"Dewa berfirman, kita harus kabur!" Mata besar Bayi Naga melirik ke kiri-kanan mencari celah. Tapi delapan penjuru dipenuhi siluet pasukan - ada yang diselimuti awan hitam pekat, ada yang berkabut aura immortal. Semua jalan kabur tertutup rapat.
"Leluhur naga terkutuk! Bagaimana bocah-bocah ini bisa datang tepat waktu dan mengepung kita? Aku #@￥#..." Naga Sakti Ungu-Emas merasa situasi memburuk dan nyaris tak tertahan marah.
“Segala arah pegunungan, hutan dan danau raksasa di sekitar, langit dipenuhi pasukan pemburu. Aliran Pomiè, aliran Dewa Bebas Pikiran, aliran Qingchan, aliran Raja Mayat - total tak kurang dari seribu orang.”
Chen Nan langsung pusing. Dengan begitu banyak kultivator yang mengepungnya, meski memegang Panah Suci Houyi, berapa banyak yang bisa dihabisinya? Dikepung pasukan besar seperti ini hanyalah soal waktu saja.
“Bocah keluarga Chen, BERSIAPLAH!”
Dari timur, ratusan anggota aliran Raja Iblis Pomiè meneriakkan sorakan menggema. Semua memendam dendam membara pada Chen Nan. Raja Iblis Pomiè tua tubuhnya hancur oleh panah suci Chen Nan, akhirnya dihancurkan secara fisik dan spiritual oleh Yuxin, membuat pengaruh aliran Pomiè di langit merosot tajam.
Saat ini, seluruh anggota aliran Pomiè bermata merah, ingin segera membasminya.
“Bocah keluarga Chen, hari ini kau takkan bisa kabur!”
Dari utara, teriakan murid-murid aliran Dewa Bebas Pikiran bergemuruh. Bendera besar di tengah berkibar-kibar ditiup angin.
Dewa Bebas Pikiran sebenarnya dibunuh oleh Yuxin. Tapi kini seluruh langit tahu Peri Tak Berperasaan hampir meraih Tingkat Dewa Kaisar. Setelah bertarung sengit dengan Raja Mayat dan mengalami luka parah, meski terus bertapa, tak ada yang berani mengganggu. Murid aliran Bebas Pikiran hanya bisa melampiaskan amarah ke Chen Nan.
“Di Barat, seorang biksu muda dari pasukan tanah Buddha berteriak keras: \"Keluarga Chen, merusak tanah Buddha kami, dosanya tak terampuni, seharusnya di-segel, tak boleh muncul!\""
“Seharusnya di-segel abadi, tak boleh muncul!”
Ribuan biksu dan Buddha berseru serentak, momentum menggentarkan.
“Auuung...”
Di Selatan, aura kegelapan menumpuk, energi kotor bergelora, para Raja Hantu zombie terus meraung.
“Anjing keluarga Chen, berani melawan Raja Mayat, dosa tak termaafkan! Hari ini pasti kami hancurkan jiwamu, takkan bereinkarnasi selamanya!”
Teriakan pasukan pemburu Chen Nan bergemuruh keempat penjuru, membuat para kultivator yang sedang bertapa di sekitar gempar.
Empat faksi dengan total hampir seribu orang mengepung satu manusia dan dua naga, aura immortal berpusar, awan mayat bergulung, energi gelap bergemuruh... momentum yang mengerikan.
Sambil pusing tujuh keliling, Chen Nan juga merasa lega - Qingchan Gu Mo dan Raja Mayat tidak datang langsung, sementara Raja Penghancur dan Dewa Tertinggi Wuyou sudah mati, membuat tidak ada ahli level Dewa Raja di lokasi.
Sebenarnya, alasan Qingchan dan Raja Mayat tidak datang adalah karena masih waspada terhadap keluarga Chen di langit. Siapa tahu keluarga kuno ini menyembunyikan ahli level Dewa Kaisar sejati. Jika mereka langsung menghabisi "orang kesepuluh" keluarga Chen, pasti akan memicu masalah. Maka mereka mengirim murid-murid untuk memburu Chen Nan sekaligus menguji reaksi keluarga Chen.
“Cuma kalian? Hmph, tanpa kehadiran seorang Dewa Raja, sekalipun jumlahmu banyak, takkan bisa membunuhku.” Dengan ketidakhadiran Shi Huang dan Qing Chan, hati Chen Nan sedikit tenang. Dilindungi Armor Xuanwu, nyawanya sementara aman.
“Auuung... Ternyata para sinting itu tidak datang. Biar Kakek Naga yang jadi pelopor!” Naga sakti ungu-emas menggenggam nunchaku di tangannya, berteriak: “Pedang, tombak, atau tongkat, semuah kuhalau dengan gaya. Senjata favoritku apa? Nunchaku yang lembut tapi mematikan, heng-heng-ha-hi, heng-heng-ha-hi...”
Si naga bajingan mengayunkan nunchaku bak angin, menciptakan energi padat yang menggetarkan. Tapi aksinya cuma gertakan belaka – meski terlihat mahir, sama sekali tidak maju ke garis depan.
“Hei naga aneh! Aku yang akan menghajar!” Seorang pria tinggi dari faksi hancur melesat dengan aura kegelapan, menyerang Naga Ungu-Emas.
“Sial! Level kultivasimu cuma dewa biasa. Terlalu hina untuk Kakek Naga turun tangan. Cukuplah Bocah Chen yang membunuhmu, tak pantas kuhabiskan waktu!”
Kulit wajah Naga Ungu-Emas setebal tembok. Setelah berkoar, ia berlagak ahli dengan kewibawaan, melangkah santai ke belakang Chen Nan.
Chen Nan mengangkat busur, menggesek anak panah cahaya. Tanpa basa-basi, langsung melepaskan panah cahaya.
“Dorr”
"Daging beterbangan, kabut darah menyebar ke segala penjuru, kultivator itu langsung tewas seketika. Dengan level kultivasi Chen Nan saat ini, ditambah panah dewa yang segelnya sudah terbuka sepenuhnya, meski tak sanggup melawan Dewa Raja, membunuh seorang dewa sudah bukan hal mustahil."
"Bersamaan dengan itu, kilau hijau memancar dari tubuh Chen Nan. Armor Xuanwu memancarkan kilau metalik, melindungi fisiknya."
"Auuung..." Dari garis keturunan Raja Mayat muncul zombie berbulu merah tinggi besar. Matanya memancarkan aura darah, energi kotor bergelombang, menerjang ke arah Chen Nan.
"Braak"
Senar Panah Suci Houyi bergetar halus, panah cahaya melesat dari busur, membuat zombie berbulu merah tercabik-cabik.
"Apakah kalian datang hari ini untuk menguji skill panahku? Hmph, yang datang satu kubunuh satu, datang dua kuhabisi berpasangan. Jika ingin membunuhku, persiapkan diri kalian untuk dibasmi!"
Setelah Armor Dewa dikenakan, Chen Nan bahkan berani melawan Dewa Raja, apalagi orang-orang ini. Tapi semut banyak bisa mengalahkan gajah. Ia tak berani berlama-lama bertarung, karena dia bukan benar-benar Dewa Raja. Pertahanannya memang super kuat. Kini dia bersiap menerobos kepungan.
Inner world-nya terbuka, Chen Nan memasukkan dua naga ke dalamnya.
Tapi, pasukan dari empat penjuru datang dengan organisasi dan rencana matang untuk membasminya. Semua formasi dari empat arah memiliki pemimpin. Dua orang yang dikirim sebelumnya hanyalah uji kedalaman kemampuannya.
Saat ini, dari belakang pasukan empat penjuru terdengar teriakan serempak:
"Bunuh!"
"Bunuh!"
……
“Perintah Membasmi” dikeluarkan, awan hitam bergulung-gulung, energi kotor bergemuruh, dari delapan penjuru, aura membunuh menembus langit. Semua orang mengaum gila-gilaan, menerobos masuk ke arah Chen Nan.
“Bunuh...”
Teriakan "Bunuh!" mengguncang langit, bahkan puncak-puncak gunung di sekitarnya bergetar.
Chen Nan menggesek busur dan memasang anak panah, terus-menerus menarik tali busur. Beberapa orang yang paling depan langsung hancur berkeping-keping, percikan darah beterbangan, kabut darah tebak membumbung di udara.
“Bunuh...”
Tapi pasukan dari empat penjuru sama sekali tidak gentar. Semua orang dengan gila-gilaan merangsek maju, di delapan penjuru penuh sesak siluet pemain. Setelah mengandalkan Panah Houyi untuk menghabisi 20 lebih orang dengan cepat, Chen Nan menyadari panah dewa itu tak lagi berguna. Semua orang sudah merapat ke jarak dekat, tak ada kesempatan lagi untuk menggesek busur.
Pertarungan jarak dekat drop, pertumpahan darah sengit dimulai.
Panah dewa menyatu ke tubuhnya, mengalirkan kekuatan yang terus-menerus terbarukan, memenuhi seluruh meridian tubuh Chen Nan. Seluruh tubuhnya dipenuhi energi yang bergelora.
Chen Nan menggerakkan tangan seperti pedang, menebas horizontal dan memotong vertikal di tengah kerumunan. Aura darah bergejolak, dalam sepersekian detik belasan orang sudah terbunuh. Tapi jumlah mereka terlalu banyak, bagai air bah yang menenggelamkannya. Menghadapi pasukan yang tak takut mati ini, meski panah dewa telah menyatu ke tubuhnya, meski ada Armor Xuanwu yang melindungi, tetap saja dia merasa sangat kelelahan. Ini benar-benar mengorbankan nyawa untuk menukar nyawa!
Chen Nan yang memiliki sayap Dewa Raja namun tak bisa menerobos keluar, merasa seperti jatuh ke rawa yang mustahil dilepaskan, atau seperti jatuh ke lubang ular dengan tak terhitung ular berbisa melilit tubuhnya dan menggerogotinya.
Perasaan ini benar-benar menyiksa!
Ini adalah pertempuran di luar konvensional. Saat ini Chen Nan sudah berhadap-hadapan dengan puluhan orang: wajah tempel wajah, kaki tempel perut... Hampir tak bisa bergerak. Kerumunan seribu orang mengurungnya di pusat kerumunan, atau lebih tepatnya memampatkannya di titik terpadat.
Serangan yang datang padanya ada segel tangan Buddha, cakar mayat hidup, pedang tajam, kapak penggorok. Tak terhitung tangan mencengkeram anggota tubuhnya, memeluk kepalanya, berusaha mencabik-cabiknya. Ini sudah tidak seperti pertarungan, lebih mirip gerombolan semut raksasa melahap makanan!
Jika bukan karena perlindungan Armor Xuanwu, Chen Nan pasti sudah tercabik-cabik oleh mereka. Pertempuran seperti ini jarang terjadi di langit.
Meski memiliki fisik sekuat Dewa Raja berkat zirah dewa, Chen Nan tak memiliki dunia kecil mengerikan milik Dewa Raja yang bisa membantai gunung-gunung. Mustahil baginya sendirian membantai banyak ahli sekuat ini.
Ini pasti pertempuran paling menyiksa sejak Chen Nan debut. Jika bisa memilih, dia lebih rela menghabiskan sepertiga darahnya lebih dulu untuk menghancurkan sekelompok pemburu.
Dikepung lautan manusia, Chen Nan tersiksa tapi tak bisa bergerak. Akhirnya dia mengaum keras dan menyemburkan darah dari mulut, mengenai beberapa zombie yang sedang mencengkeramnya.
"Auuung..."
Jeritan menggelegar, beberapa zombie yang terkena percikan darah langsung mengeluarkan asap putih dari seluruh tubuh disertai bau busuk mayat, meronta-ronta keluar dari kerumunan sambil meraung.
Bagi Chen Nan, ini adalah kesempatan langka. Dengan tangan berlumuran darah, ia mengabaikan serangan dari tiga arah dan terus membunuh zombie di sekitarnya.
Di tengah aura kematian yang pekat dan jeritan kesakitan, Chen Nan akhirnya berhasil membuka ruang kecil. Pohon Penstabil segera bertransformasi dan tergenggam di tangannya.
Ia sadar telah melakukan kesalahan. Sekarang ia harus menjauh dari kerumunan ini meski hanya 1 meter. Jika tidak, fisiknya akan benar-benar "tenggelam" dalam lautan manusia!
Chen Nan menggunakan Pohon Penstabil layaknya pedang panjang. Meski canggung, daya penghancurnya luar biasa. Setiap hujaman horizontal dan tebasan vertikal menyemburkan percikan darah.
Cahaya hijau suci Pohon Penstabil berkedip-kedip dengan aura mengerikan. Kadang memenggal kepala lawan, kadang membelah tubuh musuh jadi dua, lalu menghancurkan tengkorak yang tersisa.
Dalam lautan darah dan sisa otak, Chen Nan bagai Dewa Penumpah Darah yang sedang membantai. Sekarang adalah pertarungan hidup-mati. Berbaik hati pada musuh berarti bunuh diri!
Bloodthirst adalah naluri! Pembunuhan adalah kebenaran!
"Chen Nan melepas semua batasan, bergerak bebas tanpa ragu. Percikan darah bertebaran, anggota tubuh yang terpotong beterbangan. Bahkan organ dalam dari perut yang terkoyak, setelah hancur dan menempel di tubuhnya, tidak membuatnya sedikitpun mengernyitkan dahi."
Darah mengotori Armor Xuanwu, Chen Nan bagai manusia darah. Di sekitarnya, lengan dan kaki yang terputus terus beterbangan, hujan darah mengguyur cakrawala.
Manusia penuh perasaan, iblis tak berperasaan. Hati Chen Nan semakin membeku, darah pejuangnya mendidih. Matanya perlahan memerah darah, aura pembunuh meledak dari dalam tubuhnya. Pada saat ini, ia seakan menjelma menjadi iblis, seolah telah menghapus semua rasa kemanusiaan.
Saat ini, yang ada hanyalah kenikmatan membunuh tanpa secercah belas kasihan. Di antara ribuan kultivator, ia menerjang tak terbendung. Senyuman kejam mengembang di pipinya, nyawa demi nyawa terus melayang!
"Chen Nan, benar-benar kau!" Tiba-tiba teriakan itu bergema dari ketinggian.
