Ketika semua ini berakhir, Chen Nan merasakan dadanya memanas. Giok Gading yang tersembunyi sudah lama tidak menunjukkan gelombang energi. Tak disangka, hari ini setelah mendapatkan setengah bagian Pedang Naga Besar, akhirnya ada reaksi.
Awalnya Chen Nan mengira wanita dalam Giok Gading akan meminta setengah Pedang Naga Besar itu. Tapi yang mengejutkan, dari Giok Gading hanya terdengar helaan napas dalam, lalu gelombang energinya benar-benar menghilang.
Dua orang dan tiga makhluk suci akhirnya meninggalkan kota kuno ini, melanjutkan perjalanan ke depan.
Sejak Pedang Naga dimasukkan ke dalam inner world Chen Nan, rasa panik Bayi Naga dan Naga Ungu-Emas perlahan pudar. Ini membuktikan di dalam ngarai misterius ini hanya ada setengah Pedang Naga Besar, sedangkan setengahnya lagi entah di mana.
Sepanjang jalan masih terlihat sepi. Batu-batu berserakan dan rumput liar yang jarang menjadi pemandangan utama. Sesekali muncul satu dua kerangka dewa.
Setelah menempuh sekitar 100 li, sebuah bangunan terlihat di kejauhan. Baru setelah mendekat, mereka sadar itu ternyata adalah sebuah kuil agung. Dibangun dari batu konggang, kuil ini tidak terlalu besar - hanya ada satu aula utama dan dua ruang samping.
Tidak ada benda istimewa di dalamnya. Kuil kuno itu terasa sangat kosong, seolah tidak ada yang layak dikunjungi. Namun saat Chen Nan memperhatikan beberapa tahta dewa yang dipajang, perasaan aneh tiba-tiba menyergapnya.
Semua tahta dewa itu tidak memiliki patung. Di setiap posisi pemujaan hanya tertulis satu kata besar: Orang.
Apa implikasi ini, apakah tidak menghormati dewa, tidak bersujud pada iblis, hanya memuliakan manusia sendiri? Mungkin memang begitu maknanya, Chen Nan menduga demikian. Jika benar demikian, dia merasa seolah menemukan arah untuk membuat dugaan...
Di perjalanan berikutnya, pemandangan di ngarai misterius mulai terlihat lebih hidup, warna hijau semakin dominan dengan vegetasi yang makin banyak, namun sama sekali tidak terlihat hewan apapun.
Setelah Chen Nan dan rombongan melanjutkan perjalanan lebih dari 300 li, wilayah yang mereka masuki telah seperti Immortal Realm: bunga-bunga mekar, hamparan rumput harum, mata air jernih mengalir, menciptakan pemandangan yang menyenangkan.
Hal ini memaksa mereka bertanya-tanya: apakah mereka sudah keluar dari ngarai misterius dan memasuki Immortal Realm di luar?
Meski wilayah ini dipenuhi keindahan tak terkira, aura membunuh yang kuat di ruang ini tidak berkurang, masih membuat orang gemetar ketakutan. Hal ini membuat Chen Nan dan rombongan menyadari mereka masih berada di dalam ngarai misterius, belum keluar dari area yang tercover oleh barrier.
Aroma harum bunga yang menyegarkan datang dari depan. Saat Chen Nan menemukan sumber aroma, ekspresinya membeku, jantungnya berdebar kencang. Dia melihat tumbuhan langka yang sangat berkesan - pohon Yueniang.
Pohon Yueniang yang tinggi dengan ranting dan daun hijau lebat, dihiasi kelopak bunga seputih salju tak terhitung di antara dedaunan, seperti kepingan salju yang mekar di musim panas terik ini.
Chen Nan benar-benar tidak mengerti, mengapa ada tanaman seperti ini di tempat ini, karena dia hanya pernah melihat tanaman ini di satu tempat khusus di luar sana, yaitu——Taman Makam Dewa dan Iblis.
Pohon Yueniang yang tinggi dan megah hanya ada di Taman Makam Dewa dan Iblis, konon merupakan perwujudan aura spiritual dewa-iblis yang telah tiada. Bagaimana mungkin muncul di sini? Apakah karena terlalu banyak dewa yang mati di sini, sehingga menghasilkan tanaman khusus ini? Hati Chen Nan dipenuhi teka-teki.
"Bunga yang indah sekali!" seru Katherline terkagum-kagum.
Chen Nan bergumam dalam hati, jika dia tahu asal-usul bunga Yueniang ini, entah masih akan mengeluarkan kekaguman seperti itu atau tidak.
Setelah berjalan sekitar dua tiga li ke depan, sepanjang jalan dipenuhi pohon Yueniang tinggi besar. Sampai akhirnya dia melihat barisan demi barisan...
……
……
……
Setelah melewati barisan pohon Yueniang tinggi di garis luar, pemandangan yang terhampar di depan Chen Nan membuatnya terkejut sampai puncak: barisan demi barisan nisan tinggi menjulang berdiri di depan.
Kuburan yang bertumpuk-tumpuk itu begitu menyilaukan mata!
Yang terpenting, ini bukan kuburan biasa-biasa.
Saat ini, cahaya suci menyinari setiap jengkal tanah di kompleks pemakaman ini. Di sana ada malaikat bersayap delapan yang menari-nari, di sana pula dewa utama yang menggenggam Pedang Suci Emas sedang berkeliaran...
Tak diragukan lagi, semua ini adalah ilusi dewa-iblis Barat kuno, bayangan maya yang tercipta dari kehendak ilahi para Dewa dan Iblis Kuno yang tak pernah padam.
"Mengapa? Mengapa ada Taman Makam Dewa dan Iblis di sini juga?" Chen Nan bergumam. Adegan di hadapannya mengguncangnya dalam-dalam, membuatnya secara samar menangkap petunjuk penting. Ia terus merenung dengan susah payah.
"Oh, Shen cahaya agung... Jangan-jangan sudah lama minum teh di sini?" Mata besar Bayi Naga dipenuhi keterkejutan. Dengan penuh kewaspadaan, ia mengamati Taman Makam Dewa dan Iblis tersebut.
"Aduh, kok ada begitu banyak makam di sini? Apakah mereka... mereka semua hantu? Haruskah kubakar mereka dengan api?" Fenix kecil terus berteriak panik.
Chen Nan segera menarik si kecil itu. Jika dibiarkan berlari ke depan dan sembarangan menyemburkan api suci, entah kekacauan apa yang akan terjadi.
Naga sakti ungu-emas termenung, menatap deretan makam dewa-demon itu. Kepala naganya yang besar nyaris bergoyang seperti gasing. "Ini tidak mungkin. Dari mana datangnya begitu banyak makam dewa-demon di sini?" gumamnya.
Katherine juga terpana. "Pernah kudengar orang bercerita, di Timur ada Taman Makam Dewa dan Iblis yang tidak hanya menguburkan dewa-dewa Timur dari zaman purba, tapi juga dewa-demon Barat dari periode yang sama. Tapi kenapa ada satu lagi di sini? Skalanya sepertinya tidak kalah dengan legenda Taman Makam Timur itu. Ini... benar-benar di luar dugaan, kompleks pemakaman dewa-demon sebesar ini ternyata tersembunyi di sini."
Chen Nan memiliki lebih banyak kebingungan daripada mereka, karena dirinya sendiri adalah hasil respawn dari Taman Makam Dewa dan Iblis. Selama ini dia terus berusaha menjelajahi rahasianya, dan sekarang menemukan tempat serupa lagi. Hatinya bagai diterjang tsunami hebat.
Tenang, sekarang perlu tenang. Begitu dia mengingatkan dirinya sendiri. Bersamaan itu, dia memperingatkan Catherine dan si Naga Bajingan dengan serius: untuk sementara jangan mendekati kompleks makam itu, observasi dulu dari kejauhan.
Dua manusia dan tiga makhluk suci menatap khidmat bayangan para dewa itu. Semua merasakan aura ketidaknyataan. Tak pernah terbayang penyelidikan mereka akan mengungkap pemandangan mengejutkan seperti ini.
Setengah shichen kemudian, Chen Nan dan rombongan perlahan mulai bergerak maju, mendekati area makam dewa-demon untuk pengamatan lebih detail.
Batu nisan konggang yang tinggi itu sudah lapuk. Sebagian besar sudah compang-camping, bahkan beberapa makam hanya menyisakan potongan prasasti setengah hancur di arena.
Batu konggang yang dijuluki "anti lapuk 10.000 tahun" saja sudah rusak begini. Benar-benar tak terbayang sudah berapa lama Taman Makam Dewa dan Iblis ini ada.
Saat mendekati kompleks makam, detak jantung Chen Nan kembali berdegup kencang. Di batu nisan yang masih utuh itu ternyata terukir karakter kuno Timur. Namun bahkan dirinya yang berasal dari 10.000 tahun lalu pun tak bisa memahami tulisan itu - sepertinya berasal dari era yang lebih kuno lagi!
