"Begitu rupanya, lalu apa arti semua ini?"
Meski belum mendapat jawaban pamungkas, Ning Que selangkah lebih dekat ke realitas, lebih memahami pikiran guru utama——walau hanya selangkah kecil, ini merupakan panenan besar.
Sebab dalam pola pikir konvensional, baik dia, Yu Lian, maupun kakak senior, mustahil mencapai kesimpulan ini, atau lebih tepatnya tak ada yang berani menyimpulkan demikian.
Aliran Tao ingin melemahkan bahkan memusnahkan Langit Tak Berpelukan——ini bukan sekadar pengkhianatan pada guru dan leluhur, melainkan pelanggaran fundamental terhadap keyakinan dan logika, sungguh tak terpikirkan!
Nyonya Jian juga tak tahu apa yang dipikirkan guru utama, tapi ia memahami kebingungan dan kesakitan Ning Que. Maka dengan dua kalimat tak berprinsip, ia menunjukkannya jalan.
Ia menggunakan pedang Ke Haoran, cara yang paling langsung.
Orang-orang bilang, tujuan perjalanan tak penting, yang penting pemandangan sepanjang jalan. Seringkali itu cuma penghiburan diri pecundang, alasan tak berani melanjutkan.
Saat memandang ke belakang dari tujuan, pemandangan di jalan sebenarnya lebih indah, lebih jernih.
Hidup begitu, merenung pun begitu.
Ning Que menoleh memandang jalan setapak gunung, menyaksikan punggung wanita itu di tebing terjal. Ia paham jika wanita ini bertapa, pasti akan menjadi sosok puncak. Ia cuma tak tertarik saja.
Ia berterima kasih atas bimbingannya, seperti berterima kasih pada hal-hal yang dulu ia lakukan.
Sejak dari Kota Wei ke Chang'an, ia selalu dirawatnya. Saat pertama masuk Hong Xiu Zhao dulu, ia langsung mengurus dan mengajarinya. Karena saat memandangnya, ia teringat remaja penunggang keledai hitam itu.
Mengenai pertemuan pertama bertahun lalu, hari-hari menggelikan di Hong Xiu Zhao, cara Nyonya Jian membuat seluruh industri hiburan malam Tang tak berani berbisnis, gerutu dalam hati dulu dan rasa terima kasih kini - wajahnya dipenuhi senyum sinis dan heran yang lama.
……
……
Guru utama ingin Langit Tak Berpelukan melemah.
Ini adalah hal yang kini dipastikan Ning Que, mengapa demikian, dia samar-samar memiliki tebakan, hanya saja belum bisa menangkap cahaya paling krusial itu, atau mungkin pernah terang benderang, tapi dia tak berani mempercayainya.
Bahkan jika matahari padam, kehidupan harus tetap berjalan.
Tak bisa memahami maksud tersembunyi guru utama, tak mampu mengubah situasi pertempuran dunia fana, perang antara Tang dan umat manusia secara resmi dimulai kembali, Kota Chang'an dipenuhi nuansa kekejalan yang tegang, berbagai kabupaten terus mengirim logistik ke perbatasan, Kementerian Pertahanan bersinar terang benderang sepanjang malam, terus-menerus mengatur strategi pasukan.
Dunia di luar perbatasan Tang juga mengalami kekacauan, kabar kematian Ye Su membuat gelombang energi ajaran baru terjerat kemurungan, namun berdasarkan informasi pengawal rahasia, belum muncul gelombang besar-besaran keluar dari agama, dipercaya dalam beberapa waktu ke depan setelah luka sembuh, ajaran baru justru akan meledak dengan kekuatan lebih besar.
Karena perang telah dimulai, maka harus dimenangkan, ini prinsip yang selalu dipegang Ning Que dalam melakukan sesuatu, juga prinsip akademi Tang, hanya saja pelaksanaannya pasti merupakan hal yang sangat sulit.
Pasukan elit Yulin dari ibu kota dikirim ke Ngarai Hijau, siap setiap saat bergerak ke selatan menuju Kabupaten Qinghe, di permukaan ini karena kehadiran Ning Que membuat Chang'an tak perlu khawatir soal pertahanan, namun juga menunjukkan Tang kini menanggung tekanan sangat besar, bahkan Pasukan Yulin pun harus masuk medan perang, bersiap untuk pertempuran terbuka.
Ning Que berdiri di atas tembok kota, menatap salju yang turun dan pasukan Tang yang berjalan dalam badai salju. Ia teringat bahwa prinsip seseorang adalah "perang yang dimulai harus dimenangkan".
Apakah Yeh Hongyu benar-benar sudah mati?
Mengikuti gaya bertarung dan kemampuan intelektual Guru, karena Ye Su harus mati, maka ia pasti juga akan mati bersamaan tanpa diberi jalan hidup. Menurut persepsinya malam itu, memang tak ada harapan hidup baginya.
Praktisi Kuil Penjagaan, Pendeta Agung Xiong Chumo, dan Zhao Nanhai dari Laut Selatan.
Menghadapi formasi seperti ini, Ning Que tak yakin bisa lolos. Begitu pula dengannya.
Entah mengapa, ia selalu merasa Yeh Hongyu belum mati. Wanita sepertinya tak seharusnya meninggal tanpa suara. Ada keyakinan tak masuk akal dalam dirinya.
……
……
Kuil Xiling sunyi senyap. Di depan anak tangga batu, puluhan pendeta dan petugas bersujud dengan wajah pucat ketakutan, sementara guntur menggelegar di atas kepala mereka.
Tirai cahaya yang terdiri dari ribuan sinar itu bergetar hebat oleh gemuruh petir, seolah akan runtuh kapan saja. Siluet tinggi di balik cahaya juga gemetar - karena kemarahan atau mungkin ketakutan?
Yeh Hongyu melompat ke jurang. Meski Pendeta Agung dan Zhao Nanhai yakin ia pasti tewas, mereka tetap mengirim banyak orang untuk mencari mayatnya di dasar jurang.
"Jurang di bawah tebing terjal sangat berbahaya. Orang yang bertanggung jawab atas misi ini adalah seorang ahli dari Sekte Nanhai yang telah mencapai tingkat Zhi Ming (Pengetahuan Takdir), bersama banyak pakar aliran Tao. Meski demikian, mereka baru bisa kembali ke Gunung Persik setelah belasan hari, dengan hanya tersisa kurang dari seperlima orang yang masih hidup. Yang paling krusial, mereka gagal membawa pulang mayat yang paling ingin dilihat Sang Pendeta Agung, sehingga hanya bisa membawa kabar buruk."
Suara murka Pendeta Agung mengguntur di aula Tao seperti petir. Orang-orang yang bersujud di depan tangga diliputi ketakutan dan kegelisahan, tak tahu hukuman apa yang akan mereka hadapi. Tak ada yang berani bersuara.
Setelah waktu yang tak terkira panjangnya, akhirnya Sang Pendeta Agung tenang kembali. Suaranya terdengar lebih terkendali, namun hanya bawahan terdekatnya yang bisa menangkap kegelisahan yang tersembunyi dalam nada tersebut.
"Dengan segala cara, temukan dia, lalu bunuh dia."
……
……
Kuil Xiling gagal menemukan jenazah Yeh Hongyu di dasar jurang, namun menemukan beberapa jejak roda gerbong dan bekas langkah kaki. Ini mengungkap fakta mengejutkan:
Yeh Hongyu masih hidup. Dari tepi pagar, dia terjun ke tebing terjal, menembus awan dalam kemerosotan moral. Saat semua mengira dia pasti tewas, dia tetap hidup. Dia melakukan hal yang hanya bisa dilakukan Langit Tak Berpelukan.
Bagaimana mungkin?
Jika ingin menelusuri dari awal, kita harus mundur enam bulan lalu. Saat itu sepucuk surat meninggalkan Kuil Hakim, dikirim melalui jalur paling rahasia ke suatu tempat, mengirimkan undangan.
Jika disederhanakan, kita dapat memindahkan adegan ke malam itu—malam ketika Pendeta Agung Xiong Chumo, praktisi spiritual paruh baya, dan Zhao Nanhai mengepung Ye Hongyu.
Siang sebelum malam itu, Chu Youxian dan Chen Qi berbicara dengan penuh semangat di aula Tao, mewakili Ning Que untuk mengundang Ye Hongyu, menyatakan sikap meremehkan akademi dan negara Tang kepada seluruh Kuil Xiling.
Karena hubungan dengan Ye Su dan perhitungan tentang maksud guru utama, Ye Hongyu menolak undangan kasar Ning Que, namun juga tidak membiarkan Pendeta Agung membunuh mereka, melainkan mengurung mereka di Youge.
Youge adalah penjara bawah tanah Kuil Xiling untuk menahan pengkhianat agama dan sisa-sisa Iblis Zong. Tempat ini dijaga ketat dengan formasi mematikan yang siap membunuh secara tak kasat mata. Selama ribuan tahun, hanya orang tua Wei Guangming yang pernah melarikan diri dari sini. Dulu Chen Pipi juga pernah dikurung di sini, bahkan Ning Que pun tak punya cara.
Chu Youxian dan Chen Qi digiring petugas berbaju hitam dari Divisi Judgement ke bagian terdalam Youge, dikurung di sel sempit di balik teralis besi. Saat itu mereka sudah tak berharap bisa kabur, tahu bahwa akhirnya menanti mereka adalah kematian atau kurungan abadi dalam kegelapan—keduanya sama-sama memupus harapan.
Sedikit penghiburan bagi mereka, dari siang hingga malam tak ada interogasi. Cara-cara horor Divisi Judgement yang termasyhur itu tak mereka alami.
Mereka dengan mudah menyadari, alasan mereka tidak berubah menjadi daging dan darah yang hancur, tidak tersiksa kesakitan hingga ingin bunuh diri, pastilah karena Ye Hongyu. Hanya dialah yang akan melakukan ini.
Malam ini atau besok, mungkin dengan kejam ia akan membunuh Chu Youxian dan Chen Qi, tapi takkan menyiksa kedua orang ini. Ini sudah merupakan bentuk toleransi yang sangat besar.
Ia tidak menerima undangan Ning Que, tampaknya juga tidak ingin membuat Ning Que marah.
Chu Youxian dan Chen Qi duduk di penjara paling suram, menatap dinding batu dalam hening. Selain ember berisi air jernih, tak ada apapun di kamar itu, juga tak ada yang mengantar makanan.
Meski tak disiksa atau menerima hukuman horor Divisi Judgement, tapi pengabaian yang lama sesungguhnya adalah siksaan kejam. Ketidakpastian kapan seseorang akan masuk dan membunuh mereka, kecemasan psikologis ini langsung membuat Chu Youxian gelisah, wajahnya semakin pucat.
Chen Qi berpikir lebih dalam darinya. Apakah pengabaian terhadap mereka berdua berarti Ye Hongyu menunggu mereka bunuh diri dengan menghantam tembok? Lingkungan hening selalu memicu pikiran melayang, terutama bagi ahli konspirasi sepertinya. Semakin dipikir, semakin yakin itulah yang terjadi.
Toleransi dan welas asih Ye Hongyu seharusnya merupakan kesempatan bagi mereka berdua untuk mengakhiri hidup sendiri.
Dia memberitahu Chu Youxian. Ekspresi wajah Chu Youxian semakin pucat. Setelah ragu beberapa saat, dia bertanya apa yang harus dilakukan selanjutnya - segera menghantam dinding untuk bunuh diri, atau menunggu satu malam lagi?
Chen Qi tidak mendengar - tepat saat Chu Youxian membuka mulut, suara mengerikan yang bergema dari luar sel membanjiri pertanyaan paling berani seumur hidup Chu Youxian.
Disusul getaran dahsyat. Sel yang tersembunyi di perut gunung mulai bergetar hebat. Air jernih dalam ember berayun tak karuan, memercik ke mana-mana.
Chu Youxian menopang diri ke dinding, dengan susah payah berusaha berdiri tegak. Kepalanya terasa pusing.
Apakah ini gempa bumi?
Ekspresi Chen Qi menjadi tegang. Dia bergegas mendekati jendela batu, menatap tebing terjal di luar sel. Hanya bulan purnama di langit malam yang terlihat, tak ada gambaran lain.
Dia mendengar jelas: dentuman mengerikan tadi berasal dari langit malam di luar tebing. Getarannya pasti dari ketinggian Gunung Persik, menandakan sesuatu terjadi di puncak.
Beberapa dentuman keras lagi menggema dari puncak Gunung Persik. Getarannya sampai ke sel, membuat air dalam ember semakin banyak tumpah, membasahi tanah dan mengalir ke depan Chu Youxian.
Chu Youxian mundur dua langkah, menatap wajah pucat Chen Qi: "Apa yang terjadi?"
Chen Qi menggelengkan kepala: "Tidak tahu."
Mereka sekarang adalah tahanan, tentu tak tahu bahwa saat ini di Kuil Hakim berwarna hitam di puncak Gunung Persik, beberapa ahli terkuat dari aliran Tao sedang bertarung hidup-mati.
Dentingan mengerikan dan getaran menakutkan itu adalah pengaruh dari pertempuran tersebut.
Suara langkah kaki terdengar, Chu Youxian dan Chen Qi memutar badan. Seorang petugas berbaju hitam mendekati pagar, mengambil kunci untuk membukanya, lalu memberi isyarat dengan mata agar mereka mengikutinya keluar.
Petugas berbaju hitam itu berusia sekitar 40 tahun, wajahnya pucat sekali. Bukan pucat karena sakit atau ketakutan, melainkan akibat tak pernah melihat sinar matahari selama bertahun-tahun.
Saat mengambil kunci, membuka pagar sel, dan memberi isyarat pada tahanan untuk keluar, tak ada ekspresi di wajah pucat petugas itu. Semuanya dilakukan dengan tenang dan alami.
Chu Youxian dan Chen Qi saling tatap. Kebingungan dan kegelisahan terpancar di antara mereka. Perubahan ini datang tiba-tiba, tapi mereka tak tahu apakah ini baik atau buruk. Apakah yang menanti setelah keluar dari ruang batu adalah kematian atau sesuatu yang lain?
Keluar dari sel, mereka disambut terowongan panjang. Dinding batu setinggi satu setengah orang dan selebar dua orang membentuk lorong yang melandai dari gudang belakang Youge menurun ke kaki Gunung Persik. Lampu redup memantulkan bayangan mereka bertiga di tanah kering, suara langkah kaki terdengar terlalu jelas.
Tak seorang pun keluar menghalangi. Petugas berbaju hitam berjalan tanpa ekspresi di depan, seolah yakin seluruh Youge sedang tidur lelap. Bahkan jika langkah kaki mereka lebih keras, tak masalah.
Terowongan itu sungguh panjang. Chu Youxian dan Chen Qi berjalan dua waktunya di dalamnya hingga kaki pegal dan mata berkunang-kunang, betis hampir kram. Pintu keluar masih belum terlihat. Chen Qi dengan cermat menemukan dinding terowongan di bagian ini tertutup debu tipis, ada bekas tiupan angin. Noda minyak di rak lentera masih terlihat baru.
Melihat jejak angin itu, berdasarkan perhitungan sudut kemiringan terowongan dan jarak tempuh, seharusnya mereka sudah mendekati kaki gunung. Ia mulai mengendur—terowongan hampir sampai ujung—lalu tegang lagi. Semua detail membuktikan setidaknya puluhan tahun tak ada yang melalui bagian terowongan ini.
Di Youge Kuil Xiling, ternyata tersembunyi terowongan pelarian rahasia. Siapa yang membangun ini? Ke mana petugas berbaju hitam ini mengantar mereka berdua?
Chen Qi telah menebak kebenarannya, justru semakin tergetar dan bingung. Yeh Hongyu sebagai Imam Besar Hakim pasti tahu rahasia terbesar Youge—yang bahkan tak diketahui Pendeta Agung. Hanya dia yang bisa membuat seluruh Youge tetap hening. Tapi mengapa diam-diam melepaskan dia dan Chu Youxian?
Akhirnya terowongan sampai di ujung. Petugas berbaju hitam menekan sebuah bata biru, mematikan mekanisme jebakan, lalu mengeluarkan pedang Tao. Dengan sangat hati-hati ia membersihkan beberapa semak berduri beracun di depan, kemudian mengantar Chu Youxian dan Chen Qi keluar.
Di luar gua terbentang kebebasan. Cahaya bintang bertaburan dari langit malam, disaring awan dan kabut di tebing gunung, lalu bercampur gas beracun di dasar jurang, berubah dari putih susu menjadi warna ungu yang terasa aneh mengerikan.
Chen Qi dan Chu Youxian menatap cahaya bintang ungu yang aneh dan indah. Sukacita kebebasan dan kebingungan sama-sama menguasai mereka, sejenak tertegun tidak tahu harus berkata apa.
Petugas itu tidak memberi kesempatan bicara. Dengan gerakan cepat, dua butir pil dicekokkan ke mulut mereka. Saat Chu Youxian sadar, pil sudah masuk ke perut dan meleleh. Ia marah sekaligus panik, terutama saat merasakan panas menyengat dan rasa tidak nyaman di dada-perut, mengira dirinya diracuni. Keputusasaan memenuhi hatinya.
Kalau mau membunuh, kenapa tidak di sel saja? Ngapain harus mengeluarkanku dari Youge, jalan jauh-jauh sampai luar Kuil baru meracuni? Kasih harapan lalu hancurkan, sakitnya bukan main! Apa petugas Kuil Hakim semuanya menyimpang?! Lagian kalian tidak lihat kakiku sudah lecet jalan sejauh ini?!
Chu Youxian ketakutan hingga lemas tak berdaya di tanah, kesadarannya mulai kabur. Dalam kondisi setengah sadar, pikirannya dipenuhi hal-hal aneh-aneh sambil menanti datangnya kematian dengan panik. Namun setelah beberapa waktu, alih-alih tenggelam ke lautan kegelapan dan tertidur pulas, justru kesadarannya semakin jernih...
"Ada apa?" Ia bangkit dengan bingung, menggoyangkan kepalanya. Butuh waktu cukup lama sampai benar-benar sadar. Saat melihat kabut gas beracun di bawah cahaya bintang, teringat informasi yang pernah dilihat di Kota Chang'an, barulah ia paham pil itu bukan racun melainkan penawar gas beracun. Perasaan malupun menyergapnya.
Ia membersihkan keringat di dahinya, memukul-mukul daun busuk yang menempel di tubuh, lalu mendekati petugas berbaju hitam dan Chen Qi di depan. Saat hendak melanjutkan perjalanan, baru menyadari keduanya sama sekali tidak bermaksud demikian.
Sebagian besar pepohonan di dasar jurang adalah pohon rambat, tanpa dedaunan lebat. Sulit disebut hutan belantara. Secara logika, jarak pandang seharusnya relatif terbuka, namun kenyataannya tidak demikian. Cahaya bintang dari langit malam hampir seluruhnya terhalang kabut di antara tebing terjal, menjelma menjadi warna ungu yang aneh mengerikan. Semakin lama mereka berdiri, kabut beracun di sekeliling pun kian pekat, membuat lingkungan sekitar menjadi semakin redup.
Chu Youxian menyadari tanah di bawahnya tertutup lapisan tebal daun busuk. Memandang bayangan-bayangan kabur pohon rambat di sekeliling, teringat legenda horor jurang di balik Youge, tiba-tiba seluruh tubuhnya menggigil kedinginan.
Kabut di jurang mengandung toksin alami yang terkumpul secara alamiah, juga dendam mendalam dari ribuan tahanan yang mati di Youge tebing terjal, bercampur menjadi sesuatu yang mengerikan. Saat ini dia berdiri tepat di tengah kabut itu.
Chu Youxian tahu, tanpa pil penawar racun yang diminumnya, mungkin kepalanya sudah pecah berdarah. Meski masih hidup, rasa takutnya tak tertahankan, terutama saat suara jeritan binatang mulai terdengar dari balik pepohonan. Keringat dingin kembali mengucur di dahinya yang baru saja diusap.
Ada racun udara, ada makhluk kuat yang telah beradaptasi selama ribuan tahun. Konon tak ada yang pernah lolos dari jurang ini. Apakah mereka bisa keluar? Jika tidak, bukankah itu berarti kematian? Chu Youxian gemetar memikirkannya. Ia memandang Chen Qi dan petugas berbaju hitam yang diam di tempat, tak mengerti kenapa mereka tidak melanjutkan perjalanan.
Angin dari tebing menipiskan kabut hutan. Cahaya bintang kembali menyinari. Chu Youxian baru menyadari ada kolam di dekatnya. Di seberang kolam, bayangan hitam berbentuk kereta kuda samar-samar terlihat.
Di daerah terpencil berbahaya ini, ternyata ada rombongan kereta? Milik siapa? Siapa yang ada di dalamnya? Mereka menunggu siapa di seberang kolam? Menunggu kami? Lalu kenapa kami tidak menyebrang?
Chu Youxian nyaris tewas malam ini, lalu menghadapi jurang maut, pikirannya terguncang berulang kali, hingga menjadi linglung dan bingung, terus memikirkan hal-hal aneh-aneh ini.
Chen Qi adalah otak Gang Naga Ikan, terkenal dengan tindakannya yang dingin, secara relatif lebih tenang. Dia hanya melirik gerbong kereta di sebelah beberapa kali, lalu seperti petugas berbaju hitam di sampingnya, menengadah ke langit malam.
Seharusnya ada sesuatu yang jatuh dari langit malam itu.
Saat ini Chen Qi mulai samar-samar mengerti. Rupanya RENCANA akademi sudah berhasil. Yeh Hongyu benar-benar memberontak dari aliran Tao. Tapi mengapa ia memilih pergi di tengah malam, dan memilih jalan berbahaya seperti ini?
Yang paling membingungkannya: Apakah Yeh Hongyu benar-benar akan melompat dari puncak Gunung Persik seperti yang diisyaratkan mata petugas berbaju hitam itu, menembus awan dan kabut lalu terjatuh langsung ke tempat ini?
Puncak Gunung Persik seolah setinggi langit dari bumi. Tebing terjal penuh bahaya, kabut di dasar jurang juga mengerikan. Siapa pun yang melompat pasti tewas.
Sang Sang bisa tak mati karena ia Langit Tak Berpelukan. Ning Que selamat karena Sang Sang mengikutinya melompat, dan di detik terakhir sebelum mendarat, memeluknya erat-erat di dada.
Yeh Hongyu tak ada yang memeluk. Sang Sang sudah kembali ke kerajaan ilahi. Lalu bagaimana ia bisa hidup?
Ia tidak bisa hidup, Chen Qi berpikir dengan putus asa. Tiga ahli aliran Tao - Pendeta Agung Xiong Chumo, praktisi spiritual paruh baya, dan Zhao Nanhai - juga berpikir demikian. Bahkan sang Guru Utama pun berpikir begitu.
Di tebing terjal belakang Gunung Persik terdapat dua formasi besar yang mengerikan. Dalam kabut tersembunyi larangan-larangan kuno yang telah ada sejak zaman purba. Semua itu adalah akumulasi kecerdasan aliran Tao selama tak terhitung tahun, tidak dikelola Kuil Hakim, namun beroperasi sendiri layak kecerdasan yang hidup, semakin kuat dengan menyatu prinsip alamiah.
Selain jurang antara puncak dan dasar jurang, bahaya utama jalan setapak di langit malam ini bukanlah toksin dalam kabut, melainkan formasi yang mewakili kecerdasan aliran Tao. Bahkan jika Master Yan Se bangkit kembali, mustahil menghancurkannya dalam waktu singkat. Apalagi saat jatuh sekejap, siapa yang bisa melakukannya?
Tapi tiba-tiba terdengar suara pecah udara di tebing! Seseorang benar-benar melompat dari puncak!
Ekspresi wajah Chen Qi menjadi sangat tegang. Dia bukan Ning Que yang punya keyakinan buta pada Yeh Hongyu. Dia yakin sebentar lagi akan menyaksikan kematian Yeh Hongyu.
Benar seperti yang dipikirkannya sebelumnya: sekalipun Yeh Hongyu sekuat apapun, sekalipun tiba-tiba menguasai kemampuan ilmu jimat setingkat Yan Se, tetap mustahil selamat.
Tapi ia tetap melompat.
Ia terluka parah oleh Tiga Raksasa Aliran Tao, lalu berjalan ke tepi pagar. Alih-alih bersandar dan memandang jauh, dengan tenang luar biasa ia menyongsong cahaya bintang menuju tebing, bersama serpihan salju yang terjun bebas ke jurang penderitaan.
Bagaimanapun dipandang, pasti takdirnya berakhir fatal.
Di saat genting itu, formasi beraroma kompleks tercipta dalam kabut tebal di dasar jurang. Di tebing terjal yang sama, muncul dua formasi sekaligus yang saling berpapasan di tengah cahaya bintang keunguan.
Chu Youxian dan Chen Qi tak mengerti, mengapa saat pertama merasakan formasi itu, secara refleks mereka menggunakan indra penciuman? Ataukah karena formasi ini memang memiliki aroma nyata?
Aroma itu seperti besi mentah berkarat - manis tapi menyisakan kepahitan, disertai sensasi merangsang yang sulit diungkapkan. Tiba-tiba, aroma itu berubah menjadi batu berlumut: lembab bak tanah basah, segar namun masih kekanakan. Ajaibnya, lidah tak merasakan licin tak wajar - seolah lumut itu mengering seketika.
Apa makna aroma besi mentah? Ketegasan? Lalu bagaimana dengan batu dan lumut? Chu Youxian dan Chen Qi tertegun gelisah, lalu merasakan hembusan napas semakin tersekat.
Alasan sulit bernapas adalah karena mereka merasa di dada dan perutnya seolah ditempatkan banyak batu. Batu-batu dengan sudut tajam itu menusuk-nusuk hingga membuat orang sangat menderita.
Formasi macam apa ini? Mereka gemetar menoleh ke sumber asal intisari formasi - kereta kuda di seberang kolam. Siapa gerangan di dalam gerbong itu yang begitu perkasa?
