Chen Nan seketika membangun sepuluh garis pertahanan di hatinya terhadap sosok menggoda ini. Rencana kotor dan jurus-jurusnya benar-benar membuat bulu kuduk merinding.
Setelah terkejut sejenak, Nangong Yin berkata: "Adik, kamu tidak serius kan? Bukankah kita sudah berjanji? Dia calon kakak iparmu!"
Nangong Xian'er tersenyum: "Kakak, menurutku ide ini sangat seru! Kamu harus lebih berprestasi, kita harus berpikir secara makro!"
Nangong Yin terdiam lama. Jika rencana konyol namun mengerikan ini berhasil, itu akan menjadi petir di siang bolong bagi Tempat Suci Aliran Benar - aib abadi.
"Hehehe... Aku memang jenius!" Nangong Xian'er tertawa riang.
Wajah Meng Ker pucat pasi, entah karena ketakutan atau luka. Chen Nan, Nangong Yin, dan Wang Lin terdiam membeku.
"Wanita Iblis!" Pikiran ini muncul serentak di benak semua orang kecuali Nangong Xian'er sendiri.
"Aku memutuskan kita harus segera bertindak! Temukan segala cara untuk menangkap Xuan Zang si calon pengantin, dan nikahkan dia dengan si gadis Meng dalam beberapa hari ini! Hehehe..." Wajah Nangong Xian'er berbinar, meski cantik luar biasa, esensi iblisnya telanjang bulat.
Sampai kembali ke tempat tinggalnya sendiri, telinga Chen Nan masih bergema dengan tawa penuh kemenangan Nangong Xian'er. Ia tak bisa tidak mengakui bahwa perempuan brengsek yang bisa memutar-balikkan persepsi orang ini benar-benar menjengkelkan!
Setelah pulang, di hati Chen Nan muncul keraguan. Ia tidak tahu apakah seharusnya membiarkan Nangong Xian'er mendorong Meng Ker ke dalam Lubang Api. Dulu ia sama sekali tidak menyukai Meng Ker, tapi hari ini ia melihat sisi murni dan baik darinya yang membuatnya tidak tega.
"Secara logika, dia adalah musuhku. Aku seharusnya senang melihatnya jatuh ke tangan lawan. Tapi kenapa setelah melihat sikapnya terhadap Wang Lin, hatiku menjadi lemah? Ah, apakah aku terlalu baik? Sebenarnya apa yang harus kulakukan? Ya sudahlah, lagipula untuk sementara kita belum bisa menangkap Biksu Xuanzang. Mari kita lihat perkembangannya dulu."
Waktu berlalu cepat. Besok adalah hari resmi upacara pembukaan Sekte Pengendali Mayat. Beberapa hari terakhir ini konsentrasi Chen Nan terganggu. Ia terus merasa ada sesuatu di pegunungan yang mengganggu emosinya. Selama ini ia sangat mempercayai intuisi mistisnya ini.
Ia tidak tahu peristiwa apa yang akan terjadi kali ini, apakah baik atau buruk. Ia memutuskan untuk pergi menyelidiki pegunungan terlebih dahulu.
Karena upacara kembalinya Sekte Pengendali Mayat akan segera dimulai, para praktisi yang diundang maupun yang datang karena kabar angin sudah hampir semua tiba. Desa-desa kecil dan kota sekitar Gunung Fengdu dipenuhi orang, terlihat jelas anggota komunitas kultivator di mana-mana.
Chen Nan saat ini bisa disebut sebagai orang penting di kalangan kultivator Timur, sedang bersinar dengan momentum awal yang kuat. Untuk menghindari dikenali dan menarik masalah yang tidak perlu, dia tidak langsung menuju perkebunan Ganshi Pai di pegunungan. Setelah berputar masuk ke dalam pegunungan Fengdu, dia bersiap untuk berbalik arah dan perlahan mendekati sarang utama Ganshi Pai.
Gunung Fengdu benar-benar layak menyandang gelar gunung hantu. Baru masuk ke dalam hutan, Chen Nan sudah menemukan puluhan kerangka putih mengerikan. Di bawah pohon besar, semak kering, hingga pinggir sungai gunung, di mana-mana terlihat tulang manusia yang. Bahkan dengan menendang tanah sekencang-kencangnya, bisa muncul tumpukan kerangka.
Energi Yin di pegunungan ini sangat kuat. Kecuali para praktisi tertentu, orang biasa yang tinggal lama di sini pasti sulit berumur panjang. Namun desa kecil di dekatnya yang letaknya sangat berdekatan sama sekali tidak terpengaruh energi Yin berlebihan. Kini Chen Nan mulai berpikir legenda itu mungkin benar - mungkin benar ada dewa kuno yang pernah menyegel formasi fengshui besar di sini, membuat daerah ini benar-benar bukan tempat yang ramah!
Chen Nan sama sekali tidak berminat menganalisis fengshui di sini. Dia langsung berjalan ke arah kompleks Ganshi Pai. Saat mendaki sebuah puncak, tiba-tiba dia melihat siluet-siluet samar bergerak di puncak tertinggi di sekitarnya.
Hatinya tercengang, lalu mengubah arah menuju gunung tersebut. Tampak dekat tapi nyatanya jauh, Chen Nan harus mendaki lima puncak berturut-turut sebelum akhirnya sampai di lokasi.
Di puncak gunung yang tinggi terdengar suara-suara aneh, ada dentingan logam dan bunyu benturan giok menunggu.
Chen Nan merasa heran, jangan-jangan Sekte Pengendali Mayat sedang melatih mayat kuno di sini? Memikirkan ini, hatinya berdegup gembira ingin segera naik melihat, namun akhirnya dia menahan impulsifnya.
Kengerian Duoluo Tianshi masih sangat jelas dalam ingatan. Saat itu jika bukan karena kecerobohan lawan, tak mungkin dia dengan lancar menancapkan Halberd Fangtian berlumuran darah ke dada mayat kuno.
Siapa tahu di puncak gunung ini mungkin terdapat mayat kuno dengan level yang sama atau lebih tinggi? Jika benar, bisa-bisa dia akan mendapat satu set masalah. Meski punya "darah dewa" yang konon tak takut lawan, tapi sekali membuat waspada, pasti akan diburu gila-gilaan oleh semua anggota Sekte Pengendali Mayat.
Melihat medan tempur sekitar, Chen Nan tersenyum. Di sebelah kanan belakang gunung ini ada puncak dengan ketinggian seimbang. Jarak antara dua puncak tidak terlalu jauh. Jika berdiri di puncak gunung sebelah, pasti bisa melihat keanehan di gunung ini dengan jelas.
Chen Nan dengan hati-hati melewati hutan pegunungan, menghindari pandangan semua orang di atas gunung, cepat-cepat memanjat gunung sebelah.
Setelah mencapai puncak, Chen Nan bersembunyi di balik hutan lebat dan melirik ke seberang. Seketika dadanya berdebar kencang.
Gunung tinggi yang berhadapan itu adalah gunung puncak datar, puncaknya sangat luas tanpa pepohonan atau salju. Di tengah puncak terdapat altar besar setinggi tujuh delapan zhang. Di depan altar, belasan orang tua sedang bersujud, termasuk Gu Feng yang pernah muncul di Lapangan Pusat Chu.
Mereka terus-menerus bersujud dan membacakan mantra dengan ekspresi religius. Namun karena jarak yang jauh, Chen Nan tidak bisa mendengar jelas isi doa mereka.
Di belakang para senior itu, sekelompok orang muda juga bersujud sambil memegang benda-benda aneh: papan giok, lingkaran tembaga, bahkan tongkat kusang. Semuanya terlihat sangat eksentrik.
Chen Nan langsung paham bahwa benda-benda itu pastilah artefak magis yang memiliki fungsi serupa dengan Cincin Mayat Perebut Nyawa milik Gu Xi. Suara aneh itu berasal dari permainan mereka.
Material pembangun altar tinggi itu berwarna merah gelap, menyerupai darah kering. Asalnya tidak diketahui.
Dingin merayap di tulang punggung Chen Nan. Mengingat praktik sesat Pengendali Mayat, mungkin altar itu benar-benar dicat dengan darah manusia.
Yang paling misterius, di atas altar darah itu terpajang peti kristal transparan yang memancarkan kilau pelangi di bawah sinar matahari.
Keberadaan peti kristal bercahaya di atas altar berwarna darah ini benar-benar menciptakan atmosfer mistis yang mengerikan!
Yang lebih aneh, di sekitar peti kristal tampak menumpuk berbagai benda. Chen Nan mengerahkan penglihatannya dan menemukan tumpukan ginseng suci, jamur dewa, buah misterius, akar manusia, dan lainnya. Ini semua adalah harta langit yang mengejutkan!
Ramuan suci seperti ini sangat langka. Chen Nan tak menyangka di sini bisa menumpuk sebanyak ini, benar-benar setara dengan gudang obat Akademi Shenfeng. Jika si naga bajingan ikut, pasti akan berteriak kegirangan - ini semua makanan favoritnya!
Harta langit ini ditumpuk di sekitar peti kristal. Bagi Chen Nan, ini benar-benar tindakan mubazir.
Senior yang bersujud, altar darah raksasa, peti kristal berkilauan, harta langit tak terbatas - pemandangan di depan mata terlalu mistis!
