Chen Nan membawa Chenxi kecil mendekati Bayi Naga. Saat ini si naga kecil sedang tertidur pulas dengan dengkuran "hu-lu hu-lu", bahkan dalam mimpi pun terlihat senyum naga yang penuh kemenangan. Memang, kali ini panen besar—di depannya bertumpuk buah-buahan ajaib berwarna-warni yang memancarkan aroma harum menggoda. Semua ini bisa disebut harta langit, biasanya sangat sulit ditemukan, namun di Tanah Peninggalan Dewa Kuno ini, ia berhasil memetik begitu banyak sekaligus.
"Bayi Naga sangat memahami betapa berharganya buah-buahan ajaib ini. Selama tiga hari ini, dia hanya memakan tiga buah, lalu berhasil menahan nafsunya. Kini merasakan kedatangan Chen Nan, matanya yang besar terbuka lebar memandangnya dengan penuh semangat."
"Xiao Longlong..." Chenxi tersenyum manis sambil melambai-lambai ke Bayi Naga dengan tangan mungilnya yang seputih salju. Suara kekanakannya dipenuhi kehangatan.
Meski Bayi Naga sendiri menahan diri selama tiga hari ini tanpa rakus, dia tak pelit terhadap Chenxi. Buah-buahan paling berharga justru diberikan padanya. Bisa dibilang, selama tiga hari duka Chen Nan, Bayi Nagalah yang terus membantu merawat Chenxi.
"Yi-ya yi-ya!" Bayi Naga limbung bangkit, menunjukkan keakraban pada Chenxi. Chen Nan mengusap-usap sisiknya sambil berbisik, "Terima kasih. Mari kita pergi dari sini."
Bayi Naga mengangguk, lalu "Wu-wu!" bersuara sambil menunjuk tumpukan "harta karun" di tanah. Chen Nan tersenyum, meletakkan Chenxi di tanah, lalu membuka tasnya. Beberapa jubah lebar dikeluarkan untuk membungkus buah-buahan ajaib itu. Sebuah jubah lain digunakan untuk mengikat tiga bungkusan, lalu dikalungkan ke leher Bayi Naga.
Bayi Naga tampak gembira, tertatih-tatih mengikuti Chen Nan keluar dari lembah.
“Kakak, kita mau pergi ke mana?” Setelah keluar dari Lembah Bunga Ratusan, Chen Xi kecil terlihat agak berat hati, sesekali menoleh ke arah lembah.
“Kakak akan membawamu ke kota, setuju? Di sana ada banyak teman seusiarmu, kamu akan punya banyak teman bermain di sana.” Chen Nan bingung dengan identitas asli Chen Xi kecil, namun perasaannya tulus penuh kasih. Terkadang dia menganggapnya sebagai bayangan Yuxin - ilusi semangat yang diciptakannya sendiri sebagai harapan dan kerindangan akan masa lalu. Bukan cinta romantis, melainkan kenangan yang membuatnya memperlakukan Chenxi seperti putri sendiri.
Chen Xi kecil menoleh memandang lembah dengan rasa berat hati, tapi akhirnya tersenyum polos: “Kakak ke mana, Chenxi ikut ke mana.”
Melihat kemanisan dan kelucuan Chenxi yang seperti malaikat kecil berusia tiga tahun ini, Chen Nan tak bisa berkata-kata. Makhluk penuh misteri yang tak menyadari keunikannya sendiri ini membuatnya bertekad memberikan masa kecil paling bahagia, jauh dari pengasingan seperti kehidupan Yuxin di pegunungan.
Chen Nan menggendong Chenxi kecil, diikuti bayi naga yang tertatih-tatih. Dua manusia dan satu naga meninggalkan Situs Warisan Dewa Kuno. Saat baru saja keluar dari Lembah Bunga Ratusan, empat pemimpin yokai yang menghilang beberapa hari sebelumnya muncul lagi di hadapan mereka.
Putri Beo Hitam dengan sayap berkilau hitam terbang bolak-balik di udara, mengepakkan sayapnya sambil berteriak: "Kalian muncul di waktu yang tepat, formasi besar peninggalan dewa kuno akan segera beroperasi lagi. Situs peninggalan dewa kuno ini hanya terbuka beberapa hari setiap seribu tahun." Kemudian terus menerus memekik: "Benarkah peri kecil ini akan pergi dari Gunung Kunlun bersama si pemalas itu? Mengapa tidak tinggal saja? Jika kau tinggal, kami akan menjadikanmu raja!"
Tiga yokai lainnya juga penuh ekspresi antisipasi. Meski saat ini masih dalam wujud binatang, wajah mereka menunjukkan ekspresi harapan layaknya manusia.
Xiao Chenxi menggerakkan tangan mungilnya seputih salju dengan raut sedih: "Terima kasih telah begitu baik padaku, tapi aku harus pergi bersama kakak. Entah mengapa, selalu ada perasaan bahwa kakak adalah orang yang paling dekat denganku."
Hati Chen Nan bergetar. Semakin bingung: Apakah giok suci yang menjadi cerdas dan merekam setiap kenangan Yuxin? Ataukah Yuxin menggunakan giok itu untuk kembali ke dunia? Semakin misterius! Apa yang sebenarnya terjadi di Lembah Bunga Ratusan selama sepuluh ribu tahun terakhir? Siapakah sebenarnya Xiao Chenxi? Semua ini diselimuti kabut tebal.
Putri Beo Hitam tidak rela: "Apa kelebihan si pemalas ini? Biasa-biasa saja! Mengapa peri kecil justru menyukainya?"
"Jangan bicara seperti itu tentang kakak. Kakak itu baik," bantah Xiao Chenxi.
“Di mana baiknya? Bagaimana dilihat juga tidak seperti orang baik.” Putri Beo terus-menerus berusaha membujuk.
“Diam kau gagak cerewet ini. Kalau masih ribut, aku cabut semua bulumu.” Chen Nan menatap Putri Beo yang terus beterbangan di depannya, akhirnya tidak tahan dan meneriaki.
Putri Beo marah sekali setelah ditegur Chen Nan, berteriak keras di udara: “Lihatlah peri kecil, mulut si pemalas ini penuh umpat, bagaimana kau bisa bersamanya?”
Chen Nan tahu aturan main Yokai yang tidak boleh sembarangan melukai manusia. Ia sama sekali tidak takut pada beberapa Yokai di depannya. Karena itu, bicaranya tanpa ampun: “Setiap orang berhak memilih hidupnya sendiri, atas dasar apa kau ikut campur? Kalau masih berkicau, Xiao Long akan panggang kau!”
Xiao Long dengan sigap melangkah maju, mengedipkan mata besar ke arah Putri Beo di udara, lalu mengibaskan cakar naga. Beberapa hari terakhir, bayi naga ini sering berkelahi dengan empat pemimpin Yokai, kekuatannya sedikit lebih unggul, membuat para Yokai yang enggan berkonflik jadi pusing.
Princess Beo melihat sikap Si Naga Kecil yang memamerkan kekuatan, sangat marah lalu berteriak, "Jangan kira aku takut padamu, cuma aku nggak mau berkelahi habis-habisan aja!" Meski di mulut bilang tidak takut, ia tak berani lagi memanggil si naga kecil sebagai "burung bodoh". Karena setiap kali menyebut "bayi naga" seperti itu, si naga kecil langsung jadi gila dan bergulat dengannya tanpa henti.
Si Naga Kecil sama sekali mengabaikan perkataannya, memperlihatkan "ekspresi khas naga" sambil menyeringai, menunjukkan sikap meremehkan.
Xiao Chenxi yang digendong Chen Nan mengedipkan bulu mata panjangnya, mata besar bagai permata hitam. Ia memandang empat yokai aneh di depannya, lalu melihat sikap provokatif Si Naga Kecil, "Dragon kecil jangan berkelahi ya, burung dan babi jangan halangi kakak. Aku akan kembali menjenguk kalian nanti."
Princess Beo yang tahu Xiao Chenxi sudah bulat tekadnya dan tak mungkin tinggal, menghela napas pelan. "Dewi kecil tidak tahu betapa jahatnya manusia di luar. Otak mereka penuh ide kotor. Di masyarakat manusia, banyak yang menghalalkan segala cara demi keuntungan kecil. Kami tak mau kamu dirugikan, makanya nggak mau kamu keluar pegunungan."
Xiao Chenxi tersenyum manis, "Aku nggak takut. Kakak pasti akan melindungiku."
“Dia? Si pemalas ini kemampuannya payah, mana bisa melindungimu? Tidak percaya, ayo kita uji kemampuannya.” Putri Beo mengepakkan sayap, terbang bolak-balik di atas kepala Chen Nan, seolah sama sekali tak menganggapnya berarti.
Diremehkan oleh seekor burung monster begini rupa, memang membuat Chen Nan geram. Meski itu makhluk iblis, tetap saja membuatnya kesal. Ia meletakkan Xiao Chenxi di punggung bayi naga, cepat-cepat melepas busur panjang di punggungnya, memasang anak panah berbulu elang di senar busur. Kedua tangannya menarik kuat busur tebal hingga melengkung seperti Bulan Purnama, senar berdentang ringan, anak panah menyambar udara melesat.
Putri Beo tampaknya sama sekali tak menghiraukan panah ini, tetap acuh tak acuh terhadap anak panah yang mendekatinya. Baru saat anak panah berbulu elang itu berjarak kurang dari 10 cm, ia mulai merasa ada yang tak beres.
“Ah, anak panah sihir!”
Benar, Wakil Direktur memberikan Chen Nan satu set senjata bermagic. Anak panah berbulu elang ini memang anak panah sihir berkekuatan dahsyat. Sejak terlepas dari senar busur, anak panah itu mulai beresonansi dengan elemen sihir di udara, cadangan mananya teraktivasi total. Meski Putri Beo sudah menyadari keanehan sejak awal, ia tak mengindahkannya. Baru saat anak panah semakin mendekat, ia merasa situasi memburuk.
Anak panah berbulu bagai kilatan listrik, tepat mengenai Putri Beo. Anak panah berbulu elang yang dipenuhi energi sihir kuat bergemuruh hancur berkeping-keping. Gelombang energi sihir dahsyat langsung menyebar di udara, menggugurkan dedaunan di pepohonan sekitar. Chen Nan menghalangi depan bayi naga, menahan sisa gelombang energi sihir agar aliran energi yang menyebar tak sampai membahayakan Xiao Chenxi.
Anak panah sihir kuat itu tak melukai Putri Beo, namun membuat sayapnya yang berkilau menjadi kusut. Penampilannya terlihat agak konyol.
Chen Nan tahu meski anak panah sihir memiliki kekuatan dahsyat, tetap tak cukup untuk melawan pemimpin yokai yang setara kekuatan dengan bayi naga. Dengan cepat ia menggesek busur dan melepaskan anak panah sihir secara berturut-turut. Dentuman "Dorong! Dorong!" tak henti bergema di hutan saat anak panah sihir meledak satu per satu, memancarkan gumpalan cahaya menyilaukan di udara.
Faktanya anak panah sihir benar-benar tak bisa melukai Putri Beo. Hanya panah pertama yang berhasil mengacaukan sayapnya saat lengah. Anak panah berbulu elang lain yang penuh energi sihir kuat sudah hancur berkeping beberapa kaki di depannya.
Energi sihir kuat yang meledak dari anak panah sihir semuanya terhalang oleh cahaya hitam berkilau yang dipancarkan dari tubuh Putri Parrot, mustahil melukainya sedikitpun. Ribuan sinar hitam memancar dari dalam tubuhnya, bagaikan matahari hitam yang tergantung di langit.
Dalam sekejap, tabung panah Chen Nan sudah kosong. Ia menghentikan serangan sia-sia itu.
Putri Parrot juga menarik kembali cahaya hitamnya, berteriak marah di udara: "Brengsek! Bajingan ini berani menyergapku! Bahkan pakai anak panah sihir!" Beberapa kali ia ingin terjun menyerang Chen Nan, tapi ditahannya lagi, gerutu: "Kalau bukan karena larangan leluhur, pasti kuremukkan kau! Uh... Baju luarku yang cantik... Brengsek banget!"
"Si Gagak Cerewet, kau sendiri yang mau mencoba kemampuanku." Chen Nan menyindir.
"Bajingan! Brengsek!" Putri Parrot terbang kesana-kemari sambil marah, tapi dengan bulu-bulu yang kusut, ia terlihat sangat dipermalukan.
Babi Hutan, Kelinci Putih, dan Kijang di samping menunjukkan ekspresi bergembira atas kesulitan orang lain, menatap sinis ke Putri Parrot. Xiao Xichen mengedipkan matanya: "Kakak, jangan berkelahi dengan burung."
Chen Nan membelai rambut lembutnya: "Terkadang beberapa hal tak bisa dihindari. Seperti sekarang, kalau kakak tak begini, dia akan terus mengganggu dan makin merajalela, tak ada habisnya."
“Omong kosong, aku hanya ingin peri kecil ini tetap tinggal.” Putri Parrot membantah dengan ketidakpuasan.
Saat itu, Yokai babi hutan gemuk perlahan mendekat, memberikan tekanan berat pada Chen Nan. Ia mengulurkan satu kaki depannya, dengan sudut yang tak terduga melengkung ke atas, menepuk-nepuk punggungnya sendiri. Gerakan ini membuat Chen Nan terpana.
Meski sangat marah, Putri Parrot tak lupa menerjemahkan: “Dia ingin menguji kemampuanmu. Kau boleh menyerangnya sekuat tenaga tanpa balasan. Dia ingin melihat apakah kau benar-benar mampu melindungi peri kecil.”
Chen Nan merasa lucu, para yokai ini bersikap seperti anak kecil. Namun dari sikap mereka, terlihat jelas mereka sangat menyayangi Xiao Chenxi. Karena babi hutan ini mengizinkannya melakukan serangan penuh, dia pun tak bisa menolak. Untuk menghindari diremehkan, dia memutuskan melakukan tebasan pedang sekuat tenaga.
Tiga hari lalu di Lembah Bunga Ratusan, pedang biasa Chen Nan telah dihancurkan oleh Lao Yaoguai diam-diam. Kini dia mengeluarkan pedang sihir pemberian Wakil Direktur. Kilauannya tidak berlebihan, bahkan cenderung redup, mirip pedang biasa. Namun Chen Nan dapat merasakan kekuatan dahsyat yang tersimpan di dalamnya. Saat dia mengerahkan tenaga, energi magis dalam pedang langsung memancar melalui kilatan mata pedang, beresonansi dengan elemen sihir di udara.
Chen Nan mengangkat pedang panjang hingga melewati kepalanya dengan kedua tangan, mengerahkan seluruh tenaga dalam ke bilah pedang. Api keemasan menyala-nyala memancar dari tubuhnya, sinar keemasan berkilauan mengelilingi tubuhnya membuatnya terlihat seperti manusia api. Kekuatan dahsyat dimasukkan ke pedang, bilah yang sebelumnya suram tiba-tiba memancarkan kilau dingin yang menusuk tulang. Kilatan pedang berapi menyala-nyala melesat ke udara disertai suara "creek" yang menyambar angkasa.
Pedang panjang di tangan Chen Nan mengarah ke langit, aura pedang melesat vertikal ke atas. Aura pembunuh yang dingin memenuhi arena. Gelombang kekuatan dahsyat berpusat darinya menyebar ke segala penjuru, menciptakan riak-riak di udara.
Kilau keemasan dari pedang itu semakin terang dan menyilaukan. Di luar bilah pedang sepanjang 1 meter, terdapat kilatan api sepanjang 3 meter. Aura pedang tak berbentuk perlahan berubah menjadi aura berbentuk, tanda-tanda materialisasi kilau emas mulai terlihat.
Keempat Yokai terkejut. Meski metode kultivasi mereka berbeda dengan manusia, esensi latihan mereka pada dasarnya sama. Mereka merasakan kekuatan dahsyat yang dilepaskan Chen Nan, tak menyangka level kultivasinya telah mencapai tingkatan setinggi ini.
Secara umum, Yokai-yokai ini masih belum matang secara mental. Meski kemampuan tempurnya kuat, banyak aspek masih jauh di bawah ahli manusia setingkat. Seandainya ahli manusia memiliki level kultivasi seperti mereka, pasti sudah bisa merasakan kekuatan sejati Chen Nan sejak awal.
Aura pedang akhirnya berada di antara wujud dan tak berwujud, kilatan pedang sepanjang 3 meter lebih nyaris terlihat nyata, hawa dingin yang memaksa membuat suhu sekitar turun drastis.
"Bertarung!" Chen Nan menegur keras, pedang panjang di tangannya menghujam ke bawah, aura pedang yang berwujud seperti arit Dewa Maut mulai berjatuhan ke tubuh Babi Hutan Iblis.
Bersamaan dengan itu, kekuatan sihir yang terkandung dalam pedang panjang pun meledak, cahaya spektakuler menyilaukan mata. Kekuatan sihir yang kuat dan aura pedang yang menyambar menciptakan momentum menakutkan, menghancurkan beberapa pohon besar di depan hingga dedaunan compang-camping bertebaran, ranting-ranting berderit keras. Akhirnya beberapa pohon besar itu hancur berkeping-keping di bawah gelombang kekuatan kejam yang gila-gilaan, menyisakan serpihan bertebaran di udara.
Ini hanyalah hasil dari aura pedang berwujud dan kekuatan sihir yang bergelora keluar, belum benar-benar menyentuh pohon-pohon besar itu. Mata Babi Hutan Iblis memancarkan kilatan Fear, meski level kultivasinya luar biasa mengejutkan, tapi jika diam saja menerima tusukan ini, mungkin sulit untuk bertahan.
Mendekati kilatan pedang berapi yang hampir termaterialisasi yang akan menyambar babi hantu, tiba-tiba tubuhnya menggeliat. Tubuh yang awalnya tidak terlalu besar tiba-tiba mengembang seperti balon yang dipompa. Dalam sekejap, babi hantu berubah menjadi lebih besar dari gajah, dua taring putih berkilau dingin seperti pedang raksasa yang menakutkan. Ia menggelengkan kepala sambil menggerakkan dua taring mengerikan itu, mengirim aura pedang yang terlihat untuk menangkal serangan tebasan dari atas.
Kilatan pedang berkilauan termaterialisasi sepanjang 3 meter menghantam taring babi dengan suara "Doron" yang menggema.
Dentuman luar biasa mengguncang seluruh hutan. Kilatan pedang spektakuler dan taring tajam babi hantu bentrok, memercikkan cahaya menyilaukan bagaikan matahari.
Fluktuasi Energi ganas mengamuk di hutan luar Lembah Bunga Ratusan. Pepohonan menari liar, dedaunan beterbangan. Aura pedang yang menyebar dan kekuatan sihir menghancurkan lereng gunung sekitar, meninggalkan lubang-lubang besar di tanah hutan. Banyak pohon besar patah, ranting-ranting dan daun-daun compang-camping berserakan di tanah.
Meski kultivasi Wild Boar Demon (Yezhujing) sangat menakjubkan, menghadapi serangan kuat ini, tubuhnya tergoyang tiga kali. Chen Nan terhempas akibat benturan dahsyat, melayang horizontal sejauh 5-6 zhang (≈15-18 meter) di udara sebelum menemukan keseimbangan dan mendarat. Pedang panjang sihirnya kini hancur berkeping, hanya tersisa gagang di tangannya.
Bukan karena level kultivasi Chen Nan tidak cukup dalam, melainkan kemampuan Yezhujing yang terlalu luar biasa. Jika diukur dengan tier kultivasi manusia, setidaknya mencapai Tier 5 bahkan mendekati Tier 6. Meski hanya bertahan secara pasif tanpa serangan balik ganas, daya pantulnya saja sudah di luar kemampuan ahli biasa.
Darah Chen Nan berdesir dalam tubuhnya, namun untungnya tidak terluka. Performa ini membuat beberapa yokai terkejut. Perlu diketahui, mereka adalah pemimpin generasi baru yokai di Gunung Kunlun yang jarang bisa ditahan serangannya oleh manusia biasa.
Saat aura pedang dan energi sihir mulai berkecamuk, Dragon Baby (Longbao) telah membawa Little Dawn (Xiaochenxi) terbang ke udara. Dengan cemas, Xiaochenxi melambai-lambaikan tangan kecilnya: "Kakak... kau baik-baik saja?" Matanya masih berkaca-kaca setelah melihat Chen Nan terlempar tadi.
Chen Nan melambaikan tangan padanya dengan lembut: "Jangan khawatir, jangan takut, adikku. Kakak baik-baik saja."
"Jin Babi Hutan berhenti mengembang, tubuhnya mulai menyusut cepat, kembali ke bentuk semula." Chen Nan membuang gagang pedang, menghadap Jin Babi Hutan: "Masih mau menguji kemampuanku?"
Awalnya disepakati tidak bergerak, membiarkan Chen Nan memberikan serangan penuh, tapi di saat akhir tiba-tiba berubah bentuk melakukan serangan balik yang tepat. Ini membuat Jin Babi Hutan merasa malu, mengeluarkan suara "grunt-grunt" seolah merasa tidak enak.
Putri Beo yang terbang di udara kembali menjadi penerjemah: "Dia sudah mengakui kemampuanmu. Dalam kondisi tanpa musuh super kuat, bisa menjamin keamanan peri kecil."
Chen Nan tahu para yokai ini benar-benar tulus memperhatikan keselamatan Chenxi. Ia mengangguk: "Tenang, aku tidak akan membiarkan Chenxi menerima setengah ketidaknyamanan, apalagi masalah keamanan. Sekarang, bolehkah kami pergi?"
Putri Beo mengangguk pasrah. Tiga yokai lainnya tidak menghalangi lagi.
Bayi Naga turun dari langit. Chen Nan mendekat dan menggendong Chenxi. Gadis kecil itu memeluk lehernya erat, bulu mata panjangnya masih menggantung butiran air mata kristal: "Kakak... Aku sangat khawatir!"
"Tenang, Chenxi. Kakak baik-baik saja." Chen Nan menenangkan sambil menepuk punggungnya.
Putri Beo meski ingin Chen Xi tetap tinggal, namun tak punya solusi. Ia terbang kesana-kemari dengan gelisah di udara, akhirnya hinggap di tanduk kijang. Menatap tiga yokai ia menghela: "Peri kecil akhirnya tetap pergi dengannya. Tapi leluhur berkata benih iblisnya telah tertanam dalam, suatu hari mungkin jadi raja pembunuh. Ah, mengapa peri kecil bersama orang seperti ini?"
Chen Nan dengan keenam indera tajam dan persepsi spiritual luar biasa, meski ucapan Putri Beo hampir tak terdengar tetap tertangkap. Dadanya berdebar, teringat perkataan ayahnya dulu: "Malam Dongfang Xiaotian menyerang, Chen Nan hampir kesurupan. Benih iblis sudah mengakar, jalur kultivasinya mungkin berbeda sama sekali dengan kita..."
Kini kata-kata serupa menggema di telinganya, membuatnya tak bisa menahan gejolak hati.
Chen Xi kecil juga seperti mendengar sesuatu. Ia memiringkan kepala memandang Putri Beo, ingin bicara namun menahan diri. Chen Nan terkejut, tak menyangka persepsi spiritual gadis kecil ini juga setajam itu.
Chen Nan menggendongnya naik ke punggung Bayi Naga. Sebelum lepas landas, ia tak tahan bertanya: "Level kultivasi kalian sudah sampai bisa berubah wujud manusia, kenapa tidak ke dunia manusia untuk berlatih?"
"Kau pikir kami tak ingin? Jika bukan karena waspadai dewa yang mengerikan itu..." Tiba-tiba ia membisu.
Chen Nan sangat heran, bertanya: "Apa sebenarnya yang kalian waspadai?"
Putri Parrot yang selalu kesal karena Chen Nan membawa pergi Xiao Chenxi, bergumam kesal: "Hmph, tidak perlu memberitahumu. Intinya, jika bukan karena beberapa batasan, mungkin di masyarakat manusia sudah muncul iblis-iblis yang sangat kuat."
Chen Nan mengangguk, akhirnya dia mengerti. Bahkan Yokai kuat yang telah sukses dalam kultivasi pun memiliki batasan, tidak bisa sembarangan memasuki masyarakat manusia.
Naga kecil membawa Chen Nan dan Xiao Chenxi terbang menembus langit. Dari udara, Xiao Chenxi melambaikan tangan kecil seputih salju ke bawah, suara lugu penuh perasaan bergema: "Burung kecil, babi kecil, kelinci kecil, rusa kecil... Aku akan kembali mengunjungi kalian dan para paman... Aku akan merindukan kalian……"
Selama ribuan tahun, sebuah legenda terus beredar di Gunung Kunlun: Di antara bunga-bunga suci Lembah Bunga Ratusan, tersembunyi seorang peri yang tersesat. Makhluk hidup ini sangat mungkin menjadi Raja Dunia Yokai Gunung Kunlun di masa depan.
Keempat Yokai itu merasakan kegalauan yang luar biasa. Legenda yang mereka percayai akhirnya hancur total hari ini. Sang Raja Dunia Yokai yang mereka idamkan telah pergi bersama Chen Nan. Hati mereka dipenuhi kekecewaan dan penyesalan yang tak terkira……
Hanya saja kekecewaan di hati mereka tidak ada bandingannya dengan Chen Nan. Menatap Lembah Bunga Ratusan di bawah yang semakin menjauh, hatinya terasa sangat pedih. Kenangan sedikit demi sedikit dari 10.000 tahun lalu seolah lenyap total ditelan waktu. Nama dan bayangan Yuxin serta Chenxi terus-menerus bergulat di dalam hatinya...
Memandang ke belakang seperti mimpi, menoleh ke masa lalu bagai diterpa angin, dengan diam-dia melambaikan tangan ke bawah...
Selamat tinggal...
