Shangguan Yangyu adalah walikota Chang'an paling jorok sepanjang sejarah Kekaisaran Tang. Aura tak senonohnya seolah menyatu dengan alam semesta.
Dengan wajah yang terkenal buruk rupa di dunia, tentu tak bisa membuat orang merasa senang. Namun baik dia maupun istri tuanya tak bisa menyangkal fakta ini. Berdiri di aula megah yang khidmat, perasaan tak pantasnya semakin menjadi, keringat di ubun-ubun semakin deras, mata segitiganya terus berpendar.
Li Yu pernah beberapa kali bertemu Shangguan Yangyu. Ia tahu pria ini berwajah sangat buruk, namun setiap pertemuan, keburukan wajahnya seolah menemukan bentuk baru yang membuat orang tak kuasa menahan perasaan jijik.
Tapi ia berhasil mengendalikan ekspresinya dengan baik. Percakapannya penuh penghormatan, lembut bagai angin semi. Alasannya, ia sangat paham bahwa di balik penampilan buruk ini, sang Walikota memiliki kemampuan teknis yang langka. Tanpa itu, mustahil bertahan di posisi vital nan rumit selama bertahun-tahun.
Li Yu sangat pragmatis. Selama benar-benar kompeten, meski tahu moral Shangguan Yangyu sama buruknya dengan wajahnya, licik dan korup sampai ke tulang, ia tetap akan menerima dengan tangan terbuka.
Dan meski banyak cacat, Shangguan Yangyu punya satu kisah indah: setelah lulus ujian kerajaan, ia tak menelantarkan istri masa sulitnya yang berwajah biasa. Hingga kini, pasangan tua ini masih memiliki perasaan yang mendalam.
Hal ini sangat dikagumi Li Yu. Ditambah posisi tak tergantikan Walikota Chang'an, tak heran setelah kaisar baru naik takhta, menteri pertama yang ia temui di istana adalah pria ini.
“Seharusnya, bagi Shangguan Yangyu ini adalah kesempatan emas dari langit. Bagi pria yang tak pernah mengenal kata 'moral', menyembah di bawah Paduka Putri dan Kaisar Baru sama sekali tak ada hambatan psikologis. Menghadapi isyarat perekrutan yang tersirat dalam ucapan Sang Putri, seharusnya ia langsung bersujud menyembah.”
“Namun yang mengejutkan Li Yu dan beberapa orang di aula, meskipun sikap Shangguan Yangyu penuh hormat dan terus menjilat - bahkan seperti ingin terjatuh mencium punggung kaki Li Yu - setiap kali percakapan mulai mendalam, matanya tiba-tiba membulat seperti idiot yang tak tahu harus merespons.”
……
……
“Li Yu mengerutkan alisnya. Ia tahu pasti Shangguan Yangyu tidak sebodoh itu sampai tak paham ucapannya. Kepura-puraan bodohnya ini hanya membuktikan bahwa sikapnya dan beberapa pejabat lain masih belum cukup teguh.”
“Yang lebih menyebalkan, orang kedua yang ingin ia temui hari ini ternyata menolak masuk istana!”
“Kasim kepala dan sang pengurus di samping terus-menerus memaki ketidaksopanan orang itu, wajah mereka merah padam seolah ingin segera mengirim Pasukan Yulin untuk menangkap dan menghukumnya.”
“Diam semua!”
“Li Yu menghardik, melambaikan tangan mengusir semua kasim, dayang, termasuk pengurus terdekat dari aula.”
“Chao Xiaoshu bukan orang biasa. Meski kini ia memiliki pengaruh dan kekuasaan sebesar ini, tetap tak berani mengurangi sedikitpun tata krama, apalagi berpikir untuk menyentuh orang ini.”
"Dia adalah pemimpin dunia hitam Kota Chang'an. Meski sudah bertahun-tahun tidak ikut campur dalam urusan dunia persilatan, bahkan setelah kembali ke Chang'an tahun lalu tidak mengurus Gang Naga Ikan, semua orang paham bahwa dunia bawah malam ibukota ini tetap berada dalam kekuasaannya."
"Tapi seandainya Chao Xiaoshu hanya bos dunia persilatan biasa, para menteri di istana bahkan takkan meliriknya. Apalagi sampai membuat Li Yu resah seperti ini."
"Yang krusial adalah status Chao Xiaoshu sebagai praktisi kultivasi besar tingkat Zhi Ming, persahabatannya dengan almarhum ayahanda Kaisar yang membuat Putri harus memanggilnya Paman Chao Kedua, serta banyaknya saudara seperjuangan yang rela mati untuknya - orang-orang yang bahkan berkaitan dengan keamanan ibukota."
"Setelah para kasim dan dayang diusir keluar, di aula istana bukan hanya Li Yu sendiri. Ada seorang menteri paruh baya, tak lain adalah Sarjana Istana Wu Yingdian Mo Han yang masuk kabinet empat tahun silam."
"Yang Mulia tak perlu khawatir dulu. Keengganan Chao Xiaoshu masuk istana bukan berarti penolakan terhadap Paduka. Dulu saat menolak jabatan dari Kaisar dan pergi jauh dari istana, sikapnya sudah jelas. Hari ini hanyalah kelanjutan tekadnya untuk tak mau terlibat urusan pemerintahan."
Mo Han tersenyum tipis berkata.
Li Yu mengerutkan alisnya sedikit dan berkata: "Chang San dan Fei Liu cukup populer di Pasukan Yulin. Liu Wu sekarang sudah menjadi Komandan Batalyon Kavaleri Xiaogi. Chen Qi setelah kembali ke pengawal istana malah menjadi tangan kanan Xu Chongshan. Orang-orang ini hanya patuh pada perintah Chao Xiaoshu. Jika ayah masih hidup, tentu mereka tak berani berkhianat. Tapi sekarang ayah sudah tiada. Bagaimana jika Chao Xiaoshu punya niat jahat? Kota Chang'an bisa dalam bahaya. Istana Utama tak mau diperintah orang lain."
Mo Han perlahan menghilangkan senyumannya dan balik bertanya: "Lalu bagaimana yang Mulia Putri ingin menangani Chao Xiaoshu?"
Li Yu terdiam cukup lama, lalu mengerti maksud sarjana universitas itu. Ia berkata: "Ini warisan dari pengaturan ayah dulu. Hanya waktu yang bisa mengubahnya. Baik aku maupun Permaisuri tak bisa ikut campur."
Mo Han memuji: "Prinsipnya persis seperti itu. Dulu Yang Mulia Kaisar mendirikan Gang Naga Ikan di masyarakat. Terlihat sepele, bahkan sempat dimarahi Penasihat Kekaisaran sebagai tindakan gegabah. Tapi siapa sangka anggota gang itu kini menjadi orang-orang penting? Mereka hanya setia pada almarhum kaisar, maka pasti akan setia pada ahli waris yang ditunjuknya, yaitu Kaisar kita sekarang. Yang Mulia Putri tak perlu berbuat apa-apa. Cukup jaga hubungan baik seperti dulu. Pasti Chao Xiaoshu mengerti maksud Tuan Putri."
Li Yu berkata: "Perkataan Sarjana Universitas masuk akal. Nanti Istana Utama akan mengatur semuanya."
“Pasukan Yulin、Batalyon Kavaleri Xiaogi、pengawal istana, selain Kaisar sebelumnya, tidak ada yang bisa mencampuri urusan mereka, termasuk Permaisuri dan Pangeran. Malam hujan di Paviliun Angin Semi dulu yang menelan banyak korban jiwa, adalah pernyataan Kaisar terdahulu tentang hal ini. Jadi menurut hamba, keamanan Kota Chang'an tidak ada masalah.”
Ekspresi Mo Han semakin serius, "Yang hamba khawatirkan justru di luar perbatasan. Konon di padang gurun, Rektor mengayunkan pedang melawan Langit Tak Berpelukan, hingga pasukan sekutu Xiling berbalik di medan perang. Meski Kaisar terdahulu memimpin pasukan berkuda menembus musuh, kini Rektor telah tiada, Kaisar terdahulu pun telah wafat. Kuil Xiling pasti takkan melewatkan kesempatan ini."
"Meski Kekaisaran Tang kita perkasa, kini telah menjadi musuh dunia. Musuh kuat mengelilingi dari segala penjuru, sedikit lengah saja akan terjerat dalam badai. Laporan menyebut Pangeran Longqing telah memimpin kavaleri Wangsa Kerajaan Kiri, mengibarkan panji perang melawan Tang, bersiap menembus Jalan Yan ke selatan. Paduka harus menasihati Yang Mulia Kaisar untuk lebih memikirkan urusan militer ketimbang persoalan sepele di istana. Hadapi musuh eksternal, jangan sampai timbul kerusuhan internal."
Li Yu paham yang dimaksud sarjana universitas adalah masalah Observatorium Kerajaan dan Tian Shu. Ekspresinya sedikit kaku, namun berterima kasih atas kritik terbuka terhadap kesalahan Kaisar, "Sarjana tak perlu khawatir, hamba akan sampaikan pada Yang Mulia."
Mo Han mengangguk, "Kalau begitu, baiklah."
Li Yu kembali berkata: "Masalah Wangsa Kerajaan Kiri menyerang Tang, Yang Mulia Sarjana tidak perlu terlalu khawatir. Apa yang disebut Longqing sebagai pinjam jalur ke selatan, semua orang tahu itu langsung mengincar takhta Kaisar Yan. Putra Mahkota Chongming dan aku memiliki ikatan persahabatan yang mendalam, sudah lama mengantisipasi hal ini. Jenderal Besar Xian Zhilang yang cerdik tak tertandingi, tentu tahu cara bertindak sesuai prinsip alamiah."
Sebagai menteri sipil yang selama beberapa tahun terakhir didukung penuh oleh Paduka Putri, Mo Han jelas termasuk orang kepercayaan paling setia. Tentu ia tahu Xian Zhilang adalah kaki tangan sang putri. Mendengar itu, hatinya sedikit lebih tenang.
"Gesekan di perbatasan Yan bisa untuk sementara diabaikan. Yang benar-benar membuat hamba khawatir adalah wilayah utara."
Mo Han menyatakan kekhawatirannya: "Sekarang karena Permaisuri masih berada di Kota Helan, status perkemahan utara menjadi semakin khusus. Tidak boleh kacau, tapi juga tidak bisa diabaikan. Apakah Paduka sudah memiliki pengaturan untuk ini?"
Perkemahan utara menjaga perbatasan Kekaisaran Tang di utara yang membentang ribuan li, memiliki pasukan kavaleri terbanyak dan terbaik, memikul misi paling berbahaya. Berhadapan dengan Kemah Emas Pangeran yang perkasa, sudah bertahun-tahun lamanya.
Saat ini panglima perkemahan utara adalah Xu Chi, salah satu dari Empat Jenderal Besar Tang yang bergelar Jenderal Penjaga Padang Pasir. Jenderal besar ini selalu dikenal rendah hati, tak menonjolkan diri, terlihat paling biasa.
Namun baik bagi Li Hunyuan untuk mempertahankan takhta, maupun bagi Tang untuk melawan seluruh dunia, sosok Xu Chi tetaplah figur penting yang tak bisa diabaikan atau dilewati.
Di antara Empat Jenderal Besar masa lalu, Jenderal Zhenjun Xiahou adalah orang kepercayaan Permaisuri. Sedangkan Jenderal Besar Penjaga Utara saat ini, Xian Zhilang, merupakan bawahan Li Yu. Hanya Jenderal Besar Penjaga Negara Xu Shi dan Xu Chi yang tidak memihak siapapun.
Mereka setia, dan hanya setia pada Kaisar Tang Li Zhongyi.
Yang dikhawatirkan Sarjana Universitas Mo Han sekarang adalah apakah kesetiaan Jenderal Xu Chi pada mendiang Kaisar dapat beralih mulus ke Yang Mulia Kaisar saat ini, atau justru akan berpindah ke pangeran lainnya...
Li Yu berkata: "Jenderal Xu Chi sama sekali tidak akan terlibat dalam urusan suksesi takhta. Ini adalah hal yang telah dijelaskan ayah padaku sejak lama, jadi aku yakin dia akan tetap netral."
Mo Han menggeleng: "Setelah Yang Mulia naik takhta, sikap netral Jenderal Besar justru menjadi tidak tepat."
Li Yu menjawab: "Pendapat Sarjana Universitas itu masuk akal. Karena itu aku telah mengutus Hua Shanyue."
Mo Han sedikit mengerutkan alis: "Loyalitas Jenderal Hua Shanyue pada Tuan Putri tidak diragukan. Dia juga memiliki hubungan pernikahan dengan keluarga Jenderal Besar Xu Chi. Tapi semua ini... tidak memiliki arti apa-apa."
Dengan tenang Li Yu berkata: "Karena aku telah mempercayakan misi terpenting pada Hua Shanyue, aku yakin dia pasti bisa menyelesaikan tugasku. Tolong tenanglah."
……
……
Shangguan Yangyu pulang ke rumah dari istana lalu menutup pintu tidak keluar.
Istri tuanya duduk di tepi tempat tidur menyuapkan obat, cemas bertanya: "Apakah kita akan dipukul lagi dengan tongkat?"
Shangguan Yangyu menghela napas sedih: "Kali ini mungkin harus mencekik diri sendiri dengan kain sutera putih sampai mati."
"Istri tua itu terkejut, berkata: 'Kaisar baru naik takhta, Paduka Putri pengaruhnya menyelimuti langit. Karena Yang Mulia menaruh harapan pada Tuan, lebih baik Tuan terima saja. Mengapa sampai ingin bunuh diri?'"
Shangguan Yangyu melirik tajam dengan kedua matanya yang segitiga, menegur keras: "Dasar perempuan tak tahu apa-apa! Pengaruh yang menyelimuti langit pun punya batas waktu. Jika aku bersujud di bawah kaki Paduka Putri, tentu bisa mengeruk perak sebanyak-banyaknya dan naik jabatan. Tapi nanti saat Permaisuri membawa Pangeran kembali ke Chang'an, apa yang harus kulakukan?"
Istri tua itu justru tersenyum mendengar ini: "Tuan setiap hari bicara tentang Hukum Tang yang mulia, kenapa sekarang lupa? Yang Mulia Kaisar naik takhta dengan membawa wasiat kekaisaran. Siapa yang berani melawan? Siapa yang bisa melawan?"
"Kubilang kau tak mengerti! Wasiat memang tak bisa dipalsukan, tapi Paduka Putri menolak menemui siapa pun kecuali aku pertama kali. Mengapa? Ini membuktikan Yang Mulia juga khawatir Kota Chang'an akan kacau."
Shangguan Yangyu berkata: "Dalam situasi apa Chang'an akan kacau? Tentu jika ada yang tidak puas."
Istri tua semakin bingung, meletakkan ramuan obat di meja dan bertanya serius: "Siapa lagi yang bisa menimbulkan masalah?"
Shangguan Yangyu tertawa mengejek: "Para menteri di istana sekarang, baik dari kubu Permaisuri maupun Paduka Putri, tak memahami satu prinsip. Menurutku, bahkan Yang Mulia Kaisar dan Paduka Putri belum paham. Wasiat bukan kunci, Chang'an bukan kunci, bahkan para jenderal besar pun bukan kunci."
Istri tua penasaran bertanya: "Lalu apa kuncinya?"
Shangguan Yangyu berkata: "Sikap akademi-lah yang krusial."
