Di malam musim panas yang terik, cahaya bintang seputih salju pun tak mampu mendinginkan hawa. Namun wajah pucat Yeh Hongyu yang seperti salju dan suaranya yang dingin membekukan, membuatnya terasa seakan tidak berada di pekarangan tepi danau, melainkan di tengah badai salju musim dingin yang menusuk.
“Aku takkan mati, jadi kau tak akan kena masalah. Aku hanya butuh waktu untuk bertapa.”
Ning Que dalam hati mengangguk membenarkan dugaan, tak tahu rahasia bertapa apa yang dibawanya dari Kuil. Dengan suara lembut ia berkata: “Bertapa sendirian itu bertapa, bertapa berdua juga bertapa. Jika kau menemui hambatan, mari kita telaah bersama. Mungkin bisa membantumu.”
Yeh Hongyu menjawab dingin: “Kau punya niat baik seperti itu?”
Ning Que berkata tanpa perubahan ekspresi: "Latihan ganda mungkin bisa menghasilkan kemenangan ganda."
Ye Hongyu menjawab dengan tenang: "Kau sendiri pernah bilang, bahkan Chen Pipi tak berani menggunakan ucapan cabul seperti ini untuk menggoda dan menghinaku. Tak kusangka kau ternyata orang yang sebodoh ini."
Ning Que tertegun sejenak, lalu bertanya: "Bagian mana dari ucapanku tadi yang cabul?"
Ye Hongyu menatap matanya dalam-dalam, tak menemukan secercah rasa malu atau kegugupan. Dalam hati ia bertanya-tanya: metode latihan ganda adalah rahasia tak terwariskan dalam kitab suci Kuil, jangan-jangan orang ini benar-benar tidak tahu?
Tapi di padang gurun Pegunungan Tian Qi, ia telah menyaksikan terlalu banyak tindakan tak tahu malu dan dingin dari Ning Que. Karena itu ia tak bisa memastikan, lalu berganti topik: "Kau murid Sang Guru, buat apa mencuri ilmu dariku?"
"Sudah kukatakan, aku bukan ingin mencuri sesuatu darimu. Hanya saling bertukar pandangan."
Ning Que berhenti sebentar, lalu tersenyum: "Baiklah, sejujurnya memang ada yang ingin kupelajari darimu. Meski akademi memiliki segalanya, tapi tak ada catatan tentang ritual sakti."
"Kau bisa ritual sakti."
Matanya menatap tajam ke arahnya: "Di tepi Danau Daming, kulihat kilau emas ribuan zhang-mu."
Ye Hongyu berkata: "Ritual sakti adalah rahasia tak terwariskan dari Gerbang Tao Haotian."
Ning Que menjawab: "Sang Sang adalah penerus Takhta Cahaya. Dia berhak mempelajari ritual sakti, sayangnya Imam Besar Cahaya mati terlalu dini, banyak hal yang belum sempat dipelajarinya."
Alis Ye Hongyu berkerut halus.
Ning Que berkata: "Apa yang kau khawatirkan? Takut murid yang diajari akan membuat guru mati kelaparan? Takut Sang Sang dari keluarga kami akan menjadi yang terunggul di antara ahli-ahli muda Xiling?"
Yeh Hongyu bertanya: "Taktik provokasi?"
Ning Que menjawab: "Ya."
Yeh Hongyu berkata: "Kalau sudah tahu ini taktik provokasi, mengapa aku harus setuju?"
Ning Que tersenyum dan berkata: "Karena kau adalah Tao Chi terkuat. Apakah kau takut akan tersaingi oleh Sang Sang?"
Yeh Hongyu dengan wajah tanpa ekspresi berkata: "Aku tak pernah khawatirkan hal yang takkan pernah terjadi."
Ning Que mendesak: "Lalu mengapa kau tidak setuju?"
Setelah lama berpikir, Yeh Hongyu bertanya: "Apa yang kau tawarkan sebagai gantinya?"
Ning Que menjawab dengan sangat serius: "Sewa rumah."
Yeh Hongyu menatapnya diam-diam lalu berkata: "Aku masih meremehkanmu."
Ning Que bertanya: "Tingkat ketidaksopanan?"
Yeh Hongyu mengangguk.
Ning Que berbalik dan berjalan keluar dari kamar tamu.
Yeh Hongyu melihat punggungnya, tiba-tiba berseru: "Kau tidak boleh menguping, dia tidak boleh memberitahumu."
Ning Que berhenti, menoleh dan berkata sungguh-sungguh: "Aku bersumpah atas nama kepribadian Sang Guru."
……
……
Tidak berhasil menemukan rahasia Yeh Hongyu, juga tidak mendapat keuntungan dari rahasia itu, membuat Ning Que merasa sedikit menyesal. Tapi dia yakin, selama Tao Chi ini terus tinggal di Kota Chang'an, pasti akan ada kesempatan.
Berbaring di tempat tidur besar, seperti musim panas sebelumnya selama belasan tahun, ia memeluk kaki mungil Sang Sang yang seputih teratai dan sedingin giok, menikmati musim panas sejuk yang hanya bisa dinikmatinya sendiri.
"Aku juga tak mengerti mengapa ia setuju, tapi ini kesempatan baik. Dari semua orang Kuil Xiling yang pernah kulihat, hanya perempuan ini yang patut kuhargai. Tingkat ritual saktinya tak penting, aku yakin penyakit dingin di tubuhmu bisa lebih cepat disembuhkan."
Sang Sang merasa kakinya agak gatal, menggesekkannya perlahan, mengeluarkan desahan lembut "Hmm".
Ning Que menatap cahaya bintang keperakan di luar jendela, mendengar denting jangkrik yang bergelombang, tiba-tiba merasakan kehangatan di kaki mungil yang dipeluknya. Kedewasaan mentalnya justru tenang dan damai, diam-diam berpikir: pernah mengembara dengan si gila tulisan, kini tinggal bersama si gila Tao, Longqing entah hidup atau mati mungkin sudah mati, si gila bunga mungkin akan balas dendam, siapa tahu dendam bisa berubah menjadi persekutuan. Dengan demikian Tiga Keterikatan Dunia semuanya telah terhubung denganku, pasti menjadi kisah yang dikenang.
Sedang merasa puas, tiba-tiba cahaya bintang keperakan di luar jendela berubah menjadi salju lebat seperti bulu angsa di depan tembok merah Chang'an di musim dingin. Ia teringat perempuan berambut hitam seperti air terjun dengan alis yang indah bagai lukisan di tengah salju, perasaan bingung tanpa sebab menyelinap di hatinya.
Sejak kecil, Sang Sang selalu bisa merasakan perasaan paling halus darinya. Hanya dengan keheningan sejenak, ia sudah mendeteksi perubahan suasana hati Ning Que. Dengan penasaran bertanya: "Sedang memikirkan apa?"
Ning Que meremas-remas kaki kecilnya, berkata: "Tak ada apa-apa."
Dalam hati, Dia berpikir, kehidupan yang bahkan berfantasi tentang diriku saja sulit, sungguh membuat pasrah.
……
……
Apapun alasannya, Yeh Hongyu setuju untuk mempraktikkan ritual sakti bersama Sang Sang. Meski bakat bertapa Sang Sang dalam ritual suci telah diakui oleh Imam Cahaya dan Imam Besar Tianyu, nyatanya lima belas tahun sebelumnya ia menghabiskan waktu dengan memasak, mencuci sayuran, dan membersihkan meja. Pengetahuan teoritisnya tentang ritual Dewa-Dewa Tao masih jauh tertinggal dibanding Tao Chi.
Dengan gemetar, Sang Sang memasuki paviliun sepi. Cahaya putih perlahan memancar dari kamar yang lama sepi, aura khidmat tertiub angin ke segala penjuru. Untungnya ini terjadi di siang musim panas, tak terlalu mencolok.
Malam itu, Ning Que dan Sang Sang berdiskusi serius di tempat tidur. Setelah memastikan dirinya benar-benar tak punya bakat ritual Tao, ia memutuskan untuk menghargai kepribadian Sang Guru. Sejak itu, ia tak pernah bertanya lagi pada Sang Sang atau mencoba mengintip.
Saat Sang Sang kembali ke paviliun, Ning Que berdiri di pekarangan yang ditanami beberapa pohon plum, diam-diam menunggu. Bunga plum takkan mekar di musim panas, dahan tua yang melengkung punya keindahan tersendiri - seperti perasaannya saat ini. Meski tak mendapat keuntungan dari hal ini, kebahagiaan Sang Sang tetaplah indah.
Di malam yang sama, Ye Hongyu sedang menyantap nasi putih dari mangkok. Tiba-tiba ia mengangkat kepala dan menatap Ning Que: "Kau tahu tidak bakat spiritual cultivation pelayan kecilmu ini setinggi apa?"
Ning Que menggelengkan kepala, lalu mengangguk: "Aku tahu tinggi, tapi tak tahu seberapa tepatnya."
Ye Hongyu berkata tenang: "Sangat tinggi. Tingginya sudah cukup membuatku—seandainya aku jadi kau—malu ingin menghantam tiang, jika tahu bakat cultivation pelayan sendiri melebihi majikannya sejauh ini."
Ning Que tersenyum bahagia: "Aku mandi tak pernah dilihat orang hingga telanjang, keperjakaan masih utuh. Buat apa meniru wanita paruh baya yang main drama menghantam tiang di kantor pemerintah?"
Ye Hongyu menatapnya tajam, suaranya tiba-tiba berubah dingin: "Setelah urusan ini selesai, aku akan membunuhmu. Bahkan jika harus memicu perang antara Xiling dan Tang."
Ning Que menarik napas dalam: "Ternyata sekarang aku sudah sepenting ini?"
……
……
Proses mempelajari ritual sakti bersama Sang Sang tidak mengubah rutinitas Ye Hongyu. Ia tetap menghabiskan waktu berjam-jam di kamar tamu, membisu sambung menyambung, dengan fenisitas hampir gila melanjutkan cultivation-nya. Di bawah cahaya fajar ia terpaku menatap gambar pedang yang terkoyak di kertas, sedangkan ketika sesekali keluar dari kamar tamu, di pekarangan ia mondar-mandir sambil bergumam pada langit, jemarinya mengelus batang pohon mei tua yang melengkung dengan tatapan melankolis.
"Wajahnya semakin pucat, pupil matanya semakin berkilau, ekspresinya semakin letih, namun tetap fokus dan bertekad baja. Ning Que yang menyaksikan semua ini akhirnya mengerti mengapa Ia dijuluki Tao Chi."
Hanya frasa "obsesi dalam belajar Tao" yang bisa mendeskripsikan gadis Taoist ini.
Secara alami, Ning Que teringat pada orang-orang di gunung belakang akademi, mengingat pepatah "kehidupan bagai soal ujian dengan berbagai keterikatan", mengenang masa-masa ketika ia naik ke Gedung Buku Lama, memasuki gunung belakang, memahami ilmu jimat, bahkan masa meditasi Tao tulisan yang lebih awal. Ia heran menyadari bahwa pada dasarnya mereka semua adalah orang-orang sejenis, sehingga hatinya dipenuhi rasa kagum-campur-sedih.
Tiba-tiba Ia berjalan mendekati Yeh Hongyu di samping poon plum.
"Meski praktik spiritual memang membutuhkan obsesi, tapi asketisme buta akhirnya bertentangan dengan prinsip universal. Berdasarkan pengalamanku, dengan sedikit mengendur, justru kita bisa melihat langit biru di luar kendi."
Yeh Hongyu berpaling, menatapnya dengan tenang: "Dari mana kau mendapatkan kesombongan dan kepercayaan diri untuk menilai bahwa dalam belasan tahun belajarku ini, aku belum melampaui level yang kau sebutkan?"
Ning Que berkata: "Tapi setidaknya sekarang kau bisa mencoba lagi."
Yeh Hongyu menyindir: "Coba bagaimana? Mengajakku menyembah gunung di kuil-kuil tua? Atau mengajakku menikmati pemandangan Kota Chang'an seperti membawa Mo Shanshan? Atau dual cultivation?"
Ning Que agak tersipuk, bukan karena istilah dual cultivation, tapi karena Ia menyebutkan si gila tulisan. Setelah menenangkan diri, Ia melihatnya serius: "Mari kita berantem."
Mendengar tawaran ini, pupil mata Yeh Hongyu berkilau samar. Bagi Tao Chi seperti dirinya, tawaran ini benar-benar sesuai dengan wataknya. Ia tersenyum tipis: "Kau berani melawanku?"
Ning Que menjawab jujur: "Cultivation dan tingkat spiritualmu sekarang turun drastis. Energi spiritualmu juga terkuras banyak belakangan ini. Jika ingin mengalahkanmu, sekarang sepertinya kesempatan baik."
Yeh Hongyu hening sejenak sebelum berkata: "Setiap pertarungan yang kupahami selalu berujung hidup-mati."
Ning Que menyahut: "Sama-sama."
Yeh Hongyu bertanya: "Kau benar-benar percaya aku melemah?"
Ning Que menatap tajam matanya: "Mungkin tingkat Pemahaman Mendalam bawahmu hanyalah ilusi. Tapi bagaimana bisa menyapu dunia jika tak sanggup membersihkan satu kamar? Jika aku bahkan tak berani menantangmu..."
Di tengah kalimat, ia tersenyum lalu diam. Dalam hati ia bergumam: Jika tak berani menantangmu yang terluka dan jatuh level, dengan apa aku akan menantang musuh kuat itu?
……
……
Kertas Fu beterbangan di pekarangan sunyi. Qi megah yang melekat diam-diam berubah menjadi energi alam semesta dahsyat, mengobrak-abrik pekarangan dengan angin kencang.
Sehelai pita hijau pekat dari jubahnya berkibar anggun dalam angin, bagai pedang anggun yang ditempa ratusan kali, atau ikan yang berenang bebas di danau jernih.
Pohon willow di balik tembok putih bergoyang-goyang, bayangannya berkumpul lalu bubar. Gelombang padat bermunculan di Danau Yanming, mirip wajah Chen Pipi yang berdiri menantang angin.
Angin berhenti.
Pohon plum di pekarangan telah patah menjadi ribuan potongan, dihancurkan oleh dua aliran energi dahsyat menjadi garis lurus sempurna di atas batu hijau pekat yang membentang tepat di tengah halaman.
Ning Que berdiri di ujung garis plum ini, Yeh Hongyu di ujung seberangnya.
