Chen Nan yang sangat memahami sifat buruk sang putri kecil tak ingin terlibat. Ia berniat memberi salam lalu pergi: “Iblis kecil, buat apa kau ke sini?”
“Aku? Tentu saja datang untuk membantumu.” Senyuman memikat sang putri kecil benar-benar memenuhi kriteria ‘sekali pandang membuat kota lengang, dua kali pandang membuat negeri takluk’.
Namun Chen Nan tak sependapat. Di matanya, senyuman sang putri kecil jelas-jelas jahat. Seolah ia melihat iblis bertanduk dan bersayap kelelawar sedang mengancamnya dengan cakar.
“Jangan nekat, Iblis Kecil! Sekarang sebagian besar orang sudah tahu identitasku, pasti ada juga yang mulai menebak statusmu. Di depan mata semua orang, sebagai putri... perhatikanlah etiket!” Chen Nan melirik kaki sang Mage, menelan kata “raja” dari gelar “putri”.
Benar, sejak identitas Chen Nan terekspos, status sang putri kecil mulai mencuri kecurigaan. Kini sebagian kecil orang telah mengetahui jati dirinya yang sebenarnya.
Putri kecil mencibir, berkata: "Tahu terus kenapa? Hehe, aku sekarang mau bantu kamu menyelesaikan mage di bawah kakimu, lihat kamu melakukan gerakan jatuh bebas." Senyumnya terlihat sangat jahat.
Chen Nan benar-benar kaget, kalau di tanah dia tidak takut, tapi di udara dengan liciknya putri kecil dibantu Raja Harimau terbang, dia langsung merasa tidak aman. Buru-buru ke mage: "Cepat turun ke tanah!"
Mage yang sudah membawa satu orang sejak tadi merasa kelelahan, sekarang sudah mengerenyit. Mendengar ini langsung terjun cepat ke bawah.
Putri kecil tersenyum manis: "Mau kabur? Gak semudah itu. Xiao Yu serang mereka, bikin si pemalas yang pernah mengintimidasi kita itu terjengkang jatuh!"
Raja Harimau menyemburkan lautan api ke arah Chen Nan. Mage yang sensitif terhadap elemen sihir di udara langsung beraksi, secara naluriah membaca mantra dan membentangkan tirai air untuk memblokir api.
Chen Nan memilih tidak bertindak, waspada mengawasi Raja Harimau yang terus membuntuti. Putri kecil marah: "Si Tolol! Sudah diintimidasi begini masih mau bantu dia? Kalau kamu laki-laki, segera jatuhkan dia dari punggungmu!"
Sang mage sebenarnya ingin melemparkan Chen Nan ke bawah, namun ia sadar sedikit saja gerakan ceroboh bisa membuatnya terjun ke jurang kehancuran. Dari sikapnya yang cepat menyerah pada Chen Nan, terlihat jelas ini adalah orang pengecut yang takut mati. Sejak awal sudah menyerah, kini ia semakin enggan mengambil risiko melawan.
Sang putri kecil melihat teriakan tak membuahkan hasil, sementara jarak ke tanah kian dekat. Dengan panik, ia memerintahkan Raja Harimau meluncurkan serangan magis lebih dahsyat.
Xiao Yu sama sekali tak menyukai Chen Nan, hanya menyimpan dendam mendalam. Kini ia bekerja ekstra keras, membombardir habis-habisan Chen Nan dan sang mage yang berputar-putar di udara.
Tenaga magis sang mage sudah terkuras sejak tadi. Dengan menggerutu pada kebodohannya sendiri, ia berhenti menghalangi serangan dari Raja Harimau dan membebankan semuanya pada Chen Nan.
Chen Nan menebas aura pedangnya, menangkis satu per satu serangan magis Raja Harimau. Sang putri kecil menggemaskan, tak menyangka bahkan di udara pun Chen Nan tetap tak terkalahkan.
Para praktisi di bawah tertegun memandang ke angkasa. Pertarungan udara tak terduga ini menyedot perhatian semua orang. Bisa diprediksi, nama Chen Nan akan kembali menjadi buah bibir dalam waktu dekat.
Chen Nan menyaksikan putri kecil yang bolak-balik mengitarinya. Senyum tipis mengembang di bibirnya saat berbisik pada mage: "Bergegaslah ke arah macan terbang itu dengan kecepatan maksimum. Kujamin kau takkan terluka selama proses ini."
"Mage ragu-ragu sejenak, lalu menghentikan momentum jatuh dan bergegas menuju putri kecil."
Putri kecil kaget setengah mati. Tak disangka lawan malah balik menyerang. Ia segera memerintahkan Xiao Yu menghindar. Tapi sudah terlambat. Chen Nan mengayunkan Qinlong Shou secepat kilat. Telapak cahaya emas raksasa memancarkan aura suci menyelimuti dia dan Raja Harimau. Sebelum sempat melawan, mereka sudah tersapu terbawa. Ilmu legendaris ini memicu teriakan kagum dari banyak orang di bawah.
"Ah, jurus compang-camping ini lagi..." Putri kecil menggeliat marah dalam cengkeraman cahaya. Dulu di ibukota Chu, dia juga pernah ditangkap Chen Nan dengan Qinlong Shou, hampir saja jadi pelayannya. Kini terperangkap lagi oleh jurus yang sama, perpaduan amarah dan dendam memenuhi hatinya.
"Haha, Iblis kecil, kau terus-menerus menggangguku. Sekarang saatnya kuberi pelajaran!" Chen Nan menatap satu manusia dan seekor harimau yang masih bergelut, tertawa lebar.
"Kau... Kau berani?!" Putri kecil berteriak dengan nada minder. "Jangan lupa kau budakku! Perjanjian sudah kita tandatangani. Jika berani tidak hormat, akan kuumumkan ke publik..."
Chen Nan merasa ingin menjerit mendengar ini. Kenangan mengerikan di perbatasan barat Chu kembali menghantui. Cepat ia mengencangkan Qinlong Shou, menggenggam erat putri kecil, lalu melompat ke punggung Raja Harimau.
"Aduh, bajingan sialan lepaskan aku..." Putri kecil itu panik sekaligus kesal. Setiap kali mencoba mengakali Chen Nan, hasil akhirnya selalu membuatnya sial.
Melihat ekspresi galak namun takut sang putri, Chen Nan terkekeh-kekeh membuat bulu kuduknya meremang. Tanpa belenggu Qinlong Shou, Raja Harimau mulai meronta-ronta berusaha melemparkan Chen Nan yang dibencinya itu.
Chen Nan menghantam kepalanya dengan tinju: "Majikanmu ada di tanganku. Kau ingin kubuang dia?"
Raja Harimau merintih dalam kepasrahan. Musuh bebuyutannya duduk di punggungnya, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya ia berhenti meronta.
Sang Mage melirik ke sekeliling mencari cara kabur. Chen Nan mengejek: "Kalau merasa lebih cepat dari Raja Harimau ini, silakan coba lari."
Mage itu gemetar, tak berani bergerak.
Putri kecil itu garang seperti kucing liar: mencakar, menendang, menggigit sambil memaki: "Bajingan sialan! Aku gigit kau! Cakar kau!..." Dia tahu Chen Nan takkan berani melawan Kerajaan Chu dalam posisinya sekarang. Meski ketakutan, tetap tak mau kalah.
“Aduh, Iblis kecil benar-benar berani menggigitku?!” Chen Nan tidak menyangka lengannya benar-benar tergigit, rasa sakit membuatnya mengerenyit. Dia cepat-cepa membuka bibir mungilnya, lalu menelungkupkan tubuh gadis itu di punggung Raja Harimau. Tangan terangkat menghantam pantat bulat dan montoknya dengan satu tamparan.
“Brek”
“Aiyo… Bajingan sialan kau berani memukulku?! Aku takkan berhenti sampai kau…” Putri kecil itu malu sekaligus marah, terus meronta.
Chen Nan teringat segala kelakuan menyebalkan sang putri, juga kontrak perbudakan yang telah mereka tandatangani. Rasanya ada api membakar dalam dirinya. Tanpa ragu lagi, dia menekan tubuh anggunnya yang meliuk-liuk, lalu mulai menghujani pantatnya dengan tamparan bertubi-tubi.
Suara “brek-brek” terus bergema. Orang-orang yang mengamati di bawah ternganga tak percaya. Melihat mereka menunjuk-nunjuk, sang putri merasa sangat malu sampai ingin menghilang.
Seorang putri kerajaan diperlakukan seperti ini di depan umum? Tidak pantas! Pipi sang putri memerah karena malu, matanya mulai berkaca-kaca. Akhirnya dia terpaksa menyerah: “Aduh… Bajingan sialan, aku tak akan mengganggumu lagi… Berhenti, cepat berhenti… Kalau kabar ini sampai ke kakakku, dia pasti takkan membiarkanmu… Aduh…”
