Yeh Hongyu berkata: "Salju tak bisa menahan orang, jadi kau ingin menahan orang?"
Ning Que menjawab: "Aku tak mengerti maksudmu."
Yeh Hongyu bertanya: "Mengapa semalam kau sudah membubarkan semua pengawas dan pelayan di rumah?"
Ning Que tersenyum: "Bukankah ini membuktikanku tidak menahan siapa-siapa?"
Yeh Hongyu berkata: "Kau tahu maksudku."
Ning Que menjawab: "Hari ini Dongzhi, pengawas dan pelayan seharusnya menemani keluarga mereka."
Yeh Hongyu menatapnya: "Lalu kenapa kau menyuruhku pergi? Jangan bilang kau belum menyerah membunuh Xiahou. Kau akan melakukan itu sekarang."
Ning Que balik bertanya: "Kau khawatirkan nyawaku?"
Yeh Hongyu menggelengkan kepala.
Ning Que tersenyum dan berkata: "Meski terdengar memang menyedihkan, tapi inilah dirimu yang sebenarnya. Karena kau tidak khawatir akan hidup matiku, buat apa mengurus apa yang kulakukan?"
"Xiahou adalah konsultan kehormatan aliran Tao-ku. Kakakku datang ke Kota Chang'an untuk urusan ini. Dia tidak akan membiarkanmu menggagalkannya, begitupun aku. Jadi jika kau nekat turun tangan, akan kukandangkan kau di sini."
Yeh Hongyu menatapnya dengan tenang sambil tangan kanannya yang mencuat dari balik kerah jubah hijau bergerak seakan hendak menggenggam pedang maya di tengah tiupan angin musim dingin.
Ning Que menatap tangan kanannya, lama terdiam sebelum akhirnya berkata: "Sepertinya seluruh dunia, termasuk anggota seperguruanku, tidak setuju aku membunuh Xiahou."
Dia mengangkat kepalanya, menatap mata Yeh Hongyu dalam-dalam: "Kau tahu bagaimana aku ini. Jika tak sanggup kalahkan Xiahou, takkan kupikirkan untuk membunuhnya. Kuminta kau pergi hanya ingin memberitahu: Kecil kuil Tao milik Ye Su dibuka kembali hari ini. Karena ini Hari Titik Balik Matahari Musim Dingin, seharusnya kau ke sana."
Yeh Hongyu berkata: "Kau belum menjawab apakah kau akan membunuh Xiahou."
Ning Que menjawab: "Demi kepribadian Sang Guru, kusumpah tak pernah terlintas di benakku untuk membunuh Xiahou."
Ekspresi Yeh Hongyu tetap datar: "Ganti sumpahnya."
Ning Que berkata: "Jika kubunuh Xiahou, maka aku dan Sang Sang takkan bisa bersama selamanya."
Yeh Hongyu tertegun, seakan tak menyangka dia benar-benar berjanji seperti itu. Alisnya berkerut: "Lalu mengapa kalian berdua sangat memperhatikan hari ini?"
Ning Que berkata: "Kami akan makan sup jeroan domba di Hong Xiu Zhao."
Ye Hongyu diam membisu, jubah hijau Tao-nya melayang halus, menghilang di kedalaman pohon plum yang habis digerogoti Da Hei hingga berantakan.
……
……
Da Hei mengunyah remah-remah bunga plum yang harum, meninggalkan Danau Yanming dan berlari ke luar kota. Pasukan penjaga Gerbang Selatan Chang'an yang telah diingatkan oleh Gang Naga Ikan tentang asal-usul kuda hitam ini, sama sekali tidak menghalanginya. Mereka berdecak kagum melihatnya lenyap di jalan resmi musim dingin di luar kota.
Tidak butuh waktu lama, Da Hei telah kembali ke akademi. Dari pintu samping ia menapaki lereng, menembus kabut, muncul di tepi Danau Cermin tebing belakang gunung. Napasnya tersengal-sengal saat menundukkan kepala ke permukaan danau, menjilati air dengan rakus untuk meredakan tenggorokan dan paru-parunya yang seperti terbakar.
Da Hei tidak tahu rencana Ning Que, juga tak mengerti mengapa ia merasa gelisah. Ia hanya merasa harus cepat kembali ke akademi agar orang-orang di sana bisa menebak apa yang akan terjadi di Danau Yanming. Ia yakin dirinya adalah pembawa pesan.
Chen Pipi berdiri di seberang danau, menatap Da Hei di tepi berlawanan. Pipi bulatnya menampakkan kekhawatiran mendalam. Tang Xiaotang mengangkat kepala bertanya: "Akan terjadi sesuatu?"
“Seharusnya, sesuai sifat adik seperguruanku yang tahu pasti akan kalah, maka dia takkan membuat keputusan apapun. Jadi seharusnya tak ada hal yang terjadi, tapi kenapa kuda hitam besar itu kembali?”
Chen Pipi mengerutkan alisnya sedikit, berkata: “Sekarang aku sadar, sepertinya aku tak pernah benar-benar memahami isi hatinya. Selama ini kukira dia adalah senjata dingin yang tak berperasaan dan realistis, jadi sulit kubayangkan dia melakukan gerakan berani namun bayangan palsu.”
Tang Xiaotang berkata: “Ning Que memang orang tak tahu malu, tapi kakakku pernah bilang sebelum mengirimku ke akademi - ada orang yang bisa mencapai tingkat ekstrem tak tahu malunya, itu sendiri sebenarnya membutuhkan keberanian besar.”
Chen Pipi terdiam sejenak lalu berkata: “Aku akan pergi ke Kota Chang'an.”
Tang Xiaotang menjawab: “Aku ikut denganmu.”
Chen Pipi menggeleng: “Kak Ketiga takkan menyetujui.”
“Saat ritual pagi tadi, mentor sudah memberiku libur.”
Tang Xiaotang menatap Chen Pipi serius: “Xiahou adalah pengkhianat terbesar Ming Zong dalam ribuan tahun. Kakakku selalu ingin membunuhnya, aku juga. Sayangnya aku tak punya kemampuan. Sekarang sejak Paman Sepurguruanku akan bertindak padanya, setidaknya aku harus menyaksikan.”
……
……
Suasana di istana tenang, musik upacara bergema, aroma hangat menyeruak.
Dayang dan kasim berjalan di aula dengan senyum, tak ada yang berani memandang Jenderal Besar Xiahou yang legendaris kejam itu, juga tak ada yang memperhatikan ekspresi aneh di wajah Kaisar.
Yang Mulia Kaisar menatap Xiahou di bawah, berkata dengan tenang: "Mengingat masalah sudah terselesaikan, jangan sampai ada perubahan situasi lagi. Ku tak peduli hubungan Ning Que dengan Jenderal Xuanwei masa lalu, juga tak ingin tahu kasus-kasus kematian di Kota Chang'an beberapa tahun terakhir. Bagaimanapun dia adalah murid Sang Guru. Kau meninggalkan Kota Chang'an hari ini, pertemuan dengan dia akan sulit. Karena pertemuan sulit, jangan saling menyusahkan."
Xiahou bangkit dari tempat duduk dan bersujud menyembah, menjawab dengan tenang.
Yang Mulia Kaisar menangkupkan tangan di belakang punggung, meninggalkan aula samping ini dalam keheningan. Acara jamuan penyambutan pejabat yang pulang kampung ini berakhir lebih cepat. Semua kasim dan dayang di aula juga mengikuti kepergiannya, menyisakan aula ini untuk Permaisuri yang diam membisu sambil tetap setia menunggu di samping dan Jenderal Besar Xiahou.
Membiarkan Permaisuri berduaan dengan seorang Jenderal Besar kekaisaran jelas melanggar adat istana. Namun karena ini perintah Yang Mulia, tak ada yang berani menyatakan keberatan.
Permaisuri menatap kakaknya di bawah dengan tenang, menghela napas pelan: "Takkan ada masalah, kan?"
Xiahou memandangnya. Di wajah hitamnya yang biasa dingin seperti besi beku, tiba-tiba muncul senyum hangat yang sangat memanjakan: "Aku akan pulang kampung. Mana mungkin ada masalah? Sekarang aku merasakan kelegaan yang belum pernah ada sebelumnya. Justru adik yang harus berhati-hati sendirian di Kota Chang'an. Jika ada masalah, segera beri tahu kakak."
Permaisuri berkata dengan senyum tipis: "Melihat situasi di akademi, seharusnya sudah aman."
“Ini memang perjanjian antara Guru Pertama dan aku, Sang Guru pasti juga bersikap demikian... Adapun Ning Que, kami semua paham betul sifatnya, tentu keadaan akan tetap aman.”
Xiahou mengerutkan alis, menahan keinginan batuk yang semakin mengganggu di dada dan perutnya. Ia tak ingin membuat adik perempuannya khawatir setelah meninggalkan Chang'an.
Permaisuri menatap ekspresinya dalam keheningan, pandangan lembutnya seolah mampu menembus masuk ke dalam tubuhnya, mengamati luka di paru-parunya. Dengan suara bergetar ia berkata: "Di padang gurun, Tang melukaimu sedemikian parah. Pasti dia juga tak luput dari penderitaan. Kenapa saat itu kau tidak langsung membunuhnya?"
Xiahou batuk ringan dua kali, lalu menjawab: "Dia bisa melukaiku, aku pun bisa melukainya. Itu hal yang wajar. Hanya saja untuk membunuhnya, harus dikorbankan lebih banyak nyawa. Pasukan berkuda di padang gurun itu adalah bawahan yang telah setia mengikutiku bertahun-tahun. Buat apa mengorbankan nyawa mereka?"
Wajah Permaisuri semakin berubah lembut mendengar perkataan ini. Ia menghibur: "Kakak telah banyak berubah."
"Tidak lagi dingin, kejam, dan suka membunuh seperti dulu?"
Xiahou tersenyum sinis. Dalam hatinya bergema kenangan saat mereka berdua meninggalkan padang gurun dan datang ke Tang. Saat itu Kaisar belum naik tahta, sang adik belum menjadi Permaisuri. Dua orang asing yang ingin bertahan di kekaisaran tua nan perkasa ini - selain membuat semua musuh gentar ketakutan, adakah cara lain?
Musim dingin tiba, serpihan salju seperti bedak berjatuhan dari langit, mengecat tembok merah istana dengan lapisan tipis putih. Di alun-alun depan sayap istana, salju beterbangan bagai kapas, seolah takkan berhenti.
Xiahou memandang salju dingin di luar aula dengan hampa. Tanpa sadar ia teringat abu manusia seputih salju yang menempel di tangannya setelah merebut kotak besi dari Ning Que di Danau Hulan Utara. Lalu, dari balik badai salju terdengar rintihan samar - bukan desir angin utara, melainkan derik jangkrik musim dingin.
Ia tahu ini halusinasi, namun ekspresi wajahnya tetap berubah suram.
Puluhan tahun lalu saat meninggalkan Gunung Tian Qi menuju Kekaisaran Tang di selatan, semangat heroiknya membara. Tapi sejak menghianati Ming Zong dengan merebus hidup-hidup Murong Linshuang, keperkasaannya telah lenyap. Selama ini, ia hanya menutupi diri dengan kekejaman dan kekejian.
Sejak hari itu, ia resmi menjadi pengkhianat Iblis Zong.
Sejak itu, dua gumpalan awan hitam beku bersarang di dasar hatinya, tak pernah sirna.
Awan pertama adalah sang guru, Master Liansheng.
Awan kedua adalah 23 Tahun Jangkrik, pemimpin Iblis Zong saat ini.
Xiahou perkasa dan percaya diri. Tapi ia sangat paham: jika dua awan hitam ini benar-benar datang, satu-satunya jalan keluar baginya hanyalah kematian.
“Dulu Ke Haoran menghancurkan pintu gerbang gunung Iblis Zong dengan sebilah pedang. Dia tidak menyaksikan langsung kematian mentornya Liansheng. Hingga kini dia tak bisa percaya bahwa sosok sehebat gurunya bisa meninggal begitu sunyi tanpa jejak.”
“Pemimpin Sekte Iblis saat ini yang telah bertapa selama 23 Tahun Jangkrik, bersembunyi di dunia fana, dijuluki sosok paling misterius di dunia pertapaan. Meski ada kabar dia sudah mati, mana mungkin Xiahou percaya begitu saja?”
“Karena itu selama bertahun-tahun dia hidup dalam cengkeraman ketakutan.”
“Di Danau Hulan Utara, Xiahou merebut kotak besi dari Ning Que. Bukan Jilid Ming Kitab Langit yang ada di dalamnya, melainkan abu jenazah mentornya Liansheng. Rasa kecewa menyergap, lalu duka, kemudian kelegaan yang dipaksakan. Mungkin tepat di detik itulah niat untuk melepas zirah dan pensiun dari dunia benar-benar muncul di benaknya.”
“Aku tak tahu petualangan apa yang dialami Ning Que setelah memasuki pintu gerbang gunung itu.”
Xiahou menatap salju yang berterbangan di luar aula, ekspresinya rumit: “Abu guru muncul di tangannya, mungkin dia mewarisi sesuatu. Dan tentang Pemimpin Sekte... tak ada yang tahu persis di mana persembunyiannya sekarang. Meski pasti tak berani tinggal di Kota Chang'an, tapi di manakah di dunia fana ini yang tak bisa dia datangi?”
“Permaisuri sangat paham ketakutan terbesar dalam hati kakaknya. Ia menghampiri dan menghibur dengan lembut: "Tapi Master Liansheng sudah mati. Cultivasi 23 Tahun Jangkrik milik Patriark adalah metode latihan paling berbahaya di dunia fana. Bertahun-tahun ini baik aliran Tao maupun akademi tak bisa melacak jejaknya. Kemungkinan besar dia sudah mati. Andai masih hidup, mengapa tak datang mengganggumu?"”
“Semoga begitu.”
Xiahou berkata: “Ye Su dari aliran Tao datang ke Chang'an, utusan Buddhisme juga akan tiba. Kini tiga aliran utama dunia hanya Iblis Zong yang merosot. Sungguh membuat hati sedih.”
