Sampai di titik ini, pria paling berpengaruh di dunia fana ini mengangkat kepalanya, menatap kakak senior di samping meja, berkata dengan suara lembut: "Berani kuhormat bertanya pada Guru Pertama, seandainya Anda berada dalam situasiku dulu, pilihan apa yang akan Anda ambil?"
Kakak senior tidak diam maupun tersenyum. Ia hanya menatap pohon di Taman Musim Dingin, seolah mengingat cerita miliknya sendiri dari puluhan tahun silam, berkata: "Jika aku, mungkin akan kubunuh sebanyak yang bisa kubunuh."
Xiahou mendengar jawabannya, tertawa terbahak: "Hahahaha, Guru Pertama adalah seseorang yang luar biasa, didukung oleh gunung besar bernama Sang Guru. Di dunia ini siapa berani tak sopan padamu?"
Tiba-tiba, ekspresinya berubah dingin, suaranya menusuk: "Tapi aku hanyalah sisa-sisa Iblis Zong yang ditolak dunia, anjing terlunta yang ketakutan... Menukar rumah untuk tetap menjadi anjing, sepertinya satu-satunya pilihan."
"Namun menjadi anjing pun adalah hal yang sangat sulit."
"Xiahou mengalihkan pandangan, jari-jarinya yang stabil dan kuat perlahan mengetuk permukaan meja, berkata: 'Karena setiap anjing pasti punya tuan, sementara aku yang terlihat kuat dan bisa menggigit siapa saja ini, tak pernah tahu siapa majikanku sebenarnya.'"
"'Aku adalah konsultan kehormatan Kuil Xiling, sekaligus jenderal besar Kekaisaran Tang. Aku tak bisa menjual kepentingan kekaisaran kepada kuil, juga tak bisa mengkhianati kuil demi kekaisaran. Lalu keuntungan apa yang bisa dibawa anjing sepertiku bagi kuil dan kekaisaran?'"
"'Hanya dengan terus membunuh dan menaklukkan, memperluas wilayah kekaisaran Tang semakin luas, memusnahkan musuh-musuh semakin banyak, barulah Yang Mulia Kaisar tak akan meraguiku. Di saat yang sama, aku harus diam-diam menuruti perintah kuil, menangani urusan-urusan sensitif di dalam kekaisaran, agar mereka tetap mempercayaiku.'"
"'Hidup seperti ini sungguh menyiksa. Sang Kaisar tetap tak mau mempercayaiku sepenuhnya, Kuil pun selalu curiga. Murid-murid Ming Zong seperti Tang, begitu muncul ke publik, hal pertama yang mereka lakukan adalah berusaha bunuh-bunuh-bunuh aku.'"
"'Aku adalah pengkhianat. Sejak meninggalkan pintu gerbang gunung itu, aku telah menjadi penghianat. Berpindah dari sini ke sana, lalu kembali lagi, ini bukanlah perubahan sikap antara terang dan gelap. Sejatinya, ini hanya sisa-sisa kegelapan yang merangkak di bawah sorot cahaya, mencari secercah harapan hidup.'"
“Namun terkadang aku berpikir, kematian tidak menakutkan. Yang mengerikan adalah masa lalu yang kau pikul di punggungmu. Kenangan yang tak ingin diketahui orang, yang lama-kelamaan menyatu dengan tubuh dan hatimu. Tak ada cara untuk meringankannya, apalagi berharap bisa mencabutnya darimu.”
“Tapi dunia terus bergerak maju. Kaisar mengirim akademi ke perbatasan untuk praktik, jelas-jelas tak ingin memakaiku lagi. Anjing yang tak berguna bisa disembelih kapan saja. Aku susah payah bertahan di wilayah tengah Tionghoa selama ini, baru bisa duduk di posisi ini. Aku tak ingin disembelih.”
“Bagaimana agar tak disembelih? Kecuali berhenti jadi anjing. Bagaimana jadi majikan, bukan anjing? Kau harus punya kekuatan. Banyak yang bilang Sang Jenderal Besar adalah pria terkuat di dunia fana. Tapi kita berdua tahu, kekuatan ini masih terikat dunia. Selalu ada tali di leherku.”
“Karena itu aku ingin Kitab Langit itu. Aku ingin kekuatan melampaui dunia fana. Ingin memutus tali itu, berhenti terombang-ambing di dua tepi sungai, meraih kebebasan sejati.”
Pidato Xiahou panjang sekali. Selama dia bicara, baik kakak senior maupun Ning Que tidak menyela. Mereka mendengarkan dengan hening: sejarah kabur, dendam tersembunyi dalam narasi tenang Sang Jenderal Besar kekaisaran, rahasia yang tak banyak diketahui orang di dunia fana.
"Kakak senior menatapnya dengan lembut bertanya: 'Mengapa kau mengatakan semua ini pada kami?'"
Xiahou tersenyum, mengangkat cangkir teh dan menghabiskan teh yang sudah dingin, lalu menghela napas pelan: "Tentu bukan untuk mengubah apapun. Hanya saja kata-kata ini telah terpendam terlalu lama dalam hatiku. Kesempatan untuk membagikannya sangat langka di dunia fana. Tuan Guru Pertama jelas pantas mendengarnya."
Kakak senior berkata dengan heran: "Jika tak ada gunanya, buat apa diucapkan?"
Xiahou menatap matanya dengan suara berat: "Dulu aku pernah memohon audiensi pada Sang Guru, meminta beliau mengurai kesakitan dan kebingunganku. Kupikir Akademi yang menganut prinsip 'terbuka untuk semua' ini, yang pernah melahirkan sosok seperti Kakek Jiang, tentu bisa membimbing sisa-sisa Iblis Zong sepertiku. Sayangnya Sang Guru selalu menolakku, hanya menyuruh Kaisar menyampaikan dua huruf. Hingga hari ini aku masih belum paham maknanya."
Kakak senior bertanya: "Apa dua huruf itu?"
Xiahou menjawab: "Wu wei."
Kakak senior terdiam sejenak, lalu tersenyum padanya. Senyum lembut itu menyimpan perasaan campur aduk - ada belas kasihan, kekaguman, dan kekecewaan yang tak disembunyikan.
"Melihat tindakan Jenderal Besar hari ini, rupanya kau memang belum memahami maksud Sang Guru."
"Kumohon petunjuk Guru Pertama."
"Wu wei, artinya tanpa intervensi. Sejak Jenderal Besar meninggalkan Iblis Zong dan datang ke Kekaisaran Tang, setiap pikiran dan tindakanmu penuh dengan keganasan. Dengan kekuatan tempur, prestasi perang, dan kekejaman yang kau pamerkan, tujuannya agar bisa berdiri kokoh di tengah derasnya Sungai Besar, sehingga tidak merepotkan orang di belakangmu. Namun kau tak pernah berpikir - andai sejak awal kau tidak melakukan apapun, mungkin hasilnya akan lebih baik."
Kakak senior berbicara dengan santai, perlahan mengangkat tangan menghentikan maksud Xiahou berbicara: "Ambil contoh kasus Murong Linshuang Sang Suci dulu. Surat dari Pendeta Agung membuat Kaisar sebelumnya murka hingga hendak berperang dengan Xiling. Tapi kau malah khawatir identitasnya terbongkar, buru-buru menghukum mati Murong untuk mengambil kepercayaan Xiling. Bagaimana bisa menyalahkan Kekaisaran yang tidak membantumu?"
"Segala hal di dunia ini pada dasarnya tidak kekal. Andai kau menggunakan prinsip wu wei, mungkin semua masalah setelahnya tidak akan ada. Sayangnya kau terlalu cemas akan orang itu, satu kesalahan berujung pada kesalahan beruntun, hingga mencapai titik tak terselamatkan seperti sekarang."
Xiahou menggenggam erat kedua tinjunya dengan keras: "Tapi dulu Sang Guru tidak berbicara!"
Mata kakak senior menjadi dingin, menatap wajahnya dengan suara berat: "Apa hakmu meminta mentor membelamu? Bagaimana kau tahu andai Kuil Suci bertindak, mentor tidak akan membelamu? Jangan lupa! Andai dulu mentor tidak mengangguk setuju, mana mungkin adik perempuanmu bisa menjadi Permaisuri Kekaisaran Tang kami!"
Taman musim dingin sunyi senyap, semua pelayan di Kediaman Jenderal telah lama diungsikan. Tak ada yang mendengar ucapan kakak senior ini. Ning Que yang memahami makna kalimat itu menunduk kaku menatap cangkir teh di hadapannya, hanya tangan kanannya yang bergetar halus di bawah meja yang memperlihatkan gejolak hati sesungguhnya.
Permaisuri Kekaisaran Tang ternyata adalah adik perempuan kandung Xiahou! Ia juga anggota sekte Iblis!
……
……
Sebuah ranting tipis di kedalaman taman musim dingin seakan tak sanggup menahan tekanan atmosfer atau beban salju yang menggantung, patah dengan suara krak dan jatuh ke sisa salju. Kakak senior perlahan mendorong cangkir teh di depannya menjauh, mengangkat kepala dan menatap tenang ke Xiahou: "Jika kata-katamu sudah habis, kini giliranku untuk menyampaikan hal yang mungkin tak kau sukai."
Xiahou sedikit memicingkan mata, jarinya yang semula mengetuk-ngetuk meja telah berhenti.
Kakak senior bertanya: "Atas perintah siapa gerombolan perampok berkuda yang menyerang logistik pasukan sekutu di padang rumput itu?"
Xiahou menjawab: "Aku."
Kakak senior bertanya: "Siapa yang mengerahkan lebih dari seribu pasukan kavaleri Tang di tepi Danau Hulan?"
Xiahou menjawab: "Aku."
Kakak senior bertanya: "Siapa yang berusaha membunuh adik seperguruanku dengan satu pukulan di jalan gunung?"
Xiahou dengan tenang menjawab: "Masih aku."
Kakak senior terdiam sejenak, lalu berkata padanya: "Kalau begitu, pensiunlah."
……
……
Apakah Jenderal Besar Xiahou sudah tua?
Baik para pejabat sipil-militer di Kota Chang'an, Yang Mulia Kaisar, maupun miliaran rakyat dunia bahkan Imam Besar Kuil Xiling, tak ada yang berpikir demikian. Pendekar puncak seni bela diri ini masih berada di puncak kejayaan hidupnya, kehendak dan semangatnya sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda memudar. Banyak orang yakin setelah Jenderal Xu Shi meninggalkan panggung sejarah karena usia tua yang tak terelakkan, dialah yang akan menjadi jenderal terhebat di dunia.
Namun di kediaman sang jenderal yang sombong ini sendiri, di taman musim dingin yang sunyi dan berhawa dingin ini, pelajar berbaju jubah lusuh dan sepatu compang-camping yang tampak biasa itu, tanpa alasan maupun dasar, tiba-tiba menyebutnya sudah tua lalu memintanya pensiun.
Begitu kalimat itu meluncur dari mulut kakak senior, berlapis-lapis awan timah musim dingin berkumpul di atas Kota Yangtu, menyelimuti taman dengan lapisan bertumpuk. Cahaya fajar meredup drastis, pepohonan di taman tiba-tiba menampakkan keriput usia.
……
……
Xiahou menyipitkan matanya menatap kakak senior.
Setelah menjawab banyak pertanyaan, dia hanya mengajukan satu kalimat: "Guru Pertama ingin ikut campur urusan pemerintahan?"
Para elite Kekaisaran Tang yang berhak mengetahui rahasia gunung belakang akademi sangat paham: larangan keras akademi ikut campur politik adalah prinsip besi yang ditetapkan Sang Guru untuk diri-Nya sendiri dan semua murid. Tanpa prinsip ini, baik para guru di akademi maupun Yang Mulia Kaisar di istana mungkin akan kebingungan menentukan siapa sesungguhnya tuan kekaisaran.
Meskipun banyak rakyat jelata di dunia fana tidak pernah mendengar nama Sang Guru, namun tak ada satu pun orang di dunia ini yang berani melanggar perkataannya. Lebih tepatnya, para bangsawan, menteri, ahli Tao, dan biksu yang mengetahui identitas Sang Guru tidak pernah berani menentang kehendak-Nya. Peristiwa Gunung Persik di mana Kuil Xiling berada menjadi gundul dalam sehari adalah bukti terkuat dari kehendak ini. Untungnya Sang Guru sering berkelana ke berbagai penjuru dunia dan tampaknya tidak suka berbicara sembarangan.
Sang Guru berkata akademi tidak boleh ikut campur dalam urusan pemerintahan kekaisaran, maka akademi yang telah mencetak banyak pejabat dan paling berhak mencampuri politik itu pun tak pernah melakukannya, termasuk para penghuni gunung belakang.
Hari ini kakak senior ingin memaksa Xiahou si Jenderal Besar Kekaisaran ini pensiun, apakah ini termasuk campur tangan politik?
Sebagai perwira Tang, tetap tenang menghadapi tekanan dari akademi, Xiahou memang pantas disebut ahli puncak di dunia manusia. Kepercayaan diri dan kekuatannya yang tak tertandingi menimbulkan rasa hormat yang mendalam.
Namun kakak senior hanya perlu satu kalimat untuk menghancurkan semua kekuatan Xiahou.
“Sang Guru melarang akademi ikut campur dalam urusan pemerintahan, karena beliau selalu menganggap urusan duniawi pemerintahan adalah hal sepele jalan terakhir, orang yang bertapa harus menjauh sebisa mungkin, kekaisaran bergolak bahkan punah total, mungkin tak mampu membuat mata orang tua itu berkedip. Kau sebagai konsultan kehormatan Kuil Suci, seharusnya paham betul peristiwa Sang Guru naik ke Gunung Persik dulu, jadi kau harus mengerti hal apa yang dianggap besar di mata Sang Guru - kau menyembunyikan organisasi perampok berkuda di padang gurun dari pemerintah dan Kuil Suci adalah hal kecil, keinginanmu merebut Kitab Langit juga hal sepele, statusmu sebagai sisa-sisa Iblis Zong tetap urusan kecil, semua yang kau lakukan selama ini di mata Sang Guru tetaplah remeh, tapi rencanamu membunuh adik seperguruanku di akademi, inilah perkara besar.”
Bagi ahli-ahli di dunia fana, memiliki aura ketenangan setiap menghadapi urusan besar merupakan kualitas yang harus dimiliki.
Namun menghadapi perkara besar dalam hati Sang Guru, sekalipun kuat seperti Xiahou pun harus hening, lalu merenung dengan sangat serius, waktu perenungannya sangat singkat, teh hitam seperti darah dalam cangkir belum sepenuhnya dingin, dengan perasaan heran ia memandang taman musim dingin yang menemani bertahun-tahun.
“Karena sudah tua, lebih baik pensiunlah.”
