Di perjalanan, Kevin tetap tersenyum, dia tidak menunjukkan ketidaksenangan terhadap Chen Nan karena konflik rumit antara Chen Nan dan Dongfang Phoenix. Awalnya yang lain berkesan buruk pada Chen Nan, mengingat reputasi buruknya di Akademi Shenfeng, namun selama perjalanan mereka menemukan bahwa dia tidak seekstrim yang dibayangkan, perlahan mengubah pandangan mereka.
Melalui obrolan santai, semua saling lebih memahami. Kevin dan Chen Nan dengan kekuatan terkuat telah mencapai level tiga. Kekuatan Guan Hao paling lemah, level kultivasinya baru mencapai tingkat satu. Selain Long Wu yang misterius dan sulit ditebak, anggota lain semuanya telah mencapai level dua.
Baru saat ini Guan Hao menyadari perannya hanyalah "umpan". Sebenarnya semua paham, dalam pertandingan pemanasan, faktor penentu kemenangan terletak pada ahli tingkat tiga di tim.
Mereka tidak mengetahui nama asli Chen Nan, hanya tahu marga Chen. Banyak siswa istimewa di Akademi Shenfeng yang menyembunyikan identitas, sehingga mereka tidak mendesak untuk bertanya lebih lanjut selama perjalanan.
Di wilayah timur Benua Tianyuan, tiga negara besar menguasai tiga perempat wilayah timur: Negara Chu di barat, Baiyue di utara, dan Anping di tenggara. Tiga negara adidaya ini tidak berbatasan langsung, terpisah oleh banyak negara kecil yang sebagian besar menjadi negara vasal mereka.
Setelah satu hari penerbangan, semua orang melintasi wilayah Chu dan tiba di negara Jin yang terletak di antara tiga negara: Chu, Baiyue, dan Anping. Meski wilayah Jin terbatas dan tak bisa disamakan dengan tiga negara adidaya, namun di wilayah Timur ia memiliki reputasi tertentu.
Di negara kecil ini terdapat banyak sekte kultivasi kuno. Dalam ribuan tahun terakhir, sekte-sekte ini pernah melahirkan banyak tokoh penting yang menggemparkan dunia.
Beredar rumor: Ada yang berhasil menyusup ke tempat suci sihir misterius Barat lalu mundur dengan selamat; Ada yang mengendarai naga sakti Timur berkeliling samudera; Ada yang mencapai tingkat dewa namun memilih tetap di dunia manusia...
Secara tak langsung, Jin telah menjadi tempat suci kultivasi di Timur. Akademi Xianwu yang didirikan di negara ini tentu memiliki kekuatan yang luar biasa.
Memandang tanah di bawahnya, Chen Nan terpaku oleh keterkejutan yang mendalam, gelombang emosi bergolak di hatinya.
Deretan pegunungan, hamparan dataran, aliran sungai-sungai besar...
Sepuluh ribu tahun telah mengalir, dunia telah berubah drastis. Namun saat memandang wilayah Jin, Chen Nan masih merasakan aura yang familiar. Pegunungan Taihang yang tak berujung, dataran Jiuzhou yang luas membentang, Danau Xizi yang biru membiru...
Semuanya menunjukkan bahwa ini adalah tanah airnya - negara Huaxia kuno di masa lalu.
"Benarkah... Benarkah ini Huaxia?!" gumam Chen Nan, matanya mulai berkaca-kaca.
Saat itu di istana Chu, ketika ia membaca berbagai literatur kuno, dia pernah mencoba mencari tahu di wilayah mana negara Huaxia dari 10.000 tahun lalu berada di zaman sekarang. Namun dalam lautan literatur kuno yang luas itu, tak ditemukan sedikitpun petunjuk, bahkan karakter "Huaxia" pun tak terlihat.
Berdasarkan ingatannya, dia tahu negara kuno Huaxia terletak di wilayah tengah Benua Xianhuan. Tapi setelah 10.000 tahun berlalu, dia tak tahu apakah topografi wilayah itu telah berubah drastis, apalagi menemukan bekas-bekas yang familiar.
Seperti sudah ditakdirkan, dalam perjalanan ke Jin kali ini, dia justru menemukan daratan Huaxia masa lalu. Topografi memang banyak berubah, tapi tetap bisa dikenali.
Chen Nan tidak begitu merindukan tanah airnya. Alasan dia mengejar peninggalan Huaxia adalah karena ada penyesalan yang terus membekas di hatinya. Dia ingin pergi ke suatu tempat untuk mengungkap kebenaran sejati, mencari sedikit penghiburan.
Mengenang perpisahan terakhirnya dengan Yuxin 10.000 tahun lalu, takkan pernah terlupakan seumur hidupnya.
Di bawah langit suram, hujan rintik-rintik tertiup angin. Bunga-bunga berwarna-warni layu seketika, kelopak bunga berjatuhan beterbangan...
Yuxin yang meridiannya hancur, setelah diubah takdirnya oleh ahli sejati Chen Zhan, berjalan masuk ke kedalaman Lembah Bunga Ratusan sambil setiap langkah menoleh ke belakang. Wajahnya yang lesu, punggungnya yang menyedihkan, pandangan terakhir penuh kesedihan...
Pada saat itu, ribuan kata berdesakan di hati Chen Nan. Bibirnya terbuka, tapi tak satu pun teriakkan keluar. Tangannya meraih ke depan sekuat tenaga, seolah ingin menahan bayangan yang menjauh. Tapi selain udara, apa lagi yang bisa diraihnya? Kuku menusuk telapak tangannya, darah menetes ke tanah setetes demi setetes.
Sakit. Memang sakit. Bukan di tangannya, tapi di hatinya. Pada detik itu, hatinya berdarah!
Puncak kesedihan adalah perpisahan hidup dan kematian. Pada momen itu, Chen Nan mengalami keduanya sekaligus.
Meski ilmu dewa perang Chen Zhan melampaui batas, mempertahankan nyawa Yuxin dengan cara tak wajar, itu hanyalah tunda sesaat. Pemulihannya bergantung pada dirinya sendiri. Di detik terakhir, Yuxin memasuki Lembah Bunga Ratusan - tanah pusaka dewa kuno.
Bisikan pilu itu masih bergema di telinga Chen Nan: "Jangan sedih, jangan pilu. Aura spiritual Lembah Bunga Ratusan begitu pekat. Aku pasti bisa respawn... Sampai jumpa, sampai bertemu lagi!"
Guntur menggelegar di atas Lembah Bunga Ratusan. Kilat menyambar dari langit suram. Chen Zhan terbang mengelilingi lembah, menghantamkan 108 telapak tangan untuk mengaktifkan kendali dewa kuno, menutup total wilayah itu.
……
Laut berubah jadi ladang, waktu yang kejam terus mengalir. Tapi hati Chen Nan seakan terhenti di momen sepuluh ribu tahun silam.
Tak bisa dilupakan! Tak juga bisa! Air mata mengaburkan pandangannya.
Naga terbang melesat cepat, tiba-tiba Chen Nan berteriak: "Aku takkan melupakan!"
Gemuruh suaranya bagai guntur menggema di angkasa, tiga naga terbang panik, tubuh mereka bergetar tak terkendali membuat semua penumpang di atasnya oleng.
Setelah teriakan shock, semua melotot ke Chen Nan, tapi mendapati wajahnya basah oleh air mata, terpaku menatap hamparan bumi nan luas.
