“Kau...” Chen Nan memuntahkan darah seguyur. Bukan karena lukanya kambuh, melainkan amarah yang memuncak di hatinya.
Ia berteriak dengan penuh kesedihan dan kemarahan: “Kau memang bukan Yuxin! Kembalikan nyawa Yuxin! Serang saja aku, jangan sakiti dia!”
"Haha..." Yuxin yang wajahnya basah oleh air mata tertawa getir sambil bergumam, "Perasaan ini begitu pentingkah? Masih bisa membangkitkan keinginan bertahan hidupmu. Awalnya aku ingin membiarkannya hidup, tapi tak disangka dia justru membangunkanmu. Sekarang akan kuhancurkan dia, membuatmu mati total!"
Tangannya kanan terangkat tinggi, dari cahaya dewa yang berkilauan melesat pedang ilahi raksasa. Tepat saat akan menghujamkannya ke Chen Nan, tiba-tiba pedang itu remuk berkeping. Dengan jeritan menyakitkan, tubuhnya terjatuh dari puncak tebing.
Chen Nan kini paham, yang mengendalikan tubuh Yuxin sebelumnya bukanlah dirinya yang sesungguhnya. Meski menderita luka internal yang sangat parah, setelah mengetahui semua ini, perasaan putus asanya yang awalnya mendadak menjadi cerah.
Dengan gigih dia mengertakkan gigi dan melesat ke angkasa, bergegas menyambut Yuxin yang sedang terjun bebas. Ini adalah tubuh Yuxin, biar mati sekalipun dia takkan membiarkannya menghantam tanah.
Setelah berhasil menangkap Yuxin dengan aman dalam pelukannya, perlahan dia mendarat di tanah.
Ternyata ada yang memperlakukan Yuxin sebagai cauldron! Bahkan ingin menghancurkan cauldron itu untuk merebut tubuhnya dan bereinkarnasi. Ini sama sekali tak bisa ditoleransi Chen Nan!
Saat hendak memeriksa lebih lanjut, Yuxin perlahan membuka mata. Sorot matanya begitu murni, tak ternodai secuil pun aura duniawi. Mata adalah jendela jiwa - kali ini Chen Nan tak mungkin salah mengenali.
Dia berteriak keras: "Yuxin……" Tangannya bergetar saat menyentuh pipinya, dengan suara lembut berkata: "Aku tidak salah lihat, kali ini benar-benar kamu, Yuxin sebenarnya kenapa……"
Mata Chen Nan berkaca-kaca. Membayangkan berbagai penderitaan yang mungkin dialami Yuxin, air matanya tak terbendung mengalir deras.
"Chen Nan…… Benar-benar kamu, akhirnya kita bertemu lagi, aku benar-benar…… sangat senang…… uuu……" Yuxin menangis seperti anak kecil yang tak berdaya.
"Yuxin jangan sedih, jangan takut." Chen Nan mengusap air matanya, tersenyum penuh tekad: "Aku takkan membiarkan iblis itu merampas tubuhmu! Semua ada aku di sini!"
Suara Yuxin terdengar lemah, terputus-putus: "Chen Nan…… Kita terpisah begitu lama, tak menyangka masih bisa bertemu. Ini seperti mimpi…… Aku terlalu bahagia…… Sangat emosi…… Tak kusangka sebelum mati masih bisa melihatmu…… Meski harus mati…… hatiku sudah puas!"
"Jangan bicara konyol! Kamu takkan mati! Aku takkan membiarkanmu mati!" Chen Nan batuk keras mengeluarkan darah, emosinya meluap.
Sorot mata Yuxin penuh rasa syukur dan kelegaan. Ia tersenyum puas: "Dengarkan baik-baik…… Waktuku benar-benar sudah habis……"
Chen Nan berteriak: “Tidak, aku tak mau mendengar kata-katamu! Kau tidak akan mati! Aku akan mencari cara menghabisi iblis yang menguasai tubuhmu! Sepuluh ribu tahun... Sepuluh ribu tahun! Baru saja bertemu, mana mungkin aku membiarkanmu mati! Sekalipun aku mati seratus kali, takkan kubiarkanmu mati sekali pun!”
Yuxin tersenyum dengan air mata: “Chen Nan, dengarkan aku... Aku benar-benar tak punya waktu lagi. Jika... kau tak biarkan aku bicara sekarang, selamanya kau takkan... bisa mendengarku lagi. Kau tak ingin menyesal seumur hidup, bukan?”
Mendengar ini, hati Chen Nan remuk redam. Ia ingin menangis, tapi tak boleh menunjukkan air mata di depan Yuxin. Saat ini adalah momennya untuk bertanggung jawab, bukan waktu untuk bersedih.
“Yuxin... Bicaralah, aku mendengarkan!”
“Di Peninggalan Kuno Para Dewa Lembah Bunga Ratusan, nyawaku nyaris melayang. Kemudian Paman Chen memasuki pusaka lagi. Dengan kekuatan magisnya, ia memutar balik takdirku hingga akhirnya aku selamat. Tapi... saat itu kau sudah tiada...”
Chen Nan menunduk muram.
“Saat itu para dewa di langit, entah menghadapi bencana apa, hampir punah. Beberapa dewa yang beruntung selamat bersembunyi di dunia manusia, namun malah memicu pertempuran massal yang mengacaukan bumi. Paman Chen membawa ibu Chen dan saya mengambil jalan berlawanan, ia mengantar kami ke langit. Namun, setelah hidup tenang sebentar, sebagian dewa yang selamat kembali. Akibatnya langit menjadi sangat kacau, entah mengapa setiap hari ada dewa yang mencar kami. Paman Chen berjuang dan membunuh setiap hari untuk melindungi kami. Kami terombang-ambing, hidup seperti ini cukup lama. Hingga suatu hari...”
“Hingga suatu hari, Paman Chen menghadapi musuh luar biasa kuat di langit. Ia menyembunyikan saya di kediaman aman, lalu pergi bersama ibu Chen tanpa pernah kembali...”
“Apa?!” Chen Nan menyemburkan darah dari mulutnya. Yuxin sudah tak punya banyak waktu, kini dia mendengar kabar ini. Pukulan hari ini begitu berat hingga nyaris tak tertahankan.
“Paman Chen dan ibu tak pernah kembali, tapi kekacauan di langit tak kunjung reda. Untuk bertahan hidup di langit, harus punya kekuatan memadai. Saat itulah, di kediaman itu saya menemukan kitab ajaib berjudul 《Tai Shang Wang Qing》, dijuluki teknik rahasia nomor satu langit. Demi bertahan, saya mulai kultivasi sesuai petunjuk kitab. Hasilnya...”
“Hasilnya bagaimana?” Chen Nan mendesak. Dia samar-samar menebak bahwa kerasukan iblis pada Yuxin kemungkinan besar terkait erat dengan ini.
“Hasilnya, setelah melatih《Tai Shang Wang Qing Lu》, level kultivasiku memang mengalami kemajuan pesat, bahkan mencapai level kelahiran kembali seperti yang disebutkan dalam buku. Tapi siapa sangka... kelahiran kembali ini justru perlahan membunuh diriku sendiri!”
Chen Nan terkejut: “Apa! Bagaimana mungkin seperti ini?”
“Siapa di dunia ini yang bisa mencapai Tai Shang Wang Qing? Yang disebut Tai Shang Wang Qing sebenarnya adalah membunuh 'diri' asli, lalu membentuk 'diri' baru yang sama sekali berbeda. Aku tidak mengukur kedalaman, terus melatih sampai akhirnya ketika sadar, 'diri' baru sudah mengambil kendali, membunuh 'diri' asli hingga tercekam dalam kesunyian. 'Diri' baru itu menyebut diri Tanpa Perasaan, membunuh semua lawan kuat yang aktif menyerangnya di era kekacauan. Sejak itu, di langit muncul Peri Tanpa Perasaan yang kejam, menggantikan 'diri' asli - Yuxin!”
Chen Nan bergumam: “Bagaimana bisa seperti ini, ternyata orang itu juga adalah dirimu, pantasan aku salah mengenali. Yuxin, katakan padaku bagaimana cara menyelamatkanmu?”
“Tidak ada solusi. Hari ini jika bukan kau yang membangunkanku, aku sudah setara dengan kematian. Orang itu bukan lagi diriku yang asli, sekarang... bunuhlah aku!”
“Apa? Tidak! Mustahil!” Chen Nan geleng-geleng kepala karena panik.
Yuxin berkata: "Versi baruku ini, membenci segala yang kubenci dan yang kucintai. Segala sesuatu yang muncul dalam ingatanku, selama masih ada di area yang bisa dia deteksi resonansinya, akan dihapusnya habis-habisan. Kalau hari ini aku tidak bangun dan merebut dominasi tubuh ini darinya, dia pasti sudah membunuhmu tanpa ampun. Aku akan segera dihancurkan olehnya. Manfaatkanlah momen emas saat aku masih memegang kendali ini untuk membunuhnya. Tai Shang Wang Qing Lu adalah teknik rahasia nomor satu di langit, meski kekuatannya tak tertandingi, tapi punya titik lemah mematikan: begitu tubuh fisik hancur, pemiliknya akan musnah total."
Chen Nan menggelengkan kepala dengan tegas: "Bahkan jika aku mati sepuluh ribu kali, takkan pernah kusentuh dirimu!"
"Chen Nan, masih belum paham juga? 'Aku' yang asli akan segera pudar. Yuxin yang hidup sekarang bukan lagi diriku dulu. Dia sudah jadi orang asing yang kejam. Mengapa masih ragu-ragu? Kalau tak kau hancurkan dia, dialah yang akan membunuhmu!"
Chen Nan mengangguk mantap: "Bahkan jika dia membunuhku, takkan kusesali. Tapi jika tubuhmu kuhancurkan sekarang, penyesalan itu akan kubawa seumur hidup. Selama fisik ini masih utuh, selama kita tetap percaya bisa bersama, harapan itu masih ada. Yuxin, aku akan menyelamatkanmu!"
Senyum Yuxin mengembang, bercampur rasa lega dan sedih: "Kutahu kau tak tega. Baiklah, waktuku hampir habis. Kapan saja dia bisa membalas dan merebut kembali kendali. Temani aku di sisa waktu ini. Seratus tahun lagi, jika kau masih ingat hari ini... sungguh mengharukan..."
Chen Nan air mata panasnya berderai-derai, dia teringat kata-kata Yuxin yang menggantikannya mati 10.000 tahun lalu di detik-detik terakhir: "Ketika kau sudah tua nanti... jika masih bisa mengingat seorang gadis bernama Yuxin..."
Mengapa permintaan Yuxin yang sederhana ini justru membuat hati sakit tak tertahankan?! Air mata Chen Nan mengaburkan pandangannya, dia ingin mendongakkan kepala dan melolong sedih.
Di saat-saat terakhir, Yuxin bersandar di bahu Chen Nan, bergumam: "Chen Nan, kamu suka padaku?"
"Suka, selamanya akan suka."
"Baik, aku akan selalu mengingatnya di hati."
"Yuxin jangan berpikir macam-macam, semuanya akan membaik."
"Aku tidak berpikir macam-macam. Chen Nan, kamu masih ingat cita-cita kita yang tidak ada prestasinya 10.000 tahun lalu?"
Chen Nan terisak: "Ingat. Hidup bersama, bahagia-bahagia saja, sederhana-sederhana saja, setiap hari menemanimu melihat matahari terbit, setiap hari menemanimu melihat matahari terbenam."
Yuxin tersenyum bahagia: "Asal kamu ingat, aku akan selalu menyimpannya di hati."
Chen Nan memaksa diri tenang: "Matahari hampir terbenam, di sini aku akan menemanimu melihat senja."
Yuxin tersenyum: "Tak bisa melihat matahari terbit, melihat terbenam juga baik. Aku akan selalu mengingatnya."
Matahari merah menyala dengan ekor cahaya darah perlahan bergulir ke Barat.
Yuxin dengan khidmat bersandar di bahu Chen Nan, tersenyum menatap senja.
Cahaya senja tak terhingga indahnya, sayangnya menjelang senja.
Saat cahaya senja terakhir yang beraura darah menghilang, Yuxin mendorong Chen Nan dengan kasar lalu berdiri, satu tangan menggores lehernya sendiri, satu tangan lagi menancapkan ke dadanya.
Percikan darah mengotori gaun putih Yuxin, teramat menyilaukan mata.
"Ah..." Chen Nan mengaum sedih bagaikan binatang buas yang sekarat.
