Mendengar ini, wajah Ning Que tetap datar tanpa ekspresi.
Longqing tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya.
Pada saat yang tak terduga oleh siapa pun, Ning Que tiba-tiba melenting dari dinding gerbong kereta. Tangan kanannya mencabut pedang tajam dari tempat tak dikenal, menusuk seperti ular berbisa ke perut bagian bawah Longqing.
Pedang ini selalu tersembunyi di dalam gerbong kereta hitam.
Ia menggunakan jeda waktu ini untuk mengumpulkan sisa tenaga terakhir, baru berhasil memperoleh kesempatan ini.
Kesempatan ini tidak boleh disia-siakan.
Karena itu ia menggunakan makna pedang Liu Bai.
Tusukannya mengarah ke perut bagian bawah Longqing, lebih tepatnya ke limpa Longqing.
Karena ia tahu ada lubang di dada Longqing.
……
……
Mayat Kesatria Jatuh menyambar datang, menghantam pedang Ning Que dengan keras lalu menjatuhi tubuhnya. Batang pohon maple yang berat, hujan dan angin yang menggila, semuanya berubah menjadi serangan dahsyat yang datang bertubi-tubi.
Ning Que yang sudah di ujung tenaga sama sekali tak sanggup menahan serangan menggila ini. Kecenderungan pedangnya runtuh, tulang patah mengeluarkan darah, ia terjatuh dengan luka parah.
"Aku sangat paham sifatmu. Kau seperti kecoa yang sulit dibunuh, bahkan saat hendak mati masih berusaha menggigit orang lain."
Longqing melangkah mendekat, memandangnya dari ketinggian dengan tenang. "Tapi sengaja kuberi kesempatan ini, agar kau merasakan harapan yang berubah menjadi bayangan busa."
“Harapan, kekecewaan, keputusasaan, lalu harapan lagi, kekecewaan lagi, keputusasaan lagi. Bertahun-tahun ini, berkat kau, aku hidup dalam siklus reinkarnasi penderitaan tak berujung ini. Hari ini kukembalikan padamu.”
Ning Que berlumuran darah, terjatuh di samping roda kereta.
“Dari tadi aku mengamati penampilanmu dalam pertarungan. Kekuatanmu mencengangkan, kecepatanmu mencengangkan, ketahanan tubuhmu juga mencengangkan. Hanya ada satu kemungkinan - kau telah terjun ke jalan iblis.”
Cahaya kegirangan berkilau di pupil Longqing, “Ning Que, kau benar-benar tak mengecewakanku! Sepanjang hidupmu yang beruntung ini kau dapatkan terlalu banyak: dari akademi, sekte Iblis Zong, bahkan warisan Liu Bai, bahkan aura ilmu jimat Paman seperguruan Yan Se. Meski pernah kuhisap energi Jendral Langit Zhang, mana ada yang selezat warisan Paman Yan Se?”
Ning Que menatapnya lelah, “Jadi orang gila, sungguh semenyenangkan ini?”
Longqing sama sekali tak mendengarkannya. Matanya berbinar, suaranya gemetar tak tertahan, “Jika kumenelanmu, lalu kumenelan pula pelayan cilikmu yang penuh sinar suci itu, menurutmu sekuat apa aku nanti? Mungkinkah aku langsung mencapai puncak Zhi Ming, bahkan melompati garis batas manusia-dewa itu?”
“Wajahmu sekarang memang tak cantik, tapi jangan berandai-andai secantik itu.”
Ning Que bahkan tak sanggup menggerakkan jarinya, tapi tetap tak lupa mengejeknya.
Mendengar kalimat ini, Longqing teringat secara alami pada pesta minum di Kota Chang'an kala itu. Ia mengingat bagaimana itu adalah pertama kalinya dirinya dihina oleh orang ini. Jalan Tao yang dingin di hatinya hampir goyah, baru bisa tenang setelah menarik napas dalam. "Saat kau beruntung mempelajari begitu banyak ilmu langka ini, pernahkah kau berpikir semuanya akhirnya akan kau persembahkan padaku?" ujarnya.
Setelah mengucapkan kalimat itu, pupil matanya yang cerah berangsur memudar.
Garis pemisah hitam-putih perlahan menghilang, berubah menjadi abu-abu pekat, gelap seperti awan hujan.
Melihat perubahan aneh pada mata Longqing, Ning Que tahu saat terakhir segera tiba.
Dalam hatinya, ia merenung: Bertapa seumur hidup namun akhirnya mati di tangan orang gila ini. Berguling-guling di tempat tidur dengan Sang Sang seumur hidup namun tak pernah benar-benar bercinta. Hidup menderita di kehidupan sebelumnya, menderita lagi di kehidupan ini. Susah payah menjadi kaya tapi belum sempat menikmatinya. Sungguh tak rela!
Pokoknya di hadapan kematian, siapa yang benar-benar bisa rela?
Terutama kematian mengerikan seperti ini.
Ning Que menatap pupil abu-abu Longqing, merasakan hawa keserakahan yang memusnahkan itu masuk ke laut kesadarannya dari mata lawan. "Bahkan jika aku jadi hantu, akan kuhamili Hua Chi!" serunya.
Usai mengucapkan ini, ia kelelahan bersandar pada roda gerbong, tak peduli lagi apa yang akan terjadi.
Saat ini Sang Sang berada di dalam bak truk.
Hanya berjarak setengah langkah darinya.
Dia berharap jika benar masih ada kehidupan berikutnya, maka sejak lahir dia bisa berada hanya setengah langkah darinya.
……
……
Memusnahkan adalah makna, keserakahan adalah esensi. Aura yang berasal dari Mata Abu itu, setelah memasuki lautan kesadaran Ning Que, menemukan kekuatan pikiran yang awalnya tersimpan melimpah di tempat ini ternyata telah benar-benar tandus. Perasaan menyesal pun muncul.
Kemudian, aura ini menyusup dari permukaan hingga ke dasar lautan kesadaran Ning Que, berusaha mengeruk sisa-sisa kekuatan pikiran di bagian terdalam dunia spiritualnya, serta pengalaman bertarung yang lebih berharga, serpihan kesadaran, dan kebijaksanaan kontemplasi warisan leluhur - semua inilah esensi cultivation dan tingkat spiritual.
Setelah mempelajari metode Mata Abu dari Kitab Langit Jilid Sha, Longqing telah mencoba berkali-kali. Baik Jendral Langit dari Longhu Shan, maupun ahli-ahli dari Sekte Zhenwu, semuanya berubah menjadi mayat kering lesu di bawah metode Mata Abunya. Cara menghisap cultivation lawan sudah sangat dikuasainya.
Namun situasi hari ini agak aneh dan mengerikan.
Saat aura pemusnah yang serakah itu tenggelam ke dasar lautan kesadaran Ning Que, entah menyentuh keberadaan apa, tiba-tiba seperti makhluk hidup yang dilanda ketakutan, menjerit bisu berusaha kabur!
Karena samar-samar menyadari, ada sesuatu di sana yang tak boleh disentuhnya!
Tapi semuanya sudah terlambat.
Di kedalaman lautan spiritual hitam Ning Que, beberapa serpihan merasakan napas metode Mata Abu, seolah terprovokasi, mulai memancarkan cahaya redup. Kemudian cahaya dari serpihan-serpihan ini semakin terang, sementara semakin banyak serpihan di dasar lautan yang mulai berkilau kristal.
Terlihat seperti mutiara indah.
Di dasar laut, terdapat hamparan mutiara seluas samudera.
Setiap butir mutiara adalah serpihan kesadaran.
Beberapa serpihan kesadaran berasal dari luka pedang di dinding batu pintu gerbang gunung Iblis Zong, milik Paman Sepurguruan Akademi. Dengan keagungan dan ketidaktakutan yang luar biasa, mana mungkin terhipnosis oleh benda jahat?
Yang paling membuat napas pemusnahan itu ketakutan adalah serpihan kesadaran yang paling banyak di lautan spiritual Ning Que. Meski bisa menyedot segalanya dengan rakus, kesadaran pada serpihan-serpihan itu justru lebih serakah dan lapar darinya!
Serpihan kesadaran ini berasal dari Master Liansheng.
Ini adalah kecerdasan dan segala warisan Master Liansheng di dunia.
Dan di dalamnya terdapat Taotie.
Metode kanibalistik sejati!
……
……
Metode Mata Abu berasal dari Taotie, melalui modifikasi senior aliran Tao, tak lagi berdarah tapi jauh lebih lemah dibanding Taotie. Dengan kata lain, metode kanibalistik adalah leluhur sejati Mata Abu.
Dan ketika Mata Abu bertemu Taotie, bagaikan hiu bertemu paus pembunuh, keduanya adalah makhluk paling rakus dan haus darah, mutlak tak bisa hidup berdampingan. Taotie sendiri merupakan eksistensi yang sangat aneh, hanya dengan menangkap sesama spesies sebagai makanan barulah ia bisa benar-benar terbangun. Karena itu ia menjadi semakin kuat, rakus, dan haus darah!
Di dasar lautan spiritual hitam Ning Que, serpihan-serpihan kesadaran menyala satu per satu, seolah diam-dalam menyelaraskan ritme misterius tertentu, atau seperti hembusan napas. Dalam tarikan dan embusan napas itu, tercipta daya hisap yang sangat mengerikan.
Napas pemusnahan dari Longqing itu hanya sempat mengeluarkan rintihan bisu, lalu langsung ditangkap oleh serpihan-serpihan kesadaran peninggalan Master Liansheng ini, kemudian ditelan bulat-bulat.
Napas-napas yang telah tertidur lelap selama bertahun-tahun dalam serpihan kesadaran itu pun mulai bangkit.
……
……
Hujan musim gugur terus mengguyur, api di Kuil Teratai Merah telah lama padam. Seluruh dunia terbenam dalam kegelapan.
Di sekitar kereta kuda hitam, senyap mencekam. Para Kesatria Jatuh yang masih hidup dengan susah payah duduk bangun, namun untuk sementara tak bisa berjalan. Dengan perasaan rumit mereka menatap ke arah sana.
Pada saat itulah, tiba-tiba Ning Que membuka matanya.
Tapi sepasang mata ini sama sekali tidak seperti matanya sendiri.
Tatapan di kedua mata ini sangat tenang, namun juga sangat kompleks. Seolah penuh belas kasih seperti sesepuh, namun juga dingin bagaikan iblis. Kenangan mengharu-biru yang terkandung di dalamnya, menyimpan begitu banyak kecerdasan dan pengalaman hidup yang tak terkira.
Sepasang mata ini memandang Longqing dengan tenang, memancarkan ekspresi mengejek yang samar.
Longqing telah merasakan keanehan, bukannya menyerap cultivation dan tingkat spiritual Ning Que, justru metode Mata Abu miliknya sendiri tampak mengalami kerusakan yang sangat parah.
Dan ketika ia melihat mata Ning Que yang penuh kenangan, rasa takutnya semakin menjadi-jadi hingga tak bisa berkata-kata.
Itu adalah ketakutan akan ketidaktahuan, ketakutan akan situasi yang lepas dari kendali.
Nuansa ejekan di mata Ning Que semakin menguat.
Tubuh Longqing semakin terasa dingin.
Ning Que tiba-tiba mengulurkan kedua tangannya, mencengkeram erat bahu Longqing.
Kemudian ia menunduk dan menggigit leher Longqing!
Longqing mengeluarkan jeritan menyayat hati.
Di rerumputan sebelah kereta kuda, para Kesatria Jatuh gemetar ketakutan, tak memahami apa yang terjadi.
Ning Que sama sekali tak menyadari, hanya terus menunduk dan mengoyak leher Longqing dengan gigitan ganas.
Dengan susah payah giginya merobek kulit dan otot Longqing. Saat rasa manis-darah menyentuh lidahnya, ia mulai menyedot dengan dahsyat. Pipinya mengembang dan mengempis tak henti, serakah menyerap setiap tetes.
……
……
Ning Que saat ini linglung dan tidak sadar, sama sekali tidak tahu apa yang dilakukannya.
Dia hanya merasa sangat kehausan dan ingin minum air.
Saat menyentuh cairan itu, dia mulai terus-menerus menghisapnya.
Samar-samar, tiba-tiba dia merasa yang diminumnya bukan air biasa, karena cairan hangat ini mengandung banyak rasa kompleks - ada yang enak, ada yang sangat tidak menyenangkan.
Seharusnya dia tidak tahu asal-usul rasa-rasa itu, namun informasi ini muncul secara otomatis di lautan kesadarannya.
Terdapat aroma Sesepuh Zhenwu Dao, wewangian Zhang Jendral Langit dari Longhu Shan, serta aroma sangat otoriter dan perkasa yang diduga berasal dari seorang praktisi spiritual bermarga He. Adapun aroma paling segar dan nyaman itu, dalam dasar hatinya tersimpan catatan - dia tahu itu aroma pil Tongtian.
Ning Que perlahan mulai sadar.
Serpihan kesadaran Master Liansheng yang tertinggal di lautan kesadarannya, mulai terus-menerus memperlihatkan detail metode kanibalistik.
Secara instinctif Ning Que menolak aura yang terpancar dari teknik ini, namun insting bertahan hidup dan keinginan menghisap air jernih saat kehausan, membuatnya secara alami mulai mempelajarinya.
Aura yang sangat dingin menusuk namun kuat, sekaligus serakah, perlahan menyelimuti tubuhnya.
Bersamaan itu juga menyelimuti tubuh Longqing.
Zi Mo memaksa tubuhnya yang lemah untuk bangkit, ingin mendekati kereta kuda hitam itu. Namun merasakan aliran napas yin yang dingin dari sana, kakinya gemetar ketakutan tak bisa bergerak.
Di bawah pohon tepi tebing itu, dulu ia mengira Pemimpin Agung yang dilihatnya adalah Taotie dari legenda.
Malam ini di depan kuil reyot, menyaksikan Ning Que yang memancarkan aura gelap nan dahsyat, barulah ia paham: monster dari dunia bawah yang gelap seharusnya memang seperti ini rupanya.
……
……
Ning Que telah sepenuhnya sadar, kedua matanya kembali normal.
Perlahan ia menjauh dari leher Longqing yang berlumuran darah, memandangi wajah pucat penuh teror sang pangeran. Senyum getir mengembang di wajahnya, namun darah Longqing yang masih menetes dari sudut bibirnya membuat senyuman itu terlihat lebih mengerikan daripada iblis di mata sang korban.
"Memakan manusia... Hal yang tidak memerlukan keahlian tinggi ini, sebenarnya mudah dipelajari."
Ning Que mencengkeram bahu Longqing erat-erat, mengingat keputusasaan di ambang maut tadi, mengingat ancaman ini akan memakan Sang Sang. Semua kesedihan dalam senyumnya berubah jadi ketenangan: "Saat kau beruntung menguasai begitu banyak ilmu langka, pernahkah terpikir semuanya akan dipersembahkan untukku?"
Ini adalah kalimat yang Longqing ucapkan sebelumnya saat hendak menelan cultivation-nya.
Kini Ning Que mengembalikan kata-kata itu persis seperti aslinya.
Titik Balik takdir selalu datang begitu mendadak, melampaui imajinasi semua orang.
Siapa yang bisa mengetahui takdir sejati diri sendiri?
Longqing pernah mengira dirinya tahu, tetapi kini ia menyadari tak mengetahui apa-apa. Pupil matanya dipenuhi ekspresi ketakutan.
Ia merasakan napas Ning Que secara samar menekan dirinya. Untuk pertama kalinya, Ning Que terasa begitu menakutkan. Rasa horor itu bahkan mengalahkan rasionalitasnya, membuatnya ingin kabur mati-matian.
Longqing menjerit menyayat dengan kesakitan, mengusir nyawa bunga persik yang telah rusak.
Tanpa ragu, ia menggunakan kekuatan pikiran setengah praktisi spiritual dalam tubuhnya untuk meledakkan nyawa bunga persik itu!
Bunga Persik Hitam pecah menjadi serbuk halus.
Gelombang kejut mengerikan langsung melempar Ning Que dan Longqing.
Tubuh Ning Que menghantam roda kereta kuda hingga retak.
Sedangkan Longqing lebih mengenaskan lagi, terbaring berlumuran darah di tanah.
Hujan musim gugur masih terus turun.
Bunga Persik Hitam berubah menjadi hujan hitam.
Darah berubah menjadi kabut darah.
Menyelimuti reruntuhan kuil reyot.
Dengan kebencian yang mendalam dan ketidakrelaan, Longqing menatap Ning Que sambil mengaum gemetar: "Bunuh dia!"
Setelah mengucapkan kalimat itu, ia pingsan.
Kesatria Jatuh menunjukkan loyalitas mutlak pada Longqing. Meski terluka parah, mendengar perintah itu, mereka merangkak dengan tangan menuju kereta kuda hitam.
Saat itu, Ning Que sedang mencerna energi vital yang baru ditelannya dalam jumlah besar, tak bisa berpindah tempat.
Baik sebagian cultivation praktisi spiritual maupun efek obat pil Tongtian, semuanya membutuhkan waktu.
Dia bersandar pada roda kereta yang retak, terpejam.
Seolah-olah para Kesatria Jatuh benar-benar memiliki kesempatan.
Namun tiba-tiba, di luar Kuil Merah yang sunyi, terdengar suara kuda yang ganas!
Da Hei bagai kilat hitam menembus hujan musim gugur, mengangkat kuku depan dan langsung menghantam dada Kesatria Jatuh yang merangkak paling dekat dengan Ning Que hingga remuk!
Zi Mo pucat pasi, mana sangka bahkan hewan dari akademi pun begitu mengerikan!
Dengan hng kesakitan, dadanya tiba-tiba terhisap. Menggunakan metode rahasia Kuil Xiling, dia mulai membakar nyawa untuk mendapatkan kembali kekuatan penuh dengan cepat.
Berteriak keras, dia menghantam kepala Da Hei dengan tinju secepat angin.
Da Hei meringkik gila, tanpa takut menabraknya.
Suara berat bergema.
Kuku depan Da Hei sedikit tertekuk, napasnya tersengal-sengal.
Bukan sapi tua, akhirnya bukanlah tandingan ahli Pemahaman Mendalam yang membakar nyawa.
Zi Mo memperhatikan pelupuk mata Ning Que bergetar halus, tubuhnya menggigil. "Ambil kuda, bawa orang dewasa pergi dulu!" hardiknya.
Ning Que membuka mata, menyaksikan beberapa penunggang kuda hitam menghilang di balik hujan menuruni gunung.
Komandan korup terkuat itu berada tepat di hadapannya.
Ning Que berdiri dan bertanya, "Kau ingin menghalangiku?"
Zi Mo berkata, "Meski sisa hidupku hanya tiga bulan, saat ini aku masih bisa menghadangmu."
Ning Que menyahut, "Kau bukan lawanku."
Zi Mo menjawab, "Aku ingin mencoba."
Ning Que menatap debu hujan yang menjauh, tanpa ekspresi. Dengan gerakan santai, tangannya melambai ke belakang menghantam kereta kuda hitam hingga berlubang, lalu mengeluarkan busur besi dari dalamnya.
Zi Mo sedikit mengerutkan alis, "Panahmu sudah habis."
Melalui lubang, Ning Que memandang Sang Sang yang pingsan, lalu melirik kuda hitam yang terluka.
Ia langsung menarik tali busur.
Tanpa anak panah, hanya udara yang terlontar.
Senar busur berdentang nyaring, suaranya nyaris membelah awan.
Garis darah dalam muncul di dada Zi Mo.
Dengan bingung ia menunduk melihat dadanya.
Ning Que menarik busur lagi, senar berbunyi sekali lebih.
Setiap dentang senar seakan meredakan gejolak dalam hatinya.
Maka dipantulkannya puluhan kali.
Sepuluh zhang jauhnya, puluhan garis darah merekah di tubuh Zi Mo bagai gunung pasir runtuh, daging dan darah berhamburan.
Ning Que mengangkat busur ke punggungnya.
Ia berdiri dalam hujan musim gugur yang menusuk, tatapan penuh renungan.
Sejak saat itu, ia mencapai tingkat Zhi Ming (Pengetahuan Takdir), pantas disebut yang benar-benar tercerahkan.
Berbeda dengan dua kali penembusan sebelumnya.
Kali ini tak ada kegembiraan, hanya kelelahan yang tertinggal.
