Chen Nan menaiki sembilan undakan tangga, berjalan tegas menuju pintu utama aula. Raja Harimau tertarik mengikutinya beberapa langkah sambil telinganya dicengkram, namun saat tiba di mulut iblis hitam legam itu, ia menolak melanjutkan. Keempat cakarnya mencengkeram lantai dengan kuat.
Chen Nan berbisik: "Harimau Mesum cepat pergi."
Raja Harimau Xiao Yu menggelengkan kepala keras-keras. Ia mengangkat satu cakar sambil menunjukkan ekspresi panik di matanya.
Melihatnya enggan bergerak, Chen Nan mengaktifkan teknik leluhur dan mengangkat leher sang harimau hingga terangkat dari tanah, lalu masuk ke dalam aula. Meski Xiao Yu terus meronta, ia tak bisa melepaskan diri dari genggaman kuat Chen Nan.
Saat Chen Nan melangkah masuk ke dalam aula, hawa dingin menyergap wajahnya. Di tengah terik musim panas, suhu dalam istana sedingin lubang es. Ia menaruh Raja Harimau di lantai yang langsung gemetar. Tubuh harimau itu menyusut cepat sebelum "Swoosh" melompat ke bahunya, kedua cakar kecilnya mencengkeram kuciran rambutnya.
"Lepaskan cakarmu, Harimau Mesum!" Chen Nan berteriak rendah.
Xiao Yu tetap mencengkeram erat, tak peduli dimarahi. Ekspresi grogi terpancar jelas. Chen Nan tak punya solusi, membiarkannya di bahu sambil berjalan perlahan.
"Tap... Tap... Tap..."
Hanya gema langkah monoton yang mengisi aula gelap nan luas. Suasana tercekam dalam kesunyian. Dalam kegelapan pekat ini, Chen Nan mengandalkan persepsi spiritualnya untuk meraba-raba jalan.
"Demikian terus berjalan ke depan hampir sepuluh zhang jarak, beberapa tingkat tangga muncul di bawah kakinya. Sebuah pintu batu di atas podium menghalangi jalannya. Saat dia mendorong pintu batu itu, Xiao Yu mengeluarkan raungan cemas dan menarik kerah bajanya dengan 'Swoosh' masuk ke dalam dekapan."
"Gua XXXX, Harimau Mesum mau bikin gua mati kaget? Berani-beraninya nyelinap ke dekapan..." Chen Nan menariknya keluar dan melemparkannya ke tanah. Tapi Xiao Yu langsung melompat ke bahunya, mencengkeram rambutnya erat-erat.
"Pengecut seperti tikus, pasti reinkarnasi tikus. Gak ada mirip harimau sama sekali."
Chen Nan mendorong kuat pintu batu itu. Di dalam terbentang ruangan besar yang luas, dindingnya dipenuhi mutiara yang memancarkan cahaya hijau redup. Nuansa hijau suram membuat ruangan terlihat sangat menyeramkan, bagaikan neraka dunia bawah tanah.
Begitu melihat pemandangan di dalam, napasnya terengah-engah kaget. Bulu kuduknya merinding. Di kedua sisi ruangan berdiri dua baris mumi, kulit kering menempel ketat di tulang kurus, ekspresi wajah yang terdistorsi sangat mengerikan. Hati Chen Nan berdebar kencang, hampir yakin dirinya telah memasuki wilayah alam baka.
"Hmm..." Batuk tua tiba-tiba bergema di aula. Chen Nan terkejut hingga melompat, membuat Xiao Yu yang bersembunyi di bahunya terjatuh. Namun kucing itu segera melompat kembali. Chen Nan meraihnya dengan gemas, tanpa sadar menekan terlalu kuat hingga mata Xiao Yu berputar-putar. Baru setelah dicakar, tangannya segera melepaskan.
Ia cepat-cepat mundur, namun menyadari pintu batu sudah lama tertutup rapat. Xiao Yu di bahunya menggeram rendah dengan kecemasan, matanya terus menyapu-sapu sekeliling.
Chen Nan menenangkan konsentrasinya, berteriak keras: "Siapa itu? Keluarlah wahai yang bersembunyi dalam bayang-bayang!"
Suara sepuh bergema di ruangan: "Jangan bicara begitu kasar, anak muda. Aku selalu di sini, kapan bersembunyi? Justru kamulah yang masuk tanpa izin, mengapa malah menyalahkanku?"
Dengan persepsi spiritualnya yang tajam, Chen Nan menyisir setiap sudut aula. Namun selain dirinya dan Xiao Yu, sama sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan. Bulu kuduknya berdiri.
Setelah beberapa saat, suara itu kembali terdengar: "Pertemuan adalah takdir. Tak kusangka ada yang menginjakkan kaki di sini. Mari kita mengobrol, anak muda."
Chen Nan membalas: "Bahkan wajahmu pun tak kauperlihatkan, bukankah ini tidak menunjukkan niat baik?"
"Saya benar-benar tidak menyembunyikan diri. Jika kau bersikeras ingin bertemu, teruslah berjalan lurus ke depan."
Chen Nan melangkah selangkah demi selangkah ke depan, Xiao Yu yang gugup terus melirik ke sekeliling dari bahunya. Saat memasuki area di antara dua baras mayat kering, dia "swoosh" langsung menyelip ke dalam dekapan Chen Nan lagi, hanya menyisakan kepala kecil harimau yang waspada mengamati keributan di sekitar.
"Kau harimau mesum ini cepat keluar!" Tapi kali ini tak peduli bagaimana Chen Nan menariknya, cakar kecil Xiao Yu tetap mencengkeram erat bajunya, mati-matian menolak keluar.
"Hehe, kucing kecil bukankah kau pernah ke sini seratus tahun lalu? Apa rindu dengan orang tua seperti saya, jadi kembali mengunjungi?"
Mendengar ini Xiao Yu tak bisa diam lagi. Dari dalam dekapan Chen Nan dia "swoosh" menyembul keluar, menginjak-injak wajah Chen Nan hingga naik ke kepalanya, lalu menarik rambutnya dengan kasar sambil melirik ke segala arah.
"Gua XXXX, harimau mesum berani-beraninya menginjak hidung lalu naik ke kepala gua! Bikin emosi!" Chen Nan langsung menariknya turun dan melemparkannya ke kaki salah satu mayat kering.
"Auuung!"
Raja Harimau Xiao Yu ketakutan sampai mengeluarkan raungan rendah, lalu cepat-cepat lari kembali ke kaki Chen Nan, satu cakar kecilnya menggenggam erat ujung celananya dengan gugup.
"Hehe, kucing kecil kau masih penakut seperti 100 tahun lalu ya? Saya kan takkan memakanmu, takut apa lagi?" Suara tua bergema di seluruh aula, tak bisa dibedakan asalnya dari mana.
Chen Nan maju beberapa zhang lagi. Tiba-tiba salah satu mayat kering di sampingnya menoleh dan menyeringai ke arahnya, gigi putih kelabu berkilauan dengan cahaya mistis yang mengerikan.
“Auuung” Xiao Yu mengaum keras, berlari cepat sejauh beberapa zhang. Saat ini bulunya meremang, matanya menatap jenazah kering dengan panik dari kejauhan.
“Ah!” Chen Nan juga berteriak kaget, mundur tujuh atau delapan langkah berturut-turut. Ia merasakan hawa dingin menjalar dari dalam hati, membuat seluruh tubuhnya menggigil. Ia menghunus pedang panjang di punggungnya dan menegur: “Kau manusia atau hantu?”
“Jenazah kering” melangkah keluar dari barisan mayat. Seluruh tubuhnya hanya kulit pembalut tulang, gerakannya kaku dan mekanis persis seperti zombie.
Ia tersenyum: “Saat ini masih hidup, tapi sudah dekat dengan kematian.” Kemudian ia melambaikan tangan ke Xiao Yu di kejauhan: “Kucing kecil, seratus tahun lalu kau tersesat ke kuil iblis, hingga pergi pun tak menyadari keberadaanku. Kini melihat wajah asli senior ini, masih takut seperti dulu?”
Menatap tengkorak hidup yang mirip zombie dan hantu gentayangan, Xiao Yu dipenuhi ketakutan. Tubuhnya telah membesar, bersiap untuk pertempuran.
Chen Nan memandang “jenazah kering” di depannya dengan tak percaya: “Kau... benar-benar masih hidup? Bagaimana bisa begini?”
“Benar, aku masih hidup. Jangan takut, mari kita mengobrol. Sudah bertahun-tahun aku tak melihat manusia hidup.”
Kali ini saat Chen Nan mengaktifkan teknik leluhur, ia akhirnya merasakan denyut HP yang lemah dalam tubuh “jenazah kering”. Namun denyutnya terputus-putus, hampir tak ada tanda kehidupan. Chen Nan yakin ini benar-benan seorang senior dengan sisa nyawa tipis. Tadi pasti ia menggunakan teknik suara yang mengaburkan posisinya.
Chen Nan mengikat pedang panjang di punggungnya, melangkah beberapa langkah ke depan, sampai pada jarak kurang dari 3 meter dari sang senior, berdiri berhadapan dengannya. Xiao Yu sama sekali tidak mau mendekat, hanya memandang dengan panik dari kejauhan.
Sang senior berkata: "Menurutku saat ini hatimu pasti dipenuhi kebingungan?"
Chen Nan menjawab: "Benar. Sungguh sulit membayangkan ada istana mengerikan seperti ini di tengah pegunungan luas. Bolehkah saya menanyakan beberapa hal pada Anda?"
"Silakan. Tanyakan apa saja. Aku sudah hampir mati. Jika rahasia dalam hatiku tidak diungkap sekarang, mungkin tak akan ada kesempatan lagi."
"Tempat seperti apa ini sebenarnya?"
"Istana Iblis."
"Istana Iblis? Apakah bangunan ini dibuat oleh iblis?"
"Dibangun oleh Dewa Kuno."
"Jika penciptanya dewa, mengapa dinamai Istana Iblis?"
"Karena Dewa Kuno itu merasa dirinya telah jatuh, tidak layak lagi disebut dewa."
"Bagaimana dia bisa jatuh?"
"Dia bertarung habis-habisan dengan Dewa Kuno lain yang juga jatuh untuk memperebutkan harta suci. Meski akhirnya berhasil mengalahkan lawan secara kebetulan, dirinya sendiri juga terluka parah dan terdampar di dunia manusia."
Hati Chen Nan berdesir. Sang pemilik Istana Iblis ini sangat mungkin merupakan salah satu Dewa Kuno yang tercatat dalam gulungan kulit kambing yang digali di Kota Kejahatan. Namun catatan dalam gulungan kulit itu memiliki beberapa perbedaan dengan penuturan sang senior.
Sang senior bertanya: "Wahai pemuda, sebelumnya pernahkah kau mendengar kisah dua Dewa Kuno ini? Kalau tidak, mengapa wajahmu sama sekali tidak menunjukkan keterkejutan?"
"Pernah." Chen Nan kemudian menceritakan legenda Dewa Kuno dari Kota Kejahatan.
“Perang Dewa ribuan tahun yang lalu, tidak disangka tercatat dalam sejarah. Tapi faktanya tidak sesuai dengan rekaman itu.”
“Seperti apa sebenarnya fakta itu?”
“Tuan Kuil Iblis ini lebih unggul, berhasil melukai parah Dewa Kuno lawannya hingga nyaris mati. Saat hendak tewas, Dewa Kuno itu tiba-tiba meledakkan tubuh dewa. Meski dilindungi zirah pusaka, sang Tuan Kuil tetap mengalami luka parah. Kekuatan dewanya merosot ke level terendah, tak bisa merasakan keberadaan pusaka dewa yang tercecer di pegunungan. Ia buru-buru mengumpulkan tulang belulang Dewa Kuno yang meledak itu, lalu kabur dengan dipermalukan ke sini untuk memulihkan diri.”
“Lalu bagaimana?”
“Sang Tuan Kuil memulihkan diri di sini beberapa waktu, lalu panik menemukan kekuatan dewanya tak bisa terkumpul lagi, hanya bisa dipertahankan di level sangat rendah. Beberapa kali ia kembali ke medan perang mencari pusaka yang hilang, tapi selalu pulang dengan kekecewaan.”
Chen Nan mulai gugup mendengarnya: “Ke mana... akhirnya Dewa Kuno itu pergi?”
Sang senior menghela napas: “Ia memulihkan diri di sini ratusan tahun, tapi kekuatan dewa tak kunjung pulih. Suatu hari ia pergi dan tak pernah kembali.”
“Apa?!” Chen Nan terkejut, “Berarti Dewa Kuno itu menghilang... begitu saja?”
“Ya. Entah masih hidup atau sudah tewas dalam kondisi kekuatan terbatas seperti itu.”
"Chen Nan terdiam cukup lama setelah mendengar perkataan itu, lalu bergumam: 'Ini sulit dipercaya, seorang dewa mengembara di dunia...' Kemudian dia bertanya: 'Apa hubungan raksasa-raksasa yang tinggal di luar dengan kuil iblis ini? Mengapa mereka bersujud menyembah aula besar ini?'"
"Leluhur raksasa-raksasa itu pernah ditaklukkan oleh Dewa Kuno sebagai budak ilahi. Mereka memainkan peran besar dalam pembangunan kuil ini, mengangkut batu hitam dari pegunungan jauh. Dewa Kuno adalah sesembahan dalam hati mereka. Meski telah lama menghilang, kewibawaannya tetap hidup turun-temurun di antara raksasa. Mereka tinggal turun-temurun di sini, menjaga kuil iblis ini."
"Tapi... mengapa mereka menumpuk begitu banyak tulang belulang di bawah kuil iblis?"
"Ini salah satu rahasia kuil iblis." Si senior menunjuk tanah: "Di bawah aula ini terkurung binatang buas yang luar biasa kuat. Raksasa menumpuk tulang-tulang itu di luar gunung batu sesuai perintah warisan Dewa Kuno. Di sini Dewa Kuno membuat Formasi Tulang Jiouyou, mengkonsentrasikan kekuatan langit-bumi, mengumpulkan jiwa ribuan makhluk, untuk menekan binatang buas di bawah tanah agar tidak bisa naik berbuat jahat."
Chen Nan terpana, hati dipenuhi kengerian. Binatang buas yang ditekan dewa pasti sangat mengerikan. Membayangkan makhluk itu berada di bawah kakinya pada kedalaman puluhan zhang atau ratusan zhang, tubuhnya menggigil.
"Seperti apa sebenarnya binatang jahat ini?"
“Tidak tahu, selain pemilik kuil iblis tidak ada yang pernah melihatnya, hanya sesekali bisa mendengar raungannya.”
Tiba-tiba dari bawah tanah terdengar raungan menggeram yang mencekam, meski terhalang lapisan lantai aula suara tidak begitu jelas, namun cukup membuat bulu kuduk merinding. Xiao Yu kaget dan menyusut secepat kilat hingga sebesar kucing, lalu melompat ke bahu Chen Nan. Sambil waspada mengawasi sesosok senior yang mirip mayat kering di seberang, ia mengernyitkan telinga menyimak raungan garang bak siulan iblis.
Chen Nan sejak siang tadi di luar aula sudah mendengar desisan aneh yang samar-samar, kini baru paham. Setelah raungan mereda, ia bertanya: "Mengapa Dewa Kuno mengurungnya di sini? Kenapa tidak langsung menghancurkannya dulu?"
Senior itu menjawab: "Dulu Dewa Kuno membawanya dari tempat lain ke sini berniat menjinakkannya sebagai Mount. Tapi sifat binatang buas itu keras kepala, sama sekali tak mau menyerah. Dewa Kuno terpaksa mengurungnya di bawah aula, berharap perlahan-lahan bisa menaklukkannya. Tapi tak disangka takdir, tak lama kemudian dia mengalami luka parah dalam Perang Suci itu, sudah tak punya kemampuan untuk membunuh binatang buas itu. Akhirnya dipasanglah Formasi Tulang Belulang Sembilan Kegelapan untuk mencegahnya kabur."
"Begitu rupanya. Tak kusangka di pedalaman seperti ini ada tempat misterius semacam ini."
Senior itu melanjutkan: "Ini baru satu dari kabar rahasia kuil iblis. Masih ada rahasia yang lebih besar lagi."
"Masih ada rahasia yang lebih besar?"
"Di bawah aula ini tidak hanya mengurung binatang buas, tapi juga mengunci baju zirah pusaka."
"Chen Nan hatinya berdebar, teringat legenda tentang armor. Tak tahan ia bertanya: 'Apa nama armor pusaka ini?'"
"Armor Xuanwu."
"Chen Nan terkejut: 'Ah, jangan-jangan... armor Xuanwu yang sudah ada sejak zaman purba itu?'"
"Sang senior mengangguk: 'Benar, armor legendaris dari Benua Xianhuan.'"
"Di masa silam nan jauh, Benua Xianhuan memiliki beberapa senjata yang dianggap harta suci. Konon ahli terhebat yang memegangnya bisa melawan dewa. Namun sayangnya, senjata ini hanya muncul dalam legenda, sekali dalam ribuan tahun."
"10.000 tahun lalu Chen Nan pernah melihat Panah Houyi yang ditemukan ayahnya Chen Zhan saat berpetualang. Kini ia melihat panah suci itu lagi, tapi segalanya sudah berubah. Ia tak tahu apakah Chen Zhan menembus Void setelah meninggalkan panah itu, atau..."
"Meski belum melihat harta legendaris lain, Chen Nan tahu ada armor Xuanwu. Tak disangka hari ini ia menemukan petunjuknya. Konon armor ini tak hanya melindungi, tapi juga bisa memanfaatkan momentum untuk melawan balik, serang-tahan sekaligus, benar-benar ajaib."
"Apa kata-kata senior ini benar?"
"Benar. Armor ini memang terkunci di bawah Kuil Iblis. Dulu pemilik kuil ini menemukannya secara kebetulan dan menjaganya seperti nyawa. Tanpa armor ini, mungkin dia sudah mutual destruction dengan dewa kuno dalam perang suci itu."
Chen Nan menghela napas: "Dalam legenda kuno, Panah Houyi yang setara dengan Armor Xuanwu pernah menjatuhkan dewa dari langit. Sungguh tidak tahu apa keistimewaan Armor Xuanwu."
Senior itu berkata: "Harta warisan sejak zaman purba pasti memiliki keunikan tersendiri."
Chen Nan bertanya: "Sebenarnya siapa identitas senior? Mengapa tinggal di sini? Sampai sekarang saya belum tahu statusmu."
Senior menunjuk ke dua baras mayat kering di aula: "Saya sama seperti mereka, menjadi pelayan di Kuil Iblis."
"Ah, apakah mereka juga masih hidup?" Chen Nan berteriak shock.
"Tidak, sudah mati bertahun-tahun lalu. Mereka adalah abdi dewa dari berbagai generasi. Karena mempelajari Jurus Kayu Kering, mayat mereka jadi seperti ini setelah meninggal."
"Abdi dewa?"
"Ya. Sebelum pengaruh pemilik Kuil Iblis pudar, beliau pernah menerima seorang pelayan - abdi dewa generasi pertama. Hanya dia yang pernah bertemu pemilik kuil. Abdi pertama ini sangat loyal pada dewa kuno, terus mengharapkan sang dewa kembali namun sia-sia menunggu lebih dari seratus tahun. Di masa tuanya, dia meminta raksasa dari luar untuk mengantarnya keluar pedalaman. Di Kota Kejahatan dia menerima murid, lalu kembali ke sini. Begitulah asal-usul para abdi dewa di kuil ini dari generasi ke generasi."
"Oh, begitu rupanya."
Senior itu melanjutkan: "Waktu terus mengalir, ribuan tahun telah berlalu. Meskipin kuil iblis ini masih memiliki pelayan dewa, hati mereka tidak seperti dahulu. Generasi penerus tidak pernah melihat dewa kuno, mana mungkin ada rasa takut? Lagipula, keberadaan pelayan dewa sudah kehilangan makna. Beberapa generasi lalu sudah ada yang berniat berhenti merekrut murid, tapi tak pernah memutuskan. Aku sudah ikhlas, memutuskan untuk tak lagi menerima murid."
"Apakah... Paduka bermaksud meninggalkan tempat ini?"
"Usiaku sudah tiga ratus tahun lebih, seorang yang hampir mati. Apa artinya pergi? Tempat ini adalah kuburan terbaik bagiku."
"Ah, tiga ratus tahun lebih?! Lalu level kultivasi Paduka..." Chen Nan tak sanggup melanjutkan. Jika benar, level itu pasti sudah mencapai tingkat yang tak terbayangkan orang biasa.
Senior menjelaskan: "Setiap generasi pelayan dewa minimal bisa hidup hingga 150 tahun. Teknik warisan dewa kuno fokus pada kesehatan, bukan kultivasi biasa. Faktanya, kemampuan pelayan sepanjang zaman tidaklah tinggi, di benua ini hanya bisa dianggap sebagai ahli biasa. Contohnya aku: meski sudah 300 tahun lebih, sama sekali bukan lawanmu. Mustahil melawanmu."
"Oh." Chen Nan pernah dengar tentang praktisi semacam ini. Ini cabang aliran Tao yang tak mengejar kekuatan. Tujuan melatih diri hanya untuk memperoleh umur panjang.
Orang tua itu berkata: "Aku tahu ajal sudah dekat, karena itu kusampaikan rahasia dalam hatiku. Armor Xuanwu sejak zaman kuno telah menjadi salah satu harta legendaris di benua ini. Kuharap dunia bisa mengetahui keberadaannya, tak ingin ia terkubur dalam kegelapan selama bertahun-tahun."
