Batu pipih yang dilempar mengambang di air, hilang tanpa jejak tapi setidaknya meninggalkan riak indah. Bakpao daging untuk anjing, lenyap tanpa bekas tapi setidaknya anjing itu akan menggonggong. Namun panah besi pertama Ning Que yang masuk ke Bunga Persik Hitam itu, sama sekali tak memberi reaksi.
Rencana yang sudah dipersiapkan lama, bahkan bisa disebut serangan pamungkas terkuat, dengan mudah dinetralisir lawan tanpa bekas. Jika orang biasa melihat adegan ini, mungkin akan dilanda keputusasaan.
Ning Que tidak mengalami perasaan seperti itu.
Ahli tingkat Zhi Ming yang bersembunyi di kegelapan, mencoba mengalihkan perhatiannya dengan pasukan kavaleri hitam di jalan gunung atau menguras persediaan panah besinya, membuktikan bahwa orang itu segan bahkan takut pada Yuan Shisan Jian. Dengan demikian, panah ini pasti bukan tanpa efek.
Selain analisis logis, keyakinannya berasal dari karakteristik khas akademi yang melekat padanya, juga kesombongan dan kepercayaan diri yang semakin kokoh seiring lamanya waktu di dekat Sang Guru.
Yuan Shisan Jian adalah kristalisasi kecerdasan kolektif akademi. Ning Que yakin tak ada satu pun di dunia ini yang bisa mengabaikan kekuatannya, bahkan ahli super seperti Liu Bai sang Legenda Pedang, Imam Besar Xiling, atau shixiong kedua sekalipun tak mungkin menghilangkan panah besi tanpa suara.
Di musim semi dua tahun lalu saat panah jimat pertama jadi, Ning Que melepaskan tembakan perdana. Shixiong kedua hanya melambaikan lengan bajunya untuk menangkis, namun bahan bajunya tetap terkoyak oleh panah besi.
Orang yang bersembunyi di balik pohon maple itu, meski ahli tingkat Zhi Ming, dibandingkan dengan shixiong kedua, apa artinya? Dengan cara apa bisa begitu mudah menetralisir panah besi?
Bunga persik hitam yang tumbuh di pohon maple, tampak seperti jurang tak berujung yang menelan panah besi tanpa efek apapun. Tapi Ning Que yakin, lawannya pasti juga membayar harga dan terluka, meski belum terlihat sementara. Namun ketidaktampakan bukan berarti ketiadaan.
Maka tanpa ragu, ia melepaskan panah besi kedua tanpa henti.
Panah besi membelah udara, menghujam bunga persik hitam itu lalu menghilang lagi. Batang maple yang basah oleh hujan musim gugur bergetar halus, selain itu tak ada perubahan lain.
Ekspresi Ning Que tenang, matanya sama sekali tak menunjukkan ketakutan apalagi kebingungan atau keputusasaan.
Ia melepaskan panah besi ketiga.
Panah itu kembali lenyap dalam bunga persik hitam. Kali ini, pohon maple yang basah kuyup bergetar lebih kuat. Daun-daun merah berhamburan dari pucuk, melayang dihembus angin musim gugur menuju tanah.
Ning Que melepaskan panah keempat.
Bunga persik hitam itu akhirnya berubah. Kelopak hitam yang terbentuk dari energi alam semesta murni yang tak kasat mata mulai menggigil, tepinya menunjukkan tanda-tanda kekeringan, seakan hendak jatuh bersama dedaunan merah.
Ning Que melepaskan panah besi kelima.
Mata panah yang tajam menancap keras pada sehelai kelopak bunga persik hitam.
Kali ini akhirnya mengenai wujud fisiknya.
Sebuah retakan dalam muncul di salah satu kelopak bunga persik hitam itu.
Gemuruh!
"Bunga Persik Hitam menghilang tanpa jejak, pohon mapel yang keras yang menahan sisa kekuatan panah besi itu tak mampu bertahan. Saat itu juga tercipta lubang besar di batangnya, terdengar retakan keras sebelum patah menjadi dua bagian."
"Daun-daun mapel merah yang rimbun terhantam energi yang dibawa panah, terkoyak menjadi serpihan-serpihan halus. Serpihan itu beterbangan di udara kompleks kuil, kemudian dihujani deras oleh air hujan musim gugur yang menyapu mereka ke tanah."
"Serpihan daun mapel mengubah air hujan menjadi merah darah. Mereka jatuh ke tanah, ke tubuh pohon mapel yang rusak, ke tubuh pria di balik pohon itu, dan menodai topeng perak di wajahnya."
"Topeng perak itu menutupi separuh wajah pria muda itu. Separuh wajah yang terlihat masih memperlihatkan ketampanannya, meski kini seluruh tubuhnya basah oleh air hujan berwarna darah, membuatnya terlihat mengenaskan."
"Ning Que dan Sang Sang menatap pria di balik pohon mapel itu, ekspresi tertegun tak terbendung di wajah mereka."
"Di vila tepi Danau Yanming, Ye Hongyu pernah secara tak sengaja menyebutkan bahwa orang ini mungkin masih hidup. Tapi mereka tak menghiraukannya, karena sekalipun masih hidup, pastilah kondisinya sudah tak terselamatkan."
"Namun nyatanya pria ini benar-benar masih hidup, bahkan lebih kuat daripada masa lalu."
"Kau ternyata masih hidup."
"Ning Que memandang pria muda berbaju jubah hitam Tao di tengah hujan musim gugur itu. Ingatannya melayang pada pertempuran berdarah, persaingan sengit, dan dendam berdarah yang terjalin selama beberapa tahun ini dengan orang tersebut."
……
……
Wajah Longqing yang terlihat dari balik topeng perak terlihat pucat sekali, hampir tak ada warna kemerahan, seolah lama tak melihat sinar matahari. Sehelai darah tipis mengalir perlahan dari sudut bibirnya.
Lima anak panah Yuan Shisan Jian yang ditembakkan Ning Que tanpa ragu dan dengan kekejaman luar biasa, akhirnya meninggalkan jejak tak terhapuskan pada bunga persik nyawanya. Tentu saja dia juga mengalami luka yang tidak ringan.
Setelah mengalami serangkaian petualangan ajaib, mencapai tingkat zhi ming, mengalahkan banyak pemimpin sekte pertapaan di dunia fana, serta memperkuat kekuatan pikirannya dengan metode Mata Abu - saat ini Longqing jelas berada di puncak kejayaannya. Dalam pertarungan melawan Ning Que kali ini, dia yakin akan menang, namun tak menyangka langsung terluka sejak pertemuan pertama.
Dia tak menyangka Ning Que sama sekali mengabaikan ancaman belasan penunggang kuda hitam, bahkan mempertaruhkan nyawa untuk melawannya. Selain itu, ada alasan yang lebih penting lagi.
Setelah mencapai tingkat zhi ming, barulah seseorang benar-benar memahami prinsip alamiah aliran energi alam semesta. Seandainya dia ingin menghindari panah Yuan Shisan Jian Ning Que, pasti ada cara yang lebih baik - seperti Yeh Hongyu yang dulu menembus zhi ming di tebing salju. Meski mungkin tetap terlihat memalukan, lukanya pasti lebih ringan.
Tapi Longqing tidak ingin menghindar.
Paruh pertama hidupnya hancur oleh satu anak panah besi.
Kini Dia memperoleh kehidupan baru, tampak kuat tak tertandingi, namun teror kekuatan Yuan Shisan Jian tetap menjadi bayangan dalam Jalan Tao-nya. Tanpa mengalahkan Yuan Shisan Jian secara langsung, Dia takkan bisa menghapus bayangan itu sepenuhnya, dan takkan benar-benar merasakan kesombongan akan kekuatannya.
Perasaan ini begitu menggebu, hasrat yang membara ini tak terhalangi. Dia sulit menahan dorongan hatinya, ingin mencoba apakah bisa menahan panah besi itu secara langsung.
Dilakukannya hal itu, dan benar-benar berhasil menahannya.
Di dada dan perut Longqing terasa aroma pedas yang menusuk, bahkan membuat matanya perih. Dia menatap Ning Que di kereta kuda, hendak berkata sesuatu, tiba-tiba ekspresinya berubah drastis.
Saat melihat Longqing muncul kembali, Ning Que sempat linglung. Andai ada waktu untuk merenung, mungkin akan muncul berbagai perasaan kompleks. Tapi sebagai tentara profesional, pejuang standar, Penebas Perampok Berkuda di tepi Danau Shuzhu, sebelum memastikan membunuh atau sepenuhnya mengalahkan musuh kuat, Dia tak mengizinkan diri berlarut-larut. Menurutnya, meratapi musim semi yang terluka di saat seperti ini sama dengan bunuh diri.
Apakah harus saling memberi hormat, menanyakan kabar setelah berpisah, basa-basi menanyakan kondisi, mengingat kembali masa lalu, baru kemudian berantem habis-habisan? Ning Que dan Yeh Hongyu sangat memandang rendah idiot seperti ini. Di mata mereka, Pangeran Long Qing dan banyak praktisi kultivasi kuat adalah jenis idiot seperti itu. Kalau sudah idiot, buat apa tetap hidup?
Tepat ketika Pangeran Long Qing sedang diliputi kekaguman, tersentuh, sedih, dan nostalgia, hendak mengatakan sesuatu pada Ning Que untuk menunjukkan kesombongan dan kekuatannya, tepat ketika matanya baru mulai berkaca-kaca, bibirnya baru mulai terbuka namun belum sempat mengucap satu kata pun, Ning Que kembali membungkuk dan memasang panah.
Gerakan menarik busur dan mengendalikan tali panahnya begitu alami, bahkan memancarkan aura keselarasan dengan alam semesta, membuat orang lengah sebelum sempat waspada, merasa mustahil untuk menghindar.
Ekspresi wajah Longqing semakin pucat, jubah Tao hitamnya yang basah oleh hujan musim gugur tiba-tiba berkibar, dirinya seolah melebur dalam pemandangan musim gugur di taman kuil. Meski secara kasat mata terlihat di mana dia berada, terasa bahwa ketika panah besi datang, dia tak akan ada di sana.
Dengan memahami lapisan dalam pola aliran energi alam semesta, menyatu dengan alam, menggunakan kekuatan alam untuk bertarung – inilah makna sejati dari tingkat Zhi Ming (Pengetahuan Takdir).
Serpihan merah darah melayang tertiup angin, seolah menyembunyikan jejak tubuh Longqing.
Ekspresi Ning Que tenang, tak terlihat sedikit pun kegelisahan.
Sang Sang memegang payung Da Hei, menatap sosok Pangeran Long Qing yang melayang tak menentu di halaman kuil, lalu menyebutkan sebuah posisi.
Ning Que melepas tali busur. Panah melesat.
Jarak antara dalam dan luar kuil tidak jauh. Pohon maple telah hancur dalam hujan musim gugur yang gerimis, bunga persik hitam pun menguncup.
Panah besi ini melepaskan seluruh kekuatan Yuan Shisan Jian dengan sempurna.
Udara dalam kuil bergejolak. Energi alam semesta tiba-tiba kacau. Beberapa bunga persik hitam tak kasat mata muncul dari kekosongan, berputar mengikuti aliran pikiran, menghalangi di depan Long Qing.
Bunga persik hitam ini lebih kecil, bukan bunga persik nyawanya. Namun ini adalah jurus pertahanan andalannya. Dulu di padang gurun, bunga-bunga inilah yang menyelamatkannya dari kekalahan memalukan di hadapan pisau darah Tang Xiaotang yang tak kenal ampun.
Kini Long Qing telah mencapai tingkat Zhi Ming. Kekuatan pertahanan bunga-bunga ini semakin mencengangkan. Mereka dipenuhi energi alam semesta yang terkonsentrasi murni, dan membawa aura kematian yang mengerikan.
Tapi tetap saja bukan bunga persik nyawa.
Bunga persik bermekaran.
Panah tiba.
Bunga-bunga berguguran.
Kelopak hitam pecah berkeping-keping, lalu berubah menjadi asap kehijauan yang lenyap dalam hujan musim gugur.
Panah besi melesat tanpa henti, sampai di hadapan Long Qing.
Ekspresi terkejut muncul di wajah Long Qing, seketika berubah menjadi kedinginan dan kekejaman.
Kedinginan dan kekejaman yang ditujukan pada orang lain maupun dirinya sendiri.
Ia menyodorkan dadanya ke arah panah besi.
Bruk!
Panah besi menembus jubah Tao hitam.
Menembus tubuh Longqing.
Menghancurkan tembok belakang kuil yang sudah rusak.
Lalu melesat ke dalam hujan, entah terbang ke mana.
……
……
Sebuah lubang terbentuk di dada Longqing.
Berdiri di depannya, kita bisa melihat pemandangan di belakangnya.
Ini bukan pemandangan indah, melainkan horor yang mengerikan.
Siapapun yang memiliki lubang tembus di tubuhnya, seharusnya sudah mati.
Longqing masih hidup karena lubang di dadanya bukan hasil tembakan saat ini, melainkan luka lama dari panah Ning Que yang menembusnya dari jarak belasan li di tebing salju.
Sejak saat itu, lubang ini terus ada.
Panah besi hari ini terbang melewati lubang panah yang sama dari tahun lalu.
Karena itulah dia tidak mati.
Tapi energi dahsyat yang melekat pada panah besi itu tetap merobek permukaan organ dalam di lubang tersebut.
Longqing membungkuk sambil batuk dahsyat.
Setiap batuk mengeluarkan semburan darah.
Ning Que sudah mengambil panah besi ketujuh, bersiap menarik busur.
Jari-jari di senar busur mulai bergetar halus.
Dia tahu ini kesempatan terbaik.
Mungkin juga kesempatan terakhirnya hari ini.
Tiba-tiba Longqing mengangkat kepalanya.
Matanya memancarkan kedinginan.
Di balik kedinginan itu tersimpan kobaran kebencian liar.
