah ke planet itu, dan tak pernah serumit ini sebelumnya.
Lagipula, dari fakta Tang Xing membawa benteng perak sebagai senjata andalannya, sudah jelas tamu agung yang datang lebih tinggi jabatannya atau lebih penting dari Tang Xing. Dengan begini, si bego pun tahu siapa yang akan datang.
Benar saja, beberapa hari kemudian, Tang Xing tiba di planet ini bersama segerombolan perwira tinggi dan pejabat sipil senior.
Orang-orang yang datang ke sini justru tidak mengurangi kewaspadaan, malah semakin ketat. Pengawal para perwira bahkan bergabung dengan armada patroli, mulai berkeliaran tanpa henti di seluruh planet siang dan malam.
Melihat ini, para kepala keluarga Aliansi Keluarga berbondong-bondong membawa pasukan pengawal pribadi menuju planet ini.
Namun tindakan mereka justru menarik perhatian Aliansi Monarki yang bermusuhan, yang kemudian mengirim mata-mata untuk menyelidik. Gerakan para mata-mata ini membuat tingkat siaga di planet ini naik drastis satu tingkat lagi.
Kali ini penduduk planet ini benar-benar menyaksikan pemandangan langka.
Seluruh kepala keluarga Aliansi Keluarga beserta tetua keluarga dan pejabat penting lainnya tiba di planet ini. Sambil menunggu, mereka berkeliaran menikmati fasilitas planet ini, memperlihatkan perilaku buruk para pembesar di depan rakyat.
Tentu saja mereka tidak berani memperkosa perempuan atau merampas harta - mengingat kehadiran Tang Xing, wanita kuat yang terkenal sangat protektif terhadap bawahannya di sini. Membuatnya maruh bisa berujung pada eksekusi langsung!
Setelah beberapa hari berlalu, semua polisi dan pasukan lokal berganti menjadi Seragam militer yang baru, sementara kapal perang di ruang angkasa luar bahkan dicat ulang dengan sangat mewah, membuat kapal-kapal tersebut terlihat licin berminyak seperti baru keluar dari pabrik.
Kemudian, beberapa kapal perang tercantik segera terbang menjauh, sementara kapal lainnya menyusun formasi penyambutan, dan orang-orang Tang pada saat itu melepas Seragam militer mereka dan menggantinya dengan pakaian mewah.
Apalagi anggota Aliansi Keluarga, tampil dengan penuh kekayaan dan gemerlap di hadapan semua orang.
Rakyat langsung tahu apa yang sedang terjadi hanya dengan melihat.
Karena Korps Tang tidak mengumumkan keadaan darurat diberlakukan, mereka pun berdandan rapi dan berjalan di jalanan. Meski tidak bisa pergi ke pelabuhan pendaratan untuk menyambut, mereka memadati jalan-jalan dengan harapan bisa melihat orang penting yang telah lama menjadi buah bibir itu.
Tak lama kemudian, beberapa kapal perang cantik yang telah terbang ribuan tahun cahaya untuk menyambut, mulai mengawal lima pesawat antariksa berdesain aerodinamis dengan tipe tak dikenal menuju ruang angkasa luar planet ini.
Korps Tang yang telah menunggu lama segera menyalakan kilatan lampu kamera sebagai hormat gerak. Ketika lima pesawat ini mendarat di pelabuhan, kembang api megah langsung menyembur ke langit.
Rakyat di luar tidak melihat sosok legendaris yang dinanti, namun mereka mendengar teriakan memekakkan telinga dari Korps Tang.
"Selamat datang Junjungan!"
Di sepanjang perjalanan, Tang Xing menyapa orang tua Tang Long secara halus, lalu dengan anggun berdiri di samping Tang Long sambil memperkenalkan anggota Aliansi Keluarga.
Meski Aliansi Keluarga telah mendengar tentang kemudaan Tang Long, mereka tetap terkejut saat melihat penampilannya yang mirip siswa SMA.
Namun mereka tidak meremehkan Tang Long. Seseorang yang memiliki ratusan ribu planet administratif, jutaan kapal perang, dan sebuah benteng bergerak yang mampu melakukan lompatan ruang, sama sekali tidak boleh diremehkan.
Terutama mereka yang mengenal sifat garang Tang Xing, saat melihat Tang Xing menjadi begitu patuh di hadapan Tang Long, mereka malah semakin hormat memberikan salam kepada Tang Long.
Setelah basa-basi sejenak dan mengundang anggota aliansi keluarga ini untuk menghadiri pesta besok malam, rombongan Tang Long memasuki mobil yang telah menunggu.
Begitu masuk mobil, Tang Xing langsung mencubit telinga Tang Long hingga memutar-mutarnya sambil mengaum dengan wajah mengerikan: "Kau memang mumpuni ya! Berani-beraninya menyelinap ke markas musuh! Apa kau tidak tahu seluruh Dinasti Tang bergantung pada nyawamu? Aku memerintahkanmu untuk tidak mengambil risiko!"
Membuat Tang Long hanya bisa merengek-rengek minta ampun sambil memanggil ayah dan ibu dalam jeritan minta tolong.
Tang Xing melihat Liu Fei menatap tajam dirinya, wajahnya memerah tanpa sengaja, agak malu-malu berkata: "Maaf, Ibu, begitu aku memikirkan Tang Long yang tidak punya rasa tanggung jawab ini, sesekali meninggalkan posisinya untuk pergi bersenang-senang, aku tidak bisa menahan diri..."
Liu Fei tertawa: "Tidak apa-apa, bajingan yang tidak bertanggung jawab dan sembarangan meninggalkan posisi seperti ini memang pantas diberi pelajaran keras! Biar dia ingat, seorang raja tidak boleh semaunya meninggalkan takhtanya. Hajarmu dia sampai wajahnya mirip babi sekalipun!"
Tang Long segera berkata dengan wajah berminyak: "Bu, kan aku sudah janji tidak akan melakukannya lagi..."
Belum selesai bicara, Tang Zhong menyela: "Tang Long, kamu benar-benar harus lebih matang. Pikirkan identitasmu! Kau adalah penguasa ratusan ribu planet administratif, mana boleh kau membuang semua urusan lalu kabur bersenang-senang?
“Kau lihat pemimpin dari begitu banyak negara, adakah yang hari ini main ke sini, besok main ke sana? Kau tidak takut terjadi sesuatu yang tak terduga sampai kau gugur? Apa kau ingin membuang negaramu dan para bawahan? Apa kau ingin orangtuamu yang beruban mengantar anaknya yang masih hitam rambutnya?”
Tang Long, Tang Xing, Liu Fei, dan Kucing hitam kecil terpaku menyaksikan Tang Zhong yang mengalir deras memberi wejangan.
Mereka tak pernah menyangka bahwa Tang Zhong yang selama ini selalu cool ternyata sangat pandai berpidato, atau lebih tepatnya sangat cerewet.
Baru setelah Liu Fei tak tega menyela Tang Zhong, wejangannya berhenti. Tang Long diam-diam mengusap keringat dinginnya.
Kelompok itu memasuki hotel paling mewah yang telah disita sementara. Tang Zhong dan yang lain sudah kelelahan, memberi salam lalu masing-masing pergi istirahat.
Mereka langsung tertidur begitu merebahkan diri, wajar saja mereka bisa serileks ini. Soalnya tempat ini sekarang adalah wilayah inti Tang Long, sama sekali tak ada yang berani cari masalah. Selama bertahun-tahun ini, akhirnya bisa istirahat tanpa harus setengah sadar.
"Bajingan, kenapa kepikiran cari aku daripada langsung balik ke wilayah inti Tang?" tanya Tang Xing kepada Tang Long yang sedang asyik menyeruput minuman ringan.
"Aduh, kan sekalian mampir jenguk Sis. Masalah apa lagi ini?" Tang Long buru-buru membela diri.
"Jangan-jangan kau mau bikin beberapa pertempuran di sini dulu sebelum pulang?" Tang Xing curiga.
Tang Long mengangguk cepat: "Tentu saja! Di Negara Dewa aku dikejar-kejar seperti anjing! Emosi ini harus dilampiaskan juga."
Dia menjelaskan detail semua kejadian sejak kepergiannya. Mendengar kisah Tang Long bisa menyelamatkan orang tuanya, Tang Xing akhirnya tak lagi menyalahkannya.
Bahkan jika Tang Long tidak bertemu dengan Tang Zhong dkk, kelompok Tang Zhong sendiri sebenarnya juga punya kemampuan untuk kabur.
"Jika tanpa kapal perang yang dibawa Tang Long, blokade pelabuhan, pencarian daratan, dan hampir seluruh planet ini dipenuhi pengganti, menurutmu mungkinkah Tang Zhong dan orang-orang pendatang yang asing ini kabur? Niscaya Tang Long akan menyesal seumur hidup, bahkan mungkin lumpuh mental selamanya."
Usai menjelaskan hal tersebut, Tang Long segera tersenyum nakal: "Sis, siapa musuh Dinasti Tang saat ini? Prestasi apa yang kau raih akhir-akhir ini? Ceritakan, mungkin aku bisa memberimu medali."
Tang Xing meliriknya dengan kesal: "Siapa lagi kalau bukan Kekaisaran Aliansi! Terakhir kami menghabisi dua negara anggotanya, membuat mereka berhamburan seperti ayam ketakutan dan melancarkan serangan balasan besar. Butuh usaha ekstra untuk meredakan mereka."
Tang Xing kemudian memaparkan pencapaiannya selama ini kepada Tang Long.
"Apa? Kau berhasil dapatkan 200.000 lebih planet administratif?! Kekuatan Militer bahkan melampaui 10 juta!"
Tang Long terkejut dan tercengang. Dia tidak menyangka dalam waktu singkat ini, Tang Xing bisa mencapai prestasi sehebat itu.
"Apa yang hebatnya itu! Kuberitahu, kehebatan terbesarku adalah membuat seluruh rakyat Aliansi Keluarga iri pada rakyat Tang. Kini banyak orang dari keluarga lain yang ingin mendapatkan identitas kami."
"Nanti ketika kita menelan Aliansi Keluarga, rakyat mereka tidak hanya tidak melawan, malah akan menyambut kita dengan sukacita." Tang Xing berkata dengan sedikit kesombongan.
"Wah sial, kenapa bisa begitu? Coba ceritakan!" Tang Long langsung bersemangat mendengarnya.
Perlu diketahui bahwa masalah terbesar dalam menelan sebuah negara adalah ketika rakyatnya tidak menganggapmu sebagai bagian dari mereka, mengira kau penyerang. Belum soal pemberontakan, hal-hal kecil seperti penggelapan pajak, pejabat yang malas tugas, atau operasional yang salah bisa membuat kekacauan dalam pemerintahan.
Tapi jika rakyat lokal menyambutmu, maka kau bisa leluasa berjalan di wilayah kekuasaan baru itu, nyaman seperti di wilayah inti sendiri.
“Ini sederhana! Aku memperbesar fakta manfaat yang dinikmati rakyat Dinasti Tang hingga beberapa kali lipat di hadapan rakyat Aliansi Keluarga, sekaligus secara khusus melindungi rakyat Dinasti Tang. Dengan begini, siapa yang tidak ingin menjadi warga Dinasti Tang?
“Selain itu, aku sesekali melancarkan serangan ke luar untuk memancing invasi Kekaisaran Aliansi, lalu menghindar. Biarkan kedua belah pihak bertempur sampai setengah mati, baru setelah itu aku memeras manfaat sebelum mengirim pasukan untuk menyelamatkan. Dengan cara ini pasukanku terus bertambah sementara pasukan Aliansi Keluarga berkurang. Saat waktu terbaik tiba, kita bisa menelan seluruh Aliansi Keluarga dalam satu gerakan!”
Tang Xing mulai membeberkan jurus andalannya kepada Tang Long yang mendengarkan dengan antusias.
Tiga laksamana besar Kekaisaran Malam akhirnya tiba kembali di wilayah inti kekaisaran mereka setelah menempuh perjalanan cukup lama.
Meski mereka yakin tidak bisa dihancurkan selama masih memiliki pasukan, tekanan psikologis dari wibawa Yang Mulia Kaisar yang tertanam selama bertahun-tahun membuat mereka sedikit gelisah saat memasuki perbatasan.
Namun mereka baru saja memasuki batas negara, saat melakukan sterilisasi kapal perang di stasiun karantina, seorang kaki tangan Laksamana Long yang penuh kerahasiaan ekstrim datang ke sini.
"Tiga Laksamana, ini perintah rahasia Yang Mulia untuk Tuan-tuan. Mohon berikan jawaban setelah membaca, agar hamba dapat kembali melapor kepada Yang Mulia."
Melihat kartu audio-visual yang disodorkan, ketiga laksamana besar sedikit mengerutkan alis.
Mereka tak menyangka di era ini masih ada metode pengiriman pesan seperti ini. Tidakkah khawatir surat hilang atau utusan ditangkap sehingga pesan bocor?
Atau mungkin surat ini memang sengaja tidak disembunyikan? Seharusnya tidak mungkin, pasti ini dokumen rahasia tingkat tinggi.
Ketiga laksamana saling bertukar pandang, lalu mengangguk. Mereka mulai menyadari isi surat tersebut.
Laksamana Harimau mengaktifkan kartu itu, siluet wajah Laksamana Long muncul.
Dia berkata: "Laksamana Harimau, Laksamana Macan, Laksamana Serigala, jika kalian kembali lebih awal, mohon berhenti sebentar di perbatasan. Setelah mendengar kabar dari ibukota, segera berangkatlah ke ibukota untuk menjalankan tanggung jawab Korps Kerajaan kalian."
"Kabar? Ada kabar apa dari ibukota?" Laksamana Serigala bertanya penasaran.
Kaki tangan Laksamana Long itu tersenyum: "Saat ini belum ada kabar, tapi percayalah tidak lama lagi akan ada berita besar yang menggemparkan seluruh Kekaisaran."
Saat mengatakannya, ia mengedipkan matanya sambil menyapu pandang ke arah ketiganya, bertanya dengan nada agak aneh: "Lalu, bisakah ketiga Yang Mulia memberitahu hamba tentang keputusan kalian sekarang?"
Laksamana Harimau melihat dua rekannya, mereka sama-sama mengangguk, lalu ikut mengangguk sambil berkata: "Mohon sampaikan pada Yang Mulia, sebagai bawahan Yang Mulia, kami tentu akan mematuhi segala perintah."
"Segala perintah?" Kaki tangan ini menyipitkan matanya bertanya.
"Segala perintah." Laksamana Harimau menjawab dengan tegas.
"Baik, hamba akan melaporkan secara jujur kepada Yang Mulia." Kaki tangan itu mengangguk puas.
Tiga laksamana besar kembali ke kapal induk Laksamana Harimau.
Laksamana Serigala pertama kali tak tahan bertanya: "Kakak, Kakak kedua, apa maksud surat yang dikirim atasan kita ini? Masak menyuruh kita menunggu kabar di perbatasan?"
Laksamana Macan tersenyum: "Adik, coba pikir, sesuai kebiasaan sebelumnya, hal pertama apa yang kita hadapi setelah memasuki wilayah negara?"
"Hal pertama? Tentu Yang Mulia Kaisar mengirim komunikasi menanyakan hasil pertempuran, lalu memuji kita..." Laksamana Serigala teringat sesuatu: "Eh, kenapa kali ini setelah masuk wilayah negara kita tidak menerima komunikasi dari Yang Mulia Kaisar? Jangan-jangan..."
Laksamana Harimau menghela napas: "Hasilnya sudah jelas."
Mendengar jawaban ini, Laksamana Serigala dan Laksamana Macan sama-sama terdiam.
Setelah beberapa lama, Laksamana Harimau baru bersuara: "Apa yang harus kami lakukan sekarang?"
Laksamana Macan berpikir sejenak lalu berkata: "Selain memiliki Resimen Kerajaan I, Laksamana Long tidak punya keunggulan lain. Para pejabat istana dan pasukan di berbagai daerah sudah lama dibagi-bagi oleh para pangeran. Menyembunyikan diri selama bertahun-tahun adalah kesalahan terbesar Laksamana Long."
"Tapi jika Laksamana Long menguasai ibukota dengan serangan kilat, bukankah keunggulan para pangeran itu akan hilang? Lagipula kebiasaan Kekaisaran kita adalah pejabat tidak ikut campur persaingan antar pangeran, baru akan berikan kesetiaan setelah ada pemenang," ujar Laksamana Serigala.
Laksamana Harimau tersenyum: "Adik, kau bicara terlalu mudah. Memang benar seperti itu saat Kaisar sekarang merebut tahta, tapi itu karena semua pangeran saat itu sangat berbakat, dan para pejabat diredam oleh Kaisar sehingga tidak bisa memilih."
"Tapi sekarang, Yang Mulia Kaisar sama sekali tidak peduli apakah pejabat berkolusi dengan pangeran atau tidak. Sekalipun ada yang melapor, hanya akan dicela sebentar lalu selesai."
“Kau pikir, para pejabat itu sudah mempertaruhkan kekayaan dan nyawa mereka pada salah satu pangeran. Menang akan mulia, kalah akan jatuh - mana mungkin mereka mudah melepas?”
“Jangan meremehkan para pejabat di ibukota. Hanya pasukan pengawal pribadi di wilayah kekuasaan mereka saja sudah bisa membentuk resimen kapal perang yang besar. Akhirnya siapa yang menang masih belum bisa dipastikan.”
“Segeritu bahayanya! Lalu apa yang harus kami lakukan? Memihak Laksamana Long?” Laksamana Serigala bertanya.
“Yang bisa kita lakukan sekarang adalah menunggu. Sebelum salah satu pihak menunjukkan tanda-tanda kemenangan, kita tidak akan bertaruh. Kabar kepulangan kita pasti akan tersebar, tapi jangan pedulikan janji-janji kosong para pangeran saat ini.”
“Selama kita memegang erat kekuasaan militer, siapapun yang jadi kaisar tidak bisa sembarangan berbuat sesuatu pada kita.” Laksamana Macan mengingatkan.
Mendengar ini, Laksamana Harimau dan Laksamana Serigala sama-sama menganggukkan kepala setuju.
Istana Kekaisaran Malam.
Pada pandangan pertama, penjagaan istana tampak sama seperti sebelumnya tanpa perubahan yang mencolok. Namun para pengawal yang awalnya berwajah datar itu kini sesekali menoleh ke arah kediaman kaisar di bagian dalam istana, wajah mereka secara ajaib menunjukkan ekspresi semangat, kegelisahan, dan kebingungan. Dari sini dapat diketahui pasti ada hal penting terjadi di istana.
Di kediaman Kaisar An Ye, penjaga di sini bukan lagi pengawal bersenjata logam dengan pakaian kuno, melainkan tentara garang berbalut seragam tempur lengkap dengan senjata modern.
Meski terdengar suara tertawa terbahak-bahak dengan sombong dari dalam kamar, para prajurit ini tetap berdiri tegak di posisi mereka seolah tidak mendengar apa-apa.
Di dalam kamar, Laksamana Long tertawa penuh kesombongan.
Wajar saja dia sombong - setelah malam ini, dialah yang akan menjadi Kaisar baru An Ye, penguasa ratus juta rakyat dari negara adidaya kedua di alam semesta ini.
Saat ini dia tidak buru-buru duduk di ranjang naga yang hanya boleh digunakan kaisar. Meskipun ayahnya, sang kaisar, masih duduk di tepi ranjang menatapnya, dia tahu bahwa kapan saja dia mau, bisa menggulingkan kaisar ini, ayah kandungnya sendiri.
Namun Laksamana Long agak kurang puas karena ekspresi ayahnya saat ini masih tetap santai dan rileks, persis seperti saat memanggilnya dulu untuk menerima bimbingan, masih dengan sikap merasa superior itu.
Meski Laksamana Long sangat ingin menunjukkan wibawanya sebagai penguasa tertinggi, walau sudah menguasai posisi absolut, tapi bagaimanapun juga wibawa ayahnya sebagai kaisar masih terpatri dalam di benaknya.
Laksamana Long menghentikan tawanya, mengerutkan alis: "Ayahanda Kaisar, tidakkah Ayah ingin berkata sesuatu?"
Kaisar An Ye tersenyum: "Apa yang hamba harus katakan? Perlukah hamba memanggilmu anak durhaka dan pengkhianat?" Sambil berkata demikian, dengan santainya menuangkan anggur untuk dirinya sendiri.
“Kau……”
Laksamana Long agak kehilangan arah, ekspresi sang Ayah berbeda dengan bayangannya. Apakah Ayah masih menyimpan senjata pamungkas yang belum ditunjukkan?
Memikirkan ini, matanya tak sengaja mencuri pandang ke Perdana Menteri Tengah di sampingnya.
Melihat Perdana Menteri Tengah tetap menundukkan kepala dengan wajah datar, Laksamana Long bergumam kesal: "Mengapa masih berpura-pura di saat seperti ini!"
Menyaksikan performa putranya, Kaisar An Ye tersenyum: "Tenang, hamba tak punya persiapan cadangan. Hal membunuh ayahanda pun pernah hamba lakukan, jadi tak terkejut dengan tindakanmu. Sebenarnya hamba justru heran, bagaimana bisa Perdana Menteri Tengah berpihak padamu?"
“Hehe, Ayahanda Kaisar, rupanya Baginda belum tahu. Perdana Menteri Tengah sudah lama menjadi orangku,” kata Laksamana Long dengan penuh kesombongan.
“Oh, benarkah?”
Kaisar An Ye melirik sekilas ke arah Perdana Menteri Tengah.
Laksamana Long mulai tak sabar. Tangan nya melambai, seorang tentara segera maju membawa nampan berisi gelas anggur.
Laksamana Long memberi isyarat pada gelas anggur itu, menyeringai sinis ke arah Kaisar An Ye: "Ayahanda, ini adalah Ye Hun yang telah anakmu siapkan untuk Anda, minuman kesukaan Anda. Anakmu rasa sudah saatnya Ayahanda memulai perjalanan terakhir."
"Tenanglah, anakmu akan mewujudkan wasiat Ayahanda, mengubah Kekaisaran Malam menjadi negara terbesar di alam semesta, menjadikan seluruh kosmos sebagai wilayah kekuasaan Kekaisaran!"
Kaisar An Ye mengangkat gelas itu, menggoyangkannya perlahan sambil tersenyum pada Laksamana Long: "Putraku, sebagai ayah terakhir kalinya kuperingatkan, Perdana Menteri Tengah bukan orang yang sederhana."
"Kau pikir pengawal pribadiku hanya segitu? Di dalam istana ini masih ada banyak pengawal rahasia yang hanya kuketahui sendiri. Mereka yang seharusnya menjadi garis pertahanan akhir ini sampai sekarang belum muncul juga, apa artinya ini menurutmu?"
Laksamana Long tertegun mendengar ini, curiga melirik Perdana Menteri Tengah. Melihat sang menteri tetap mempertahankan sikapnya tadi, ia pun tersenyum: "Hehe, Anda tak perlu memecah belah kami di saat-saat terakhir, Ayahanda. Anakmu tak akan termakan bujuk rayu."
Kaisar An Ye tersenyum: "Percaya atau tidak, itu terserah kau."
Sampai di sini, Kaisar An Ye mengeraskan wajahnya, dengan nada suara berwibawa berkata: "Hamba terakhir kali memberikanmu satu kehendak."
Laksamana Long jelas-jelas tertekan oleh aura Kaisar yang tiba-tiba memancar dari Kaisar An Ye, refleks alami membuatnya berlutut di tanah, memandang Kaisar An Ye dengan wajah penuh keterkejutan.
“Kau harus ingat, takhta Kekaisaran Malam hanya boleh dipegang oleh mereka yang memiliki darah keluarga kerajaan kita. Jika orang luar berusaha merebut takhta, sedangkan kalian anggota keluarga kerajaan tidak mampu menghalangi, maka lebih baik hancurkan kekaisaran dengan tanganmu sendiri daripada menyerahkannya ke orang luar!”
Kaisar An Ye setelah selesai berbicara, menengadahkan kepala dan menenggak anggur beracun itu dengan keras.
“Hamba mematuhi perintah!”
Laksamana Long dengan sukarela bersujud menerima titah, ia sangat mengagumi ayahnya yang dianggapnya bertindak tegas layaknya martabat seorang kaisar sejati.
Begitu Kaisar An Ye roboh, Laksamana Long segera bangkit. Setelah melirik mayat sang kaisar sekilas, ia memberi isyarat pada bawahan untuk mengangkut jenazah, lalu duduk penuh kesombongan di ranjang naga.
Perdana Menteri Tengah dan para tentara yang masih berada di kamar tidur kerajaan segera berlutut patuh melakukan penghormatan pada kaisar, seraya berkata: “Hormat pada Yang Mulia!”
“Haha, Tuan-tuan tak perlu beri hormat. Aku... maksudku, hamba tak akan mengecewakan kalian semua, hahaha!”
Wajah Laksamana Long memerah sementara seluruh tubuhnya gemetar tak terkendali. Antusiasmenya memuncak – setelah sidang istana esok pagi, dialah sang penguasa An Ye yang sesungguhnya.
Melihat majikan mereka begitu bersemangat, para tentara itu segera membanjirinya dengan puji-puji pantat naga. Mereka juga sangat antusias, karena majikan mereka telah menjadi Yang Mulia Kaisar yang Maha Kuasa, maka status para pengikut setia ini pun akan ikut meningkat statusnya. Kemakmuran seolah sudah berada dalam genggaman tangan.
"Yang Mulia, misi paling mendesak saat ini adalah memblokade kabar meninggalnya almarhum Kaisar, lalu menguasai ibukota dengan kecepatan tinggi. Begitu ibukota terkendali, takhta kekaisaran Yang Mulia akan kokoh berdiri," Perdana Menteri Tengah segera mengingatkan.
"Hmm... Jangan ganggu para pejabat netral. Cukup awasi mereka jangan sampai keluar istana. Adapun para menteri yang mendukung pangeran lain, serta saudara-saudaraku..." Long (Naga) mengerutkan alis dengan wajah penuh teka-teki, "Tuan-tuan tentu paham apa yang harus dilakukan."
"Mematuhi perintah! Izinkan hamba-hamba berpamitan."
Perdana Menteri Tengah bersama para perwira itu bersujud memberi hormat. Sang Laksamana Long (Naga) hanya melambaikan tangan, mengizinkan mereka meninggalkan ruangan dengan kepala masih tertunduk.
Setelah pintu tertutup, Perdana Menteri Tengah dan para tentara mendengar suara tertawa histeris Laksamana Long dari dalam.
"Wahahaha! Akhirnya aku menjadi Kaisar tertinggi! Luar biasa! Aku tak perlu lagi bersujud pada orang lain, tak perlu lagi mendengarkan perintah siapa pun!"
Semua orang pura-pura tak mendengar suara itu. Mereka saling mengangguk dan buru-buru meninggalkan istana untuk menjalankan perintah kaisar.
Tak ada yang memperhatikan bahwa Perdana Menteri Tengah yang sedang pergi itu menatap istana yang terang benderang dengan senyuman aneh di wajahnya.
Para pengamat malam di ibukota Kekaisaran Malam adalah yang pertama menyadari kejanggalan. Pasukan dengan nomor registrasi Resimen Kerajaan I terlihat bertindak gegabah di seluruh penjuru ibukota.
Mereka menyerbu rumah-rumah pejabat tinggi yang biasanya tak tersentuh. Tanpa basa-basi menghabisi detasemen keluarga, lalu menyeret para pejabat beserta keluarganya yang masih terbungkus selimut ke jalanan. Tanpa pengumuman hukuman, langsung ditembak mati. Mayat-mayat itu dibuang seperti sampah ke truk pengangkut yang mengikuti dari belakang.
Penduduk ibukota memiliki kesadaran politik yang sangat sensitif. Melihat situasi ini, mereka langsung tahu bahwa hal besar sedang terjadi, dan bersembunyi di rumah tanpa berani bersuara.
Beberapa orang lanjut usia bahkan berkata dengan suara gemetar: "Datang lagi, Malam Pembantaian Ibukota."
Laksamana Long yang bersemangat sepanjang malam dan hampir tak tidur, pagi-pagi sudah berganti jubah naga yang dijahit tergesa-gesa semalaman dengan bantuan dayang istana.
Saat menunggu sidang istana sambil bercermin, tiba-tiba kaki tangannya yang berhati-hati maju dan bersujud.
Laksamana Long merapikan jubah naganya, pura-pura berwibawa bertanya: "Bagaimana urusannya?"
"Yang Mulia, semua pejabat yang mendukung pangeran lain telah dibersihkan. Total 1.786 keluarga dengan personel..."
Kaki tangan ini terpotong bicaranya oleh Laksamana Long: "Tak perlu menyebut semua itu. Bagaimana dengan saudara-saudara hamba?"
"Hmm..."
Kaki tangan ini langsung bisu.
Laksamana Long segera mengerutkan alis dan berkata dengan suara mengancam: "Cepat katakan!"
"Baik, tadi malam kami segera bergerak untuk menangkap para pangeran, tapi semua pangeran telah menghilang. Di kediaman mereka hanya tersisa kepala pelayan dan pelayan biasa, selain itu..."
Si kaki tangan ini kembali melirik takut ke arah Laksamana Long. Melihat sang laksamana sedang menatapnya tajam, ia buru-buru melanjutkan: "Para pejabat penting seperti Perdana Menteri kiri-kanan dan menteri-menteri departemen beserta keluarga mereka juga ikut menghilang. Kediaman mereka..."
Ucapannya terpotong oleh tendangan keras dari Laksamana Long.
Sang laksamana melompat sambil mengumpat: "Sialan! Kalian sampah tak berguna, urusan kecil saja gagal! Percuma aku menghidupi kalian!" Setelah melampiaskan amarah, ia bertanya: "Apakah pasukan pengawasan antariksa mendeteksi pesawat yang kabur?"
Kaki tangan yang masih terbaring di lantai segera menjawab: "Tidak, sejak keadaan darurat diberlakukan, tidak ada satu pun pesawat antariksa yang meninggalkan ibukota."
"Kalau mereka belum pergi, pasti bersembunyi di sudut ibukota! Masih diam saja? Cepat pergi geledah!"
Laksamana Long mengaum, membuat kaki tangan itu ketakutan hingga merangkak dan terguling-guling keluar.
Saat Laksamana Long merajuk karena kaburnya saudara-saudaranya dan para pejabat penting istana, seorang kaki tangan lain berlari masuk dengan panik sambil berteriak: "Yang Mulia, bahaya! Masalahnya terbongkar!"
"Panik apa! Masalah apa yang terbongkar?" Laksamana Long mengerutkan alis bertanya.
"Yang itu... yang itu..."
Kaki tangan ini bingung menjelaskan, akhirnya dengan nekat menekan tombol TV di istana dan mengaktifkannya.
Laksamana Long yang awalnya mengerutkan alis melihat gerakan bawahannya, langsung terpaku saat melihat gambar di TV - rekaman proses kudeta dan pembunuhan ayahandanya tadi malam.
