“Aku... BENCI! AKU SANGAT BENCI!!” Raja Abadi meraung-raung histeris, tak lagi peduli berebut status Dewa Kematian Galun.
“Chen Nan... harus menghabisi... Raja Abadi ini, jangan sampai dia... lari ke permukiman manusia, balas dendamnya akan gila-gilaan... di mana pun dia lewati... pasti akan jadi gunungan tulang putih!”
Bayangan Roman Delar semakin transparan, akhirnya cahaya berkedip—nyala kehidupan-nya padam total, tak tersisa sedikit pun reruntuhan di tempat itu.
"Aaaaa——!" Chen Nan mendongak mengaum, rambutnya berdiri tegak. Status dewa Hades menyambar masuk ke mulutnya, aura kegelapan bergelora dari tubuhnya, menyapu keluar kuil dengan dahsyat.
Kuil Kuno yang dilindungi kekuatan misterius selama ribuan tahun akhirnya runtuh. "Doron!" Debu pasir mengepul menutupi langit.
Aura kegelapan tak terbendung meledak dari tubuh Chen Nan, bergulung-gulung ke segala penjuru. Perlahan, radius 100 li (50 km) gurun tertutup kabut hitam yang menutupi langit...
Di pegunungan jauh, Mage Arwah Leon dan seorang misterius berjubah hitam merasakan aura kematian yang mengerikan.
"Biksu Sander, apa Anda merasakannya? Jangan-jangan Raja Abadi itu menelan status dewa, benar-benar jadi dewa?" Leon panik.
"Entahlah, bola kristal sihir sama sekali tidak bisa menampilkan pemandangan gurun... Tapi sepertinya status dewa Hades Galun benar-benar berhasil memecahkan segel..."
"Archmage, situasi kita sangat buruk. Petugas penegak hukum Gereja Cahaya hampir menyusul kita, padahal sejak awal sudah sulit berharap bisa mendapatkan status dewa dari wilayah Raja Abadi. Sekarang semakin tidak mungkin."
Di pedalaman yang lebih jauh, petugas Gereja Cahaya juga berteriak kaget: "Apakah... legenda itu benar? Benarkah Dewa Kematian Galum beristirahat di sini?"
"Astaga, jangan-jangan dua mage arwah itu berhasil mendapatkan status dewa Galum?!"
"Ini mustahil! Benarkah ada orang yang akan dijuluki dewa di dunia manusia?!"
Orang di samping Leon adalah Sand. Melalui jubah hitamnya yang lebar, terlihat kerangka tengkorak putih mengerikan. Tubuh jasmaninya sudah hancur sejak lama. Untuk bertahan hidup, dia mengubah dirinya menjadi arwah tingkat tinggi.
Namun setelah disegel selama ribuan tahun, energinya habis dan hanya menyisakan api roh. Setelah lolos, untuk memudahkan pergerakan, dia memilih kerangka tengkorak berkualitas tinggi dan menanamkan api rohnya, bersiap mempelajari mantra-mantra kultivasi arwah yang sudah hilang untuk mengubah dirinya menjadi Raja Tengkorak.
Sand adalah Archmage kultivasi arwah dari era ribuan tahun lalu. Dia mengetahui banyak rahasia yang tak tercatat, termasuk satu misteri terbesar yang tetap tersimpan di hatinya tanpa pernah diungkapkan kepada siapapun.
Dia mengetahui status dewa generasi sebelumnya, Calon Dewa Kematian, tampaknya disegel di pegunungan tenggara Kekaisaran Xinlan. Jika bisa memecahkan segel dan mewarisi kekuatannya, mungkin akan tercipta dewa kematian baru. Namun proses memecahkan segel ini sangat berbahaya, sedikit kesalahan bisa menyebabkan kehancuran total.
Ketika Sand mengetahui bahwa di dunia saat ini, praktisi sihir arwah hampir punah, dia berusaha mati-matian menghidupkan kembali aliran ini. Akhirnya dia memutuskan mengambil risiko dengan membawa Leon mencari Tempat Peristirahatan Terakhir Sang Dewa Kematian yang legendaris.
Beberapa hari sebelumnya, Sand dan Leon mulai menyusuri pegunungan tenggara Kekaisaran Xinlan untuk memulai pencarian. Tiba-tiba Uskup Agung Marlon dari Gereja Cahaya mulai mengirim orang untuk memburu mereka berdua.
Baru pada saat ini Sand menyadari bahwa pastilah anggota Gereja Cahaya telah menaruh cap pada tubuh mereka. Sehingga ketika dia membocorkan rahasia ke Leon, para penyihir kuat Gereja Cahaya berhasil mengetahuinya melalui bola kristal sihir.
Meski beberapa petinggi Gereja Cahaya sudah tahu Sand telah diselamatkan, mereka tidak mengambil tindakan apapun sampai mendapatkan rahasia mengejutkan ini. Barulah kemudian Uskup Agung Marlon mengeluarkan perintah pemburuan.
Sand segera memberi tahu Leon cara menghilangkan cap sihir yang diberikan Gereja Cahaya pada tubuh mereka. Selama beberapa hari di pegunungan, keduanya terus menghindari penegak hukum Gereja Cahaya tanpa pernah benar-benar bentrok frontal.
Mereka beberapa kali datang ke tepi gurun, melalui intuisi khas mage aliran arwah terhadap makhluk abadi, mereka tahu di dalamnya ada Raja Abadi yang kekuatannya sulit dibayangkan.
Keduanya tidak berani melangkahi Batas Aman setengah langkah, kemudian memutuskan untuk kembali ke tempat ini saat Raja Abadi berusaha membuka segel status dewa, mencoba mencari kesempatan untuk mendapatkan status dewa Galon Sang Dewa Kematian.
Namun, mereka tampaknya terlambat. Seluruh gurun telah tertutup aura kegelapan gelap yang tak berujung mulai bergelombang masuk ke pegunungan. Jika nekat masuk sekarang, mungkin tidak hanya gagal mendapat hasil, tapi juga bisa kehilangan nyawa percuma.
Leon bertanya: "Orang Bijak, apa yang harus kita lakukan?"
Sand yang berselimut jubah hitam, menatap arah gurun sambil berpikir sejenak, berkata: "Sepertinya status dewa Galon bukan milik kita. Sekarang mungkin sudah diambil orang. Kurasa ini bukan karya Raja Abadi. Mari kita tunggu di sini."
Di pegunungan jauh, tujuh Penegak Hukum Gereja Cahaya juga berhenti. Mereka merasakan aura gelap yang maha dahsyat itu. Semua orang panik. Jika benar ada seseorang yang dijuluki "dewa" di bumi, sulit bagi mereka untuk membayangkan...
Legenda mengatakan Dewa Kematian dan Dewa Cahaya selalu berselisih. Meski tidak seperti permusuhan abadi antara Iblis Api Besar dengan Dewa Cahaya, dia juga bukan dewa yang terlalu lunak.
“Beberapa orang ini terus memburu arwah Mage pengikutnya, bahkan berani mengejar sampai di hadapan matanya... Situasi sangat buruk. Para enforcer diam-diam berdoa, jika ada yang berhasil dijuluki "dewa", harapannya dia bisa mempertahankan kesadarannya, jangan sampai terasimilasi oleh ingatan sisa Galon, dewa kematian generasi sebelumnya.”
“Aura kegelapan tak berujung masih terus bergelora, mengarah ke pegunungan tak berujung bagai kiamat. Sand dan rekannya, beberapa enforcer gereja Cahaya, kini semuanya sudah terjebak dalam aura kegelapan ini.”
“Jika terus berlanjut, mungkin aura gelap ini akan menerjang kota di luar pegunungan. Bagaimanapun ini adalah pewarisan status dewa utama.”
“Tapi tiba-tiba, Chen Nan di gurun berteriak: "Aaa...!" Gelombang suaranya menggema di pegunungan. Dia merasakan ada roh yang cacat berjuang dalam tubuhnya, berusaha mengambil alih fisiknya.”
“"Siapa itu?! Keluar dari tubuhku!"”
“Chen Nan murka. Dia merasa tertipu. Proses pewarisan ini sama sekali tidak seperti bayangannya, bukan sekadar menerima status dewa. Sebaliknya, ada roh cacat yang ingin mendominasi tubuhnya. Bahkan dia menerima aliran kesadaran - roh itu ingin menyatu dengannya.”
“"Sekali-kali tidak mungkin! Aku adalah diriku sendiri, takkan pernah menyatu dengan kesadaran orang lain, sekalipun dewa! Galon, enyah dari tubuhku! Enyah!"”
“Sejak zaman kuno hingga kini, yang berani menghujat Dewa Utama sungguh tak banyak. Saat ini Chen Nan tidak hanya memaki, jika bisa bertindak, dia bahkan ingin menendang-nendang dewa legendaris Ming Shen ini. Dia yakin, dewa kematian itu takkan bersatu dengannya, dan sangat mungkin akan menghapus seluruh kesadarannya.”
“Faktanya, roh yang tak utuh itu semakin marah. Mantan Dewa Utama ternyata tak bisa menaklukkan tubuh orang biasa di hadapannya, ini benar-benar jahat dan aneh.”
“Konstitusi tubuh yang aneh! Tekad yang luar biasa! Tubuh ini pasti kumiliki!” Roh tak utuh Ming Shen Jialong berteriak dalam aliran kesadaran di hati Chen Nan.
“Aaa...” Chen Nan tiba-tiba merasakan sakit luar biasa di kepalanya, seperti ditusuk jaruk dan diparang pedang, seolah akan pecah berkeping.
“Jangan melawan, terima aku, kita bersatu, kau akan segera dapatkan semua teknik dewaku. Dengan status dewa milikku, kau akan jadi manusia terkuat di dunia ini—bahkan ke langit pun tak ada yang bisa mengganggumu. Tak ingin jadi dewa? Akulah Dewa Utama langit! Setelah bersatu, kau akan bersatu dengan langit dan bumi, sinarmu sejajar matahari dan bulan...” Ming Shen Jialong sambil berebut kendali tubuh Chen Nan terus menggoda.
“Dewa bodoh! Enyahlah dari tubuhku! Aku adalah diriku sendiri, takkan pernah bersatu denganmu!” Chen Nan memegangi kepala sambil terguling-guling di tanah. Rasa sakit hampir membuatnya pingsan, tapi dia tahu tak boleh menutup mata.
“Aneh, sangat aneh, apakah kau benar-benar seorang diri?” Dewa Kematian Galun murka luar biasa, meski jiwanya rusak, kekuatan dewa yang tersisa hampir habis, tapi dia toh pernah menjadi seorang dewa utama. Namun ternyata tetap tidak bisa menguasai kesadaran dan fisik Chen Nan.
Dalam gelombang serangan mental Galun yang bertubi-tubi, Chen Nan tiba-tiba berteriak keras, "Aaa..." Di tengah rasa sakit luar biasa di kepalanya, dia merasakan kilatan cahaya tiba-tiba muncul di hatinya, seolah pintu tertutup tiba-tiba terbuka.
Adegan demi adegan muncul di benaknya.
Di atas tebing curam, Meng Ker berjalan mendekatinya sambil menghunus pedang. Racun Kelompok Darah Berapi di tubuhnya telah merasuk hingga ke sumsum tulang, tak berdaya melawan. Kesadarannya semakin memudar... Dengan bola mata memerah darah dan rambut berantakan, dia berlari ke tepi jurang lalu tanpa ragu melompat.
Arus sungai deras menghanyutkannya ke hilir, terdampar di desa kecil yang sederhana. Di bawah satu atap yang sama dengan musuh bebuyutannya, Meng Ker...
Dia mengikuti Old Danny pergi memancing setiap hari, kemudian menjadi pemburu terhebat di desa itu...
Dia mengusir Olman si tak bermoral, lalu menikah dengan Meng Ker. Setelah menikah, mereka saling menghormati layaknya tamu...
Chen Nan mendengar suara "Boom!" di kepalanya. Ingatannya pulih total, semua masa lalu kembali jelas. Dia hampir tak percaya, dia... ternyata menikah dengan Meng Ker! Ini... Dia terdiam membeku, semuanya terasa begitu absurd, benar-benar seperti mimpi!
“Brengsek, mengapa bisa seperti ini, seorang manusia biasa, mengapa begitu sulit ditaklukkan?”
Ucapan Dewa Kematian Galun membawa Chen Nan kembali ke realitas, saat ini ia tiba-tiba merasakan kepalanya tidak lagi begitu sakit.
