Pisau Iblis Tujuh Langit Terbalik, menebas tujuh kali, setiap pedang semakin kuat dari sebelumnya. Setiap tebasan menambahkan satu lapisan kekuatan, ketujuh lapisan ini akan menyatu menjadi kekuatan penghancur yang tak terbayangkan.
Chen Nan saat ini hanya bisa mengeluarkan empat tebasan. Setelah tebasan keempat, Pedang Iblis Kematian akan hancur total dan sulit terkumpul kembali dalam waktu lama. Jika ingin melanjutkan, dia harus menyuntikkan energi kehidupannya sendiri.
Dia tahu bahwa untuk bisa melakukan teknik melampaui batas ini dengan lancar, jiwa Pedang Iblis Kematian harus cukup kuat untuk menahan balasan tujuh lapisan kekuatan.
Setelah berminggu-minggu meditasi, meski belum memasuki bidang Tier 6, kartu truf Chen Nan terasa lebih berbobot. Jika dia berani mempertaruhkan energi kehidupan untuk membentuk Pedang Iblis kelima, keenam, dan ketujuh, mungkin sudah bisa bertarung hidup-mati dengan beberapa kuat di tingkat enam.
Di dalam dunia mistis Kunlun, kabut dewa yang pekat menyelimuti gunung-gunung. Bunga-bunga aneh bermekaran, rumput giok menghampar, bangau suci menari-nari di udara, kera putih melompat riang, bagaikan zona aman surgawi.
Di lereng gunung, Chen Nan berdiri di paviliun sambil memandang pemandangan di kejauhan. Menurutnya, sudah saatnya bertindak.
"Jika dia tetap tinggal di Kunlun Xuanjie seumur hidup, tidak diragukan lagi bisa hidup dengan tenang. Tapi dia terlahir sebagai orang yang ambisi menggelora, selalu menyukai petualangan dan tantangan. Dia perlu serangkaian pertempuran tingkat tinggi untuk meningkatkan level kultivasinya. Hanya dengan bertarung di ambang hidup-mati, dia bisa membuat terobosan. Dia ingin menyusup ke Xuanjie keluarga Du untuk melihat, Telapak Tangan Kiri Tianmo masih bisa digunakan sekali terakhir. Dia sangat ingin membombardir Xuanjie keluarga Du."
Gagasan gila-gilaan ini membuatnya sangat gembira. Jika beruntung, serangan terakhir Telapak Tangan Kiri Tianmo bisa menumbangkan semua orang kolot keluarga Du - itu akan menjadi hal yang luar biasa.
Duanmu muncul tanpa suara di atas batu besar tak jauh dari Chen Nan. Dia mengangguk: "Di usiamu yang masih muda sudah mencapai level kultivasi seperti ini, cukup untuk menjadi sombong."
Ras iblis secara alami terbatas oleh konstitusi tubuh. Hanya untuk bisa berubah wujud humanoid saja membutuhkan waktu yang kejam, jauh lebih lambat dari kultivasi manusia. Kecuali setelah mencapai level tertentu dan sepenuhnya mengubah konstitusi, baru bisa menyamai kecepatan kultivasi manusia setingkat.
"Senior, aku sedang mencari Anda untuk minta ajar."
"Katakanlah."
"Seperti yang Anda katakan, di wilayah Timur seharusnya ada sejumlah Xuanjie. Aku ingin tahu cara membuka bidang ruang pemanfaatan sendiri? Bagaimana tepatnya caranya?"
Duanmu tersenyum: "Kau benar-benar tidak sabar. Kau belum memasuki bidang Tier 6, masih terlalu dini. Apa kau sudah mulai berusaha ke arah itu sekarang?"
"Persiapan dini lebih baik daripada terlambat."
Duanmu mengangguk, berkata: "Setelah level kultivasi mencapai tingkat enam, semangat dan aura menyatu, terkadang bisa masuk ke kondisi mistis di mana diri menyatu dengan area kecil. Dalam kondisi ini, jika bisa menguasai area kecil sekitar, maka pengendali akan menjelma menjadi area tersebut, menjadi penguasa absolut!"
Chen Nan mengangguk. Saat bertarung melawan Holy Dragon Knight Barat Nomor Satu, dia pernah merasakan sensasi ajaib itu - tujuh langkah membunuh Holy Dragon, melukai parah Romandera.
Duanmu melanjutkan: "Yang baru saja dibahas adalah cara menguasai 'dunia eksternal'. Tubuh manusia sangat misterius, menyimpan harta karun tak terbatas yang menunggu digali. Setiap orang memiliki 'dunia internal' yang berpadanan dengan dunia eksternal. Jika bisa menemukannya, memurnikan dan mengendalikannya dengan kekuatan dalam, lalu memperluas dengan energi spiritual langit-bumi, maka dunia internal kecil itu akan terus membesar, perlahan berevolusi menjadi ruang. Dan kamu akan menjadi koordinat ruang ini di dunia nyata."
Chen Nan mulai paham. Membuka ruang terdengar mudah, tapi praktiknya mungkin sangat sulit. Ucapan Duanmu berikutnya mengonfirmasi dugaannya.
"Membuka ruang juga bergantung takdir. Bahkan Shen level tinggi belum tentu punya ruang sendiri. Kultivator yang bisa membuka dunia internal sangat langka. Mengembangkan ruang kecil menjadi dimensi mistis lebih sulit lagi. Kecuali ada takdir besar, perlu usaha generasi-generasi. Jumlah dimensi mistis di dunia ini jauh lebih sedikit dari yang kamu bayangkan."
“Chen Nan sebelumnya sudah tahu bahwa membuka ruang pemanfaatan dan Xuanjie sangat sulit, kini ia menyadari bukan cuma sulit, bahkan bisa dibilang sangat sulit berhasil, hingga orang biasa mustahil berhasil.”
Duanmu berkomentar penuh kagum: “Jika bisa kultivasi satu dunia, baik dari segi pertempuran maupun aspek lain, manfaatnya sungguh tak terkira, sulit dibayangkan.”
Chen Nan dengan rendah hati minta ajar cukup lama, bisa dibilang mendapat banyak pencerahan.
Awalnya, Chen Nan ingin meminta Duanmu mengantarnya ke Xuanjie keluarga Du, tapi kini ia sementara mengesampingkan ide itu. Ia perlu terus bertapa beberapa waktu, merenungkan masalah pembukaan ruang pemanfaatan.
Duanmu teringat sesuatu: “Hampir lupa, di Xuanjie Kunlun ada portretmu. Sang Leluhur Iblis Agung Huang Yi sebelum terbang ke langit pernah berpesan, jika orang dalam gambar benar-benar muncul, gulungan lukisan itu harus diserahkan. Sebentar akan kukirimkan.”
Chen Nan tercengang, menduga gulungan lukisan itu mungkin menyimpan rahasia. Tak tahu apakah Huang Yi sang Leluhur Iblis atau ayahnya Chen Zhan yang meninggalkannya.
“Omong-omong, Senior Duanmu, bagaimana dengan dua nagaku?”
Selama ini Chen Nan terus bertapa memahami Jalan Wu, jauh dari permukiman iblis. Meski terisolir, ia bisa menebak sepak terjang dua naga itu - terlalu paham karakter unik mereka. Saat bertanya, hatinya agak ciut.
Ternyata...
Duanmu adalah jelmaan dari sebuah Linggen, tak hanya rambut panjangnya berwarna hijau zamrud, bahkan kulitnya memancarkan nuansa kehijauan yang samar. Begitu mendengar Chen Nan menyebut dua naga tersebut, wajah Lao Yaoguai ini menjadi semakin hijau.
Sebelum Bayi Naga datang, si Naga Bajingan sudah menjadi bencana besar. Ia tak hanya sering menyusup ke kebun buah suci untuk mencuri buah-buahan spiritual, tetapi juga terus-menerus melolong sepanjang hari, mengganggu semua umat ras iblis.
Setelah Bayi Naga kecil datang, dua makhluk ini semakin memperhebat ulah mereka. Kebun buah suci kini telah berubah menjadi pemandangan yang mengenaskan. Selain itu, Bayi Naga yang terus menggumamkan mantra andalannya "Firman Dewa", berhasil mengumpulkan sekelompok yokai kecil yang tunduk pada dua naga ini. Dari tindakan nekat sebelumnya, kini mereka berubah menjadi "kegiatan" yang terorganisir dan penuh disiplin.
Beberapa hari terakhir, Naga Bajingan dan Bayi Naga benar-benar menjadi momok bagi wilayah misterius Kunlun. Seluruh umat ras iblis menjuluki mereka sebagai Bencana Besar Kunlun dan Bencana Kecil Kunlun.
Saat Chen Nan menemukan dua naga ini, dua penghasil masalah ini tidak hanya dikelilingi oleh beberapa anak buah, tetapi juga dikepung oleh lebih banyak umat ras iblis yang marah di sekelilingnya - ratusan yokai telah mengepung dua momok ini di tengah area.
Tapi kinerja dua makhluk ini sungguh...
Naga Bajingan terlihat seperti babi mati yang tidak takut air mendidih, dengan suara seraknya yang parau terus melolong: "Tertawa di tengah samudra biru, ombak bergulung di kedua tepi, naik turun mengikuti gelombang mengukir hari ini..."
Yang lebih keterlaluan, Bayi Naga bahkan mengedipkan mata besarnya, memandang polos ke arah para umat ras iblis, lalu bernyanyi dengan suara kekanakan: "Sungguh pilu, ini bukan hasil yang kuharapkan... hasil. Jangan lagi menyakitiku, hidup bebas itu indah, jangan lagi menyakitiku, aku akan kehilangan jati diri, ye... ye... ye... ye... Menghindar terus, itu bukan aku, bukan maksudku sengaja menghindar, kalian terlalu kejam, terus menuduhku, kita tak bersalah, jangan lagi menyakitiku... jangan lagi menyakitiku..."
Pingsan, Chen Nan benar-benar pusing, dua si pemalas itu sungguh... terlalu kreatif...
"Keterlaluan, kalian berdua perampok!"
"Kalian seharusnya pemimpin roh binatang, bagaimana bisa berbuat seperti ini? Itu lagu pemujaan leluhur iblis, tapi kau terus menerus melolong mengganggu kami, ditambah si bocah ini terus merekrut anak buah, menyesatkan orang, benar-benar keterlaluan!"
"Kita sudah merancang kebun buah suci ribuan tahun dengan susah payah, sendiri saja jarang memetiknya, tapi kalian... setiap hari jalan-jalan, bukan, berpesta makan, mencuri berbagai buah suci sebagai makanan, tak termaafkan!"
"Adikku saja terpengaruh buruk, Zhu Wuneng kemarilah, jangan terus lari-larian dengan mereka!"
"Raja Banteng, kau juga kembali kesini!"
……
Gerombolan iblis mengerumuni dua naga di tengah map, terus-menerus mencaci, tampaknya siap keroyokan.
“Pilu sekali, ini bukan hasil yang kuinginkan……Jangan lagi menyakitiku, bebas merdeka betapa bahagianya, jangan lagi menyakitiku……”
“Naga kecil itu masih bernyanyi? Kau lebih brengsek dari naga ungu itu, kami temukan banyak masalah muncul dari ide jahatmu.”
“Bocah, brengsek sekali kau!”
Bayi Naga mengepakkan sayap kecil keemasan, mengedipkan mata besar yang berkilau, berkata polos dengan raut tersakiti: “Aku ini baik, sungguh bukan urusanku!”
“Jangan ngeles, kau lebih rakus dari naga ungu itu!”
“Benar, kau lebih brengsek. Anggur yang kufermentasi beberapa hari ini habis kaurat curi. Dulu naga ungu itu juga sering ‘berkunjung’, tapi setidaknya menyisakan separuh!”
Para yokai ini secara alami takut pada naga suci satu poin, tapi dua naga ini benar-benar memicu emosi massa. Para yokai sepertinya sudah tak punya rasa takut lagi, siap menghajar.
Chen Nan memaksakan diri menyelak masuk, mengayunkan Qinlong Shou untuk menyambar bayi naga ke pelukannya, lalu melompat ke punggung Naga sakti ungu-emas sepanjang 11-12 zhang. Ia memberi hormat ke yokai bawah: “Maafkan mereka, Patung Tanah dan Duanmu Yaozu ingin menemui kedua makhluk ini. Lain kali akan kami suruh minta maaf.”
Sebenarnya, si naga bajingan dan Bayi Naga sudah mau kabur. Hari ini mereka benar-benar keterlaluan. Kehadiran Chen Nan memberi alasan sempurna untuk kabur.
“Auuung……” Suara raungan naga mengguncang pegunungan di kejauhan. Naga sakti ungu-emas mengibaskan ekornya, melesat ke angkasa, dan terbang cepat ke arah pegunungan tempat Chen Nan sedang bertapa. Tapi sebelum pergi, si bajingan ini masih sempat melantunkan: "Tertawa di tengah samudra, ombak menghempas kedua tepi, naik turun mengikuti gelombang, kenang hari ini..."
“Diam, belut sialan! Terbang cepat!”
