Peti darah raksasa tiba-tiba membuka lebar tanpa suara maupun gelombang, menyergap Chen Nan dalam sekejap. Perubahan tak terduga ini sama sekali tidak memberi waktu untuk persiapan mental.
"Gemerincing!" Bendera Besar Alam Semesta Purba bergetar hebat, menyusup masuk sesaat sebelum tutup peti tertutup.
"Ayah!" Ekspresi Kongkong langsung berubah, sama sekali tidak menyangka akan begini. Harus diketahui sebelumnya dia pernah menyaksikan peti darah raksasa melahap Huangtian dengan mata kepalanya sendiri. Kini melihat kejadian serupa, mana mungkin tidak khawatir? Mana mungkin tidak takut? Mana mungkin tidak gemetar?
Seketika, pedang langit muncul di tangan Kongkong. Memanfaatkan sejenak waktu yang dihalangi bendera besar purba, ujung pedang berkilauan itu pun menancap di celah peti mati, berusaha membuka tutupnya.
Namun kali ini tutup peti sangat berbeda dari biasanya. Cahaya merah darah berputar liar, aura menakutkan berguncang dahsyat. Tutup peti bagai gunung seberat 10.000 ton, tak lagi bisa digerakkan sedikitpun.
"Auuung!!!" Naga Ungu-Emas meraung menggelegar. Tubuh humanoidnya berubah seketika, wujud naga raksasa muncul sepenuhnya. Cahaya ungu-emas memancar deras ke tutup peti.
"Aaa, kembalikan ayah kami!"
"Lepaskan ayah!"
Dua si kecil juga berteriak keras. Mata Langit mengeluarkan Cahaya Penghancur yang mengguncang peti raksasa.
Anak-anak Chen Nan punya ciri khas: meski sehari-hari suka bercanda, tapi saat momen kritis tiba, mereka semua bagaikan anak harimau kecil, garangnya luar biasa.
Ini seharusnya Jalur Langit Kuno di mana kekuatan mereka semua ditekan. Tapi di detik ini, potensi tak terduga dalam jiwa mereka—atau energi raksasa yang tertidur—seperti tersadar seketika, meledakkan kekuatan dahsyat yang tak tertandingi.
Gelombang kosmik menyapu keluar, memancarkan cahaya dewa yang berkilauan, bagaikan semua bintang di langit berjatuhan dan berubah menjadi meteor yang melesat di angkasa, menggemparkan langit dan bumi.
Pedang Langit di tangan Kongkong yang tak tertembus, bahkan berhasil mengangkat celah kecil pada tutup peti mati raksasa.
"Aiyaya..." Xuan Xuan ternyata berhasil keluar dari tubuh fisik Xuan Pantai. Ia mengenakan Armor Xuanwu lengkap bernyawa yang memancarkan cahaya menyilaukan, seperti boneka emas yang menubruk peti darah. "Dor!" Daya dahsyat menggetarkan peti darah hingga bergoyang-goyang.
Suo Suo juga keluar dari tubuh Xuan Pantai. Seluruh tubuhnya berkilauan cahaya perak sambil mengayunkan tali emas yang menyerbu peti darah. Tali emas itu tegang lurus, ujungnya langsung menyusup masuk ke celah peti.
Dua si kecil pada momen ini bagai Iblis Api yang terbangun, bahkan memancarkan gelombang menakutkan yang membuat ahli dewasa pun berkeringat dingin.
Naga Sakti Ungu-Emas saat ini, terdorong oleh jiwa perang kuat dari tiga anak di sampingnya. Kekuatan setengah sadarnya menjadi, api Jiwa Perang yang perkasa menyala. Cahaya ungu tak terhingga melesat vertikal sambil tanpa sadar berteriak: "Auuung... Sialan, Laozi adalah Pedang Ungu!"
Empat orang serentak bertindak dengan kekuatan tak terduga yang menggetarkan peti darah raksasa hebat. Namun tutup peti hanya meloncat beberapa kali, lalu tak bisa digoyangkan sedikitpun.
Aura darah bergelombang seperti air, memancar dari peti raksasa. Nuansa merah yang menyedihkan tak berujung membungkus peti tersebut.
"Ayah harus bertahan!" teriak Kongkong bersama dua si kecil.
Namun aura darah yang memancar dari peti raksasa semakin intens. Akhirnya bagaikan matahari darah, memancarkan cahaya menyilaukan yang tak tertandingi, membuat orang enggan memandang langsung.
"Boom!"
Suara ledakan mengguncang, aura darah membumbung ke langit. Energi dahsyat meledak melemparkan Kongkong dan Naga Ungu-Emas hingga terpental mundur.
Peti raksasa melesat ke angkasa, seolah benar-benar berubah menjadi "matahari darah", memancarkan cahaya jahat yang menusuk mata.
Kongkong dan dua si kecil berteriak hendak menerjang. Naga Ungu-Emas menghadang mereka, "Kita tak bisa menggerakkan peti darah. Menerobos sekarang malah bisa celaka."
"Tapi kita tak boleh diam saja!" protes Kongkong panik.
Naga Ungu-Emas menunjuk tengkorak kristal di samping, "Harus libatkan tengkorak-tengkorak ini. Tapi kenapa tengkorak kristal ini diam saja? Tak ada reaksi?!"
Mereka mencoba mengendalikan tengkorak kristal agar memimpin lima tengkorak berwarna bertempur. Tapi para tengkorak itu bagai patung kayu, sama sekali Tak Diperhatikan.
"Gemuruh..."
"Langit tinggi, suara gemuruh terdengar. Peti darah raksasa bergoyang hebat seolah akan hancur berkeping-keping, disertai suara Chen Nan: 'Anak-anak, jangan terburu-buru! Aku baik-baik saja!'"
"Wow, Ayah kami bantu!"
"Tidak boleh! Kalian semua jangan mendekat! Peti darah raksasa ini terlalu jahat, jauh melebihi bayangan kalian. Siapapun dilarang mendekat! Tenang, dia tidak bisa memakanku!"
"Ayah benar-benar tidak apa-apa?"
"Sementara masih aman!" Suara Chen Nan terdengar lemah. Kemudian gemeretak peti mati kembali menggema di langit tinggi. Peti darah raksasa itu tiba-tiba terbuka sebagian, menampakkan setengah bendera besar purba yang keluar.
Bersamaan dengan terbukanya sedikit peti itu, cairan merah seperti darah mengalir deras bagai sungai yang meluap, dalam sekejap langit pun ternoda merah seolah dilanda banjir bandang!
Darah mengalir di angkasa. Cairan yang keluar dari peti itu benar-benar darah, mengalir tanpa henti bagai tak berujung.
Akhirnya, lautan darah menyelimuti langit tinggi. Peti raksasa itu tampak seperti perahu kecil di tengah samudera merah. Sungguh mengerikan! Meski peti darah ini besar, mustahil bisa mengeluarkan darah sebanyak ini!
"Ayah, kenapa denganmu?"
"Tidak apa... Tulang remuk dan daging remuk ini sepertinya benar-benar ingin memangsaku, tapi sekarang justru setengah dari mereka telah kuhancurkan!"
"Ayah, jangan-jangan kamu yang memakan mereka?"
Di dalam peti mati berdarah tak terdengar suara, peti mati mulai bergoyang lagi mengeluarkan suara benturan beruntun.
Di dalam peti darah, terjadi fenomena kosmik Gunung Sumeru dalam biji sesawi. Bendera besar alam semesta purba berubah menjadi hamparan bintang-bintang kuno, Chen Nan terpaku di ruang hampa. Di luar, lautan darah tak berujung bergolak dan menerjang, ombak berdarah sesekali menyusup ke hamparan bintang kuno.
Chen Nan berhasil memukul mundur gelombang darah demi gelombang, namun setiap ombak yang berhasil mendekat ke tubuhnya langsung terserap masuk tanpa bisa dihindari. Ini membuatnya merasa takjub sekaligus ngeri - setiap tetes darah yang menyentuh kulit langsung terserap total tanpa sisa, mustahil untuk dicegah.
"Doron!"
Ombak darah tak terhitung dari delapan penjuru menghujam bagai langit runtuh, gelombang sebesar samudera itu tiba-tiba lenyap di sekitar Chen Nan dan terserap ke dalam tubuhnya.
Bersama arus darah itu, banyak pecahan tulang dan daging ikut terbawa lalu menyatu dengan tubuhnya.
Chen Nan terdiam membeku karena syok. Inilah sebabnya ketika Suo Suo bercanda bertanya apakah dia malah menelan daging-daging itu, dia tak bisa menjawab.
Daging dan tulang remuk di dalam peti mati mengerikan itu perlahan menyatu dengan tubuhnya!
Dapat telepon ada janji malam ini, mungkin pulang larut. Makanya buru-buru nulis dan upload. Jadi jangan protes sedikit ya bro. Seperti bilang kemarin, lagi sibuk banget. Besok baru normal lagi.
