Menangkap gelagat enggan menjawab dari pihak lawan, Yu Cheng pun tahu diri tidak melanjutkan pertanyaan.
Tapi sebagai anak muda, wajar saja id "Lu You" ini...kurang maskulin. "Youyou Luming", seharusnya nama perempuan ya?
Yu Cheng membalas:【Kalau begitu kami tunggu kabar baiknya】
Shi Wang:【ok】
Usai percakapan, Shi Wang sekadar membuka-buka Weibo.
Ia mem-follow akun resmi 《Halo Pasangan》, tweet terbaru adalah video snippet menarik episode spesial "Bulan Madu" Hong Kong.
Saat mencolek tweet, komentar panas berisi banyak stiker bergerak.
Semuanya adalah gambaran si kecil manis yang setiap senyum dan kerut keningnya terekam.
Shi Wang terus mengawasinya, sudut bibirnya tanpa sadar menampakkan senyum lembut alami.
Bocah ini... badannya cuma segini, kok bisa punya ekspresi wajah selengkap ini? Sebetulnya seperti apa dunia batin balita tiga tahun ini ya?
Netizen generasi ini memang kreatif, stiker-stikernya dibuat lucu-lucu sampai Shi Wang tak tahan diam-diam menyimpannya di album foto ponsel.
Meski tak punya kebiasaan mengirim stiker, tapi... tangannya seperti kehilangan kendali menyimpan gambar-gambar itu.
……
Setelah menutup telepon video dengan Kak Wangzai, inilah waktunya si kecil tidur.
"Youyou yang kecil ini sama sekali tidak mengantuk setelah bertemu Bibi Tua, Nenek, dan Bibi Muda hari ini. Kedua matanya yang seperti anggur hitam berkilauan, jelas masih dalam kondisi bersemangat."
Shi Ning memencet telinga kecil Lina Bell pada piyama satu potong anak perempuannya.
Youyou memiliki berbagai macam piyama satu potong. Sejak kemarin mengunjungi Disneyland, ia terus mengenakan model bergambar Lina Bell ini.
"Youyou masih belum ngantuk? Ibu bacakan dongeng sebelum tidur, setuju?"
Si kecil Lina Bell berkata dengan suara kekanakan: "Ingin Ayah dan Ibu bersama-sama membacakan cerita."
"Baik." Jawab Shi Ning meyakinkan sambil tersenyum dan mencium pipi gemuk si kecil.
Ibu dan anak ini bersandar di kepala ranjang besar hotel, sementara Lu Yu juga duduk di sisi lain ranjang. Youyou menggenggam tangan kedua orang tuanya dengan posisi mengapit, wajah mungilnya dipenuhi senyum manis seperti lumeran susu.
Selama tiga hari di Hong Kong, tiga anggota keluarga mereka selalu menginap di sebuah suite eksekutif.
Meskipun di Vila Nomor Satu Shui Xiang, Lu Yu dan Shi Ning masing-masing mempertahankan jarak yang sopan dan santun.
Namun karena datang ke Hong Kong bersama kru program, di mana seluruh personel kru juga menginap di hotel yang sama, keluarga ini secara alami memesan sebuah suite eksekutif yang memiliki dua kamar suite di dalamnya.
Pada malam hari, Lu Yu dengan sadar tidur di kamar suite yang berada di bagian luar.
Tapi pasangan suami-istri yang terpisah selama 10 tahun ini, kecuali dua-tiga hari pertama setelah bertemu, sama sekali tidak merasa canggung meski tinggal di bawah atap yang sama.
Terkadang Lu Yu bahkan merasa bahwa sepuluh tahun ini terasa sangat singkat, berlalu begitu saja dalam sekejap.
Dia dan Shi Ning sebenarnya tidak banyak berubah sejak sepuluh tahun lalu, masih merupakan sosok-sosok yang familiar.
Lu Yu bertanya lembut: "Youyou, malam ini kamu ingin mendengar cerita tipe apa?"
Seiring semakin seringnya Lu Yu membacakan dongeng sebelum tidur untuk Youyou, dia perlahan menyadari bahwa si kecil ini ternyata memiliki imajinasi yang sangat kreatif dan orisinal dalam bidang sastra.
Meski baru berusia tiga tahun lebih, Youyou sudah banyak mendengar berbagai cerita dari dalam maupun luar negeri, sehingga memiliki wawasan yang cukup luas.
Dibandingkan dengan sekadar membacakan cerita secara biasa, Youyou lebih menyukai versi yang telah diadaptasi dan dikembangkan.
Hal ini... justru menimbulkan sedikit kesulitan bagi Lu Yu dan Shi Ning dalam memenuhi permintaannya.
Youyou mengulurkan jari-jemari gemuknya menunjuk buku "Kitab Puisi dengan Anotasi" milik ibunya yang tergeletak di meja ranjang.
Dengan suara kekanak-kanakan yang polos, bocah kecil itu berkata: "Youyou mau dengar cerita dari buku ini! Dulu Ibu pernah ceritakan banyak kisah dari sini, sekarang Youyou mau dengar cerita tentang asal-usul nama Youyou!"
Shi Ning tertegun sejenak, lalu mengambil buku bacaan sebelum tidur yang memang sengaja dia letakkan di sampingnya tadi.
Nama anak perempuan...
Tanpa sadar, pikirannya mulai terbenam dalam perenungan.
Mata besar jernih Youyou penuh dengan keseriusan.
Bocah ini sudah mengenalnya dua karakter Kitab Puisi lho!
Dia sudah pernah mendengar banyak dongeng-dongeng, dua hari ini Ayah Ibu bahkan menggunakan karakter favoritnya dari Disneyland untuk mengarang beberapa cerita pendek sebelum tidur dan menceritakannya padanya.
Youyou kini sangat penasaran dengan buku yang sedang dibaca Ibu sebelum tidur belakangan ini.
Otak kecilnya ingat dengan jelas, saat masih sangat kecil dulu, Ibu pernah sebut-sebut di telinganya bahwa nama Youyou berasal dari 《Kitab Puisi》.
Hanya saja saat itu dia masih terlalu kecil, kenangannya agak samar-samar.
Jari-jari ramping nan cantik Shi Ning membalik perlahan halaman buku. Dia memang seorang pencinta membaca, buku tipe apa pun dibacanya. Bertahun-tahun ini sudah terlalu banyak buku yang dibacanya. Sebelum berangkat pun hanya sekadar basa-basi memasukkan satu buku ke dalam kotak.
Namun... nama Youyou, "Youyou lu ming, shi ye zhi ping" (Youyou, rusa yang bersuara, memakan rerumputan liar).
Dia memang punya sedikit kesan, tapi tidak ingat pasti bagian mana.
Pemahaman Lu Yu tentang 《Kitab Puisi》masih berkutat pada pelajaran Bahasa di masa SMA.
Namun dia cepat mengumpulkan serpihan-serpihan ingatan yang tersisa.
Dia menjulurkan lengan, dengan pelan membalik-balik halaman buku di tangan Shi Ning.
Pasangan suami-istri ini bersama-sama segera menemukan BAB yang berhubungan dengan nama Youyou.
《Kitab Puisi·Xiao Ya·Luming》(Catatan①)
“Youyou luming, shi ye zhi ping. Wo you jiabin, gu se chui sheng.”
Membuka catatan kaki, raut wajah Shi Ning berubah tersadar. Seolah ada takdir yang telah digariskan, dia bisa membayangkan bagaimana di dimensi ruang-waktu lain, keluarga mereka menanti kelahiran anak perempuan kecil dalam suasana bahagia.
Pasti itu gambaran yang... sangat hangat dan indah.
Puisi asli dalam Kitab Puisi ini menggambarkan situasi sekelompok teman yang berkumpul dengan riang gembira ditemani pesta dan minuman.
Dari situ lahir makna budaya tentang kemakmuran, kemewahan, dan status sosial yang terhormat.（②）
Karena mereka telah membentuk keluarga yang mapan dan hangat, kedua pihak menyadari: Jika ada anak perempuan kecil berkulit pualam dengan pipi kemerahan lahir, pasti akan dimanjakan seperti mutiara dan harta karun oleh seluruh keluarga.
Karena merasa dunia lain ini dipenuhi keindahan, setiap pemandangan, pengalaman, dan perjalanan hidup di berbagai tempat semuanya kaya akan makna, maka mereka begitu mengharapkan bisa melahirkan seorang gadis kecil menggemaskan bersama orang yang dicintai.
Memandangnya tumbuh dewasa langkah demi langkah, menggenggam tangannya berjalan pelan melewati berbagai sudut dunia ini, menyerap segala keindahan yang ada.
Rumah tempat Youyou tinggal sebelumnya... pasti penuh kebahagiaan.
Karena itulah Shi Ning memberikannya nama yang sarat harapan dan nuansa puitis ini.
Lu Yu memencet pipi gemuk kenyal Youyou, dengan suara berat yang memikat, perlahan menceritakan sebuah kisah yang telah diadaptasi oleh sang ayah tua ini——
Ia mengubah latar pesta menjadi sebuah keluarga.
"Dulu ada sebuah keluarga kaya raya yang hidup berkecukupan, setiap anggota keluarga memiliki bidang pekerjaan yang disukai. Siang hari mengerjakan tugas yang memberi rasa bangga, malam hari seluruh keluarga berkumpul bersama, menikmati makan malam, mendengarkan lagu, nonton bioskop, bermain permainan menarik...
Kepala keluarga ini adalah sepasang suami-istri paruh baya. Di awal pernikahan mereka telah dikaruniai tiga anak laki-laki. Kini anak-anak itu semakin dewasa, masing-masing memiliki dunia spiritual sendiri tanpa lagi bergantung pada orang tua. Saat pasangan ini mulai merasa kecewa, tiba-tiba datanglah kejutan tak terduga—— sang nyonya rumah melahirkan seorang anak perempuan kecil yang menggemaskan.
Anak perempuan kecil itu rambutnya halus, pipinya gemuk bulat, disukai semua orang. Yang terpenting, sepasang matanya yang indah dan hidup ini persis seperti mata ibunya. Akhirnya, pasangan suami-istri itu memberi nama 'Youyou' pada anak perempuannya. Karakter 'You' sendiri merupakan onomatope yang meniru suara rusa, sekaligus mengandung restu dan kasih sayang tak terbatas dari ayah ibu paruh baya ini kepada si bungsu."
Suara ayah tua yang bercerita semakin berat namun lembut. Saat mengakhiri cerita, hatinya terasa begitu hangat.
Shi Ning juga berkata dengan haru dalam hatinya.
Hanya sang tokoh utama Youyou yang sibuk mengintip, mengedipkan mata besarnya dengan ekspresi bengong.
Si kecil sekarang agak mengerti mengapa cerita ini sudah pernah diceritakan ibu, tapi dia hampir tak ingat.
Karena... dengan tingkat budaya anak dua tiga tahun, memang sulit baginya untuk memahami.
Maka si kecil yang tertegun itu perlahan memejamkan mata, ditemani suara berat dan merdu Ayah, terlelap dalam mimpi.
Shi Ning juga memeluk si kecil yang hangat, berbaring miring sambil memejamkan mata, raut wajahnya memancarkan ketenangan.
Lu Yu mengira ibu dan anak itu sudah tertidur, dengan lembut mengambil buku dari tangan Shi Ning lalu menutupnya dan meletakkannya di meja ranjang.
Dia menyelipkan ujung selimut untuk dua harta karunnya, lalu mengenakan sandal dan melangkah dengan kaki panjangnya kembali ke suite lain dengan hati-hati.
……
Di dalam suite, Lu Yu berdiri membelakangi jendela lantai sambil menyatukan tangan di punggung.
Matanya menatap cahaya senja Pelabuhan Victoria yang memesona, kenangan-kenangan bertahun silam membanjiri pikirannya.
Dia dan Shi Ning sempat meninggalkan banyak kenangan di Hong Kong ketika masih muda dulu.
Bisa dikatakan, andai bukan karena kunjungannya yang kerap ke Hong Kong, mungkin hubungan intim mereka tak akan seerat ini.
Hari ini adalah hari yang sangat cemas dan mengkhawatirkan bagi Lu Yu.
Sebelum Shi Ning bertemu dengan ibu mertua, berbagai kekhawatiran telah menghantuinya.
Dia tidak tahu bagaimana kelanjutan hubungan ibu-anak ini setelah pertemuan, namun hasil yang ada kini jauh lebih baik dari perkiraannya.
Lu Yu bisa merasakan dengan jelas bagaimana hati Shi Ning mulai sedikit demi sedikit terbuka.
Dia tidak lagi menutup diri seperti dulu, banyak pikiran keras kepala yang seolah lenyap tak berbekas.
Mungkin karena dia telah menjadi kuat, atau mungkin karena mereka semua telah menua.
Bagaimanapun juga, perasaannya saat ini sungguh luar biasa bahagia.
Kata-kata tegas Shi Ning yang bagaikan patung perunggu yang membenarkan namanya di depan Shi Zhujun, takkan pernah ia lupakan.
Tapi perasaan bahagia tak berarti kedamaian, saat ini Lu Yu sama sekali tidak tenang.
Bahkan ada sedikit ketegangan yang menggugah.
Ia samar-samar merasakan, setelah perjalanan mengunjungi kembali tempat ini ke Hong Kong, jarak antara dirinya dengan Shi Ning seolah semakin dekat.
Dia bisa mengatakan hal itu di depan ibu mertua, mungkin berarti dia mulai membuka diri untuknya.
Orang yang selama sepuluh tahun terakhir ini, siang malam terus merenung, bolak-balik tak bisa tidur.
Akhirnya kembali ke sisinya.
Lu Yu benar-benar sangat antusias.
Jika terus begini, malam ini mungkin akan mengalami insomnia.
Lu Yu mengeluarkan sebungkus rokok dan korek api, melangkah cepat menuju teras luar.
Sudah lama dia tidak merokok, saat ini hanya ingin menyalakan sebatang, perlahan menghisap beberapa kali.
Namun, Mr. Lu baru saja menyalakan rokok, hati yang berdebar-debar, tangan yang gemetar, filter rokok belum menyentuh bibir.
Segalanya tiba-tiba berhenti.
Karena, Shi Ning tanpa diduga muncul mengenakan jubah biru tua kehijauan.
Di bawah kegelapan malam, rambut keritingnya terurai seperti ombak tertiup angin, raut wajahnya masih sama seperti pertemuan pertama.
Pandangan Shi Ning tertuju pada jari-jarinya yang mencengkeram rokok.
Dia hanya melirik sekilas.
Lu Yu seolah tersetrum, menampakkan ekspresi tegang, tangannya gemetaran buru-buru menghancurkan rokok yang bahkan belum sempat ia hisap sekali pun.
"Tidak merokok lagi, tidak merokok lagi! Aku sudah berhenti, tadi hanya..."
Pria yang mampu berdebat sengit melawan seratus orang di Wall Street, di hadapan istrinya justru berubah seperti anak SD yang ketahuan melakukan perbuatan buruk.
Gugupnya terlihat jelas, meski yang diucapkannya adalah kebenaran, penjelasan ini terasa begitu hambar.
Belum sempat menghisap sekali pun sudah ketahuan oleh istri, sungguh korban utama yang malang.
Shi Ning tidak mengucapkan kata-kata menyalahkan, hanya berkata datar: "Youyou berharap kau bisa berhenti merokok. Meski kau tidak merokok di depan kami sehingga kami tak terkena asap bekas, tapi kondisi kesehatanmu sendiri... tetaplah berhati-hati, bagaimanapun kita sudah berusia."
Meski wajah Lu Yu tampak memerah, dalam hatinya ia begitu bahagia.
Katanya Youyou, padahal jelas-jelas sang istri yang mengkhawatirkan dirinya!
Setuju istriku khawatir dengan kondisi kesehatannya! Makanya tak ingin membiarkannya merokok!
Tak merokok lagi, tak merokok lagi.
Sudah punya istri ngapain masih merokok.
Persis saat Lu Yu tengah larut dalam imajinasinya yang melambung.
Tiba-tiba muncul sesosok si kecil dengan dua telinga kecil warna pink dari balik pintu.
Bocah yang berdandan seperti Lina Bell mini itu mengembungkan pipi, kedua tangan kecil menempel di pinggang, dengan suara galak tapi masih lucu menegur: "Ayah sama sekali tidak patuh! Kan sudah janji sama Youyou mau berhenti merokok, kok diam-diam ngerokok lagi? Ayah jahat!"
Lu Yu linglung seketika, seluruh tubuhnya membeku.
Ini... kok dua orang leluhur besar-kecil ini belum tidur semua?
Jadi tadi pura-pura tidur cuma buat mainin dia???
Shi Ning memperhatikan si kecil yang tampak serius layaknya orang dewasa mini.
Dia tak tahan menahan senyum, sudut bibirnya terkerek sambil diam-diam menanti kelanjutan pertunjukan tanpa ikut campur.
Meski Lu Yu selalu patuh pada perkataannya.
Tapi kata orang, pria biasanya akan diatur menjadi rapi oleh putri mereka.
Kini dengan kehadiran Youyou yang ikut mengatur dia, ini hal yang baik.
Lu Yu buru-buru meletakkan rokok yang belum sempat dihisapnya di asbak, dengan wajah malu ia menyandarkan diri setengah berjongkok sambil mengangkat tangan ke arah si kecil: "Salah salah, Ayah salah. Bayi Youyou jangan marah! Ayah tidak merokok! Dengarkan baik-baik, Ayah baru saja menyalakan pemantik api... Ibu langsung keluar, Ayah berjanji benar-benar akan berhenti merokok, mulai sekarang tidak akan sentuh lagi!"
Youyou melipat kedua lengannya di dada, wajah mungilnya yang DuangDuang dipenuhi ekspresi serius. Dengan suara kekanakan namun penuh wibawa ia berkata: "Hm, kalau Ayah masih diam-diam merokok lagi, Youyou akan memutuskan hubungan dengan Ayah! Nanti Youyou tidak mau akur lagi dengan Ayah! Ibu juga tidak mau akur, hmpf!"
“Ini……” Lu Yu melihat ekspresi tegas si kecil, lalu menoleh melihat wajah istri yang seolah menyetujui.
Makhluk ini, mana mungkin tidak takut?
Takutnya sampai bersujud lima anggota badan!
Akhirnya, Mr. Lu terpaksa menyetujui permintaan Nyonya dan putri kesayangannya, berjanji akan membuat surat pernyataan berjamin hukum untuk berhenti merokok, dengan dua wasit mengawasi.
Akhirnya berhasil menenangkan Youyou.
Shi Ning memencet telinga kecil lucu di topi Youyou, menghibur dengan lembut: “Waktu sudah larut, Youyou tidur dulu ya? Ibu perlu bicara sebentar dengan Ayah, setelah selesai langsung temani Youyou tidur.”
Youyou membuka lebar matanya yang bundar, memutarnya dengan lihai.
Meski awalnya bingung, tak mengerti mengapa percakapan orangtua harus dirahasiakan.
Tapi si kecil yang cerdas ini segera menjadi jelas!
Suara mungilnya memancarkan kegembiraan diam-diam layaknya menggosok-gosokkan tangan: "Ibu mau curhat berdua Ayah ya, hehehe."
Ibu tidak menjawab.
Tapi Youyou yakin sudah pasti!
Ayah Ibu sudah lama tidak punya kebiasaan curhat berdua.
Sebelum perjalanan waktu, Ayah sering mencari berbagai alasan untuk mengeluarkannya dari kamar utama, bilang ada curhat khusus dengan Ibu yang tidak boleh didengar Youyou.
Sejak kecil Youyou sangat manja pada Ibu, bagai ekor kecil yang selalu menempel.
Awalnya dia agak tak rela, sampai masuk TK dan tak sengaja berdiskusi dengan teman sepermainan.
Kata temannya, wajar saja Ayah Ibu saling curhat.
Karena pasangan yang sedang pacaran memang punya banyak rahasia yang hanya bisa dibicarakan berdua, tak ingin didengar orang lain.
Dan jika Ayah Ibu tidak curhat lagi, itu pertanda hubungan mereka tidak baik.
Jadi saat Youyou melihat Ayah Ibu kembali curhat, ia gembira melangkah dengan langkah kecil "Ciiit" langsung kabur ke kamar, berbaring manis di ranjang besar.
……
Di bawah sinar bulan yang tak bertepi, Shi Ning dan Lu Yu saling berhadapan.
Hanya sebuah sorot mata.
Keduanya sudah cukup memahami maksud masing-masing.
Sepuluh tahun, tiga ribu enam ratus lebih hari dan malam.
Seolah ada ribuan kata yang ingin diutarakan.
Namun segalanya seakan tak perlu lagi diungkapkan.
Akhirnya Shi Ning yang pertama berbicara. Di bawah kegelapan malam Pelabuhan Victoria, ia menundukkan kepala ke arah Lu Yu, berkata pelan: "Lu Yu, maaf... selama ini aku tak seharusnya meninggalkanmu sendirian. Dan... terima kasih."
Terima kasih atas toleransimu.
Terima kasih atas perawatanmu pada anak-anak dan keluarga.
Terima kasih atas keteguhan tekadmu yang tak pernah pudar.
Lebih dari itu, terima kasih... telah bersama-sama denganku melahirkan Youyou yang secantik salju musim semi dalam dimensi ruang waktu yang lain.
……
Setelah perlahan pulih, Shi Ning akhirnya berhasil keluar dari kebingungan masa lalu menuju penyembuhan.
Secara bertahap mulai bisa melihat dan melakukan introspeksi objektif terhadap 42 tahun perjalanan hidupnya, termasuk... pernikahan dengan Lu Yu.
Sejak kecil, dia memang bukan orang yang percaya diri.
Lahir dari keluarga miskin, menghadapi ibu yang keras, ayah yang hanya pandai berjudi, mabuk-mabukan, dan membual, hingga akhirnya menelantarkan mereka - ibu dan keempat anak perempuannya.
Membuatnya takdirnya tidak bisa menjadi pribadi yang benar-benar percaya diri dan mencintai diri sendiri.
Melalui interaksi dengan Youyou, hidup berdampingan dan berbagi kehidupan sehari-hari, Shi Ning merasakan kehangatan yang terus dipancarkan Youyou bagai matahari kecil, serta cinta yang begitu penuh dan tanpa syarat.
Barulah dia perlahan tersadar.
Ternyata selama ini dirinya sama sekali tidak pernah memahami cara mencintai diri sendiri.
Karena tak pernah mencintai diri sendiri, tak pernah menghargai dirinya, semua cinta yang diberikannya adalah pengorbanan yang menguras habis jiwa.
Setelah mengalami penekanan eksternal, integritas dirinya benar-benar runtuh.
Saat berpacaran dulu, keduanya lengket seperti perekat, saling memahami.
Lu Yu adalah pria tulus yang agak kikuk.
Dia begitu ingin memberikannya pernikahan megah, membuat seluruh dunia menjadi saksi kebahagiaan mereka.
Tapi dia tak berani.
Meski sikap lahiriahnya adalah "kebahagiaan pribadi tak perlu dipentaskan".
Sebagai aktor dan artis, dia menerima terlalu banyak perhatian yang tak perlu.
Perhatian ini melelahkannya. Dia tak ingin kelelahan ini membebani Lu Yu dan keluarganya, apalagi anak mereka.
Di era lebih dari dua puluh tahun silam, posisi wanita belum setinggi sekarang.
Jumlah wanita dengan kebangkitan kesadaran diri juga relatif sedikit.
Bagi orang luar, pernikahannya lebih dilihat sebagai hiburan gosip belaka.
Selain penggemar setia, publik cenderung mengejek dan menanti-nanti drama hidup artis cantik seperti dia.
Mereka ingin menyaksikan artis yang menikahi keluarga kaya itu menjadi tua dan tak menarik lagi, lalu ditinggalkan.
Ingin melihat istri konglomerat berselingkuh dan dikalahkan oleh selingkuhan.
Atau istri artis yang miskin jadi korban penipuan investasi berkedok filantropi.
Semua hanya penikmat drama kehidupan orang lain. Itulah mengapa Shi Ning memilih merahasiakan pernikahannya.
Sejak memilih Lu Yu, tekadnya tak pernah goyah. Bersama, mereka tak pernah meragukan komitmen ini.
Keduanya menjelajahi dunia berdampingan, perlahan menyatu bagai dua sisi koin yang tak terpisahkan.
Kemesraan ekstrem di awal hubungan sempat mengaburkan rasa inferior yang mengakar dalam dirinya.
Pada dasarnya, perempuan ini tak pernah diajari mencintai diri sendiri, apalagi menerima keberadaannya seutuhnya.
Setelah ayah menelantarkan istri dan anak perempuannya lalu kabur ke Kanada, dia segera memiliki seorang anak laki-laki dengan seorang wanita kaya.
Ibu menyimpulkan kegagalan pernikahannya karena tidak bisa melahirkan anak laki-laki.
Meski kemudian keluarga mereka beranggotakan empat perempuan semua.
Tapi tak pernah ada yang terbuka membicarakan topik terkait perempuan.
Seolah-olah menjadi wanita adalah suatu kehinaan.
Shi Ning waktu kecil juga pernah berharap, andai dia anak laki-laki saja.
Ning Haojun pernah menaruh harapan besar pada anak kedua, sehingga namanya menggabungkan dua marga.
Andai dia anak laki-laki, mungkin ibu tidak akan ditinggalkan.
Meski dalam proses tumbuh dewasa, dia mulai menyadari banyak pola pikir orang tuanya salah.
Tapi ini tak bisa mengubah rasa hina yang menyatu dalam darah dan tulangnya.
Saat anak-anak lain di sekolahnya mengikuti les tambahan berharga selangit, dia bahkan tak mampu membeli nasi kotak.
Anak perempuan lain punya pakaian dan rok baru yang masih baru setiap musim.
Dia dan kakaknya……bahkan tidak punya bra yang pas dengan ukuran dada mereka.
Rasa rendah diri yang terakumulasi bertahun-tahun tidak akan berubah meskipun nanti menjadi terkenal dan menghasilkan uang.
Terutama setelah menetap di Yanjing bersama Lu Yu, memasuki kehidupan keluarga pasca pernikahan.
Shi Ning pertama kalinya membuka wawasan, dia memasuki keluarga besar yang sangat berpendidikan, paham tata krama, dan penuh welas asih.
Suasana seperti ini membuatnya semakin menyadari bahwa kesenjangan antar manusia sejak lahir adalah sesuatu yang abadi.
Lu Yu benar-benar pria yang mendekati kesempurnaan di segala aspek, tanpa kelemahan sama sekali.
Pendidikan yang diterimanya, orang tua yang baik hati dan berpengetahuan luas, membesarkannya dalam lingkungan penuh rasa aman sejak kecil.
Ia tumbuh menjadi pria yang percaya diri tanpa kesombongan, lembut namun tidak merendahkan diri.
Sementara dirinya, penuh kerendahan hati, penakut, suka membandingkan, dan tanpa rasa aman – seolah menjadi satu-satunya noda dalam kehidupan pria itu.
Tapi dulu, Shi Ning tidak pernah mengakui semua ini, secara Adil juga tidak akan menghadapinya secara langsung.
Dia hanya berpura-pura bisa beradaptasi dengan baik terhadap segala perubahan, berpura-pura menjadi sosok yang percaya diri dan kuat.
Sebenarnya berada dalam kondisi gelisah yang ekstrim, berharap bisa melahirkan tiga anak dengan cepat dalam waktu singkat.
Di satu sisi benar-benar menyukai anak-anak, di sisi lain secara Adil merasa semakin banyak anak, hubungan antara mereka berdua akan semakin erat.
Lalu bagaimana setelah ibu memasuki masa menopause, sifatnya semakin canggung, ucapan-ucapannya juga semakin ekstrim, ini memberikannya tekanan besar.
Saat mengandung Xiao Wang, dia mulai sering bermimpi tentang Lu Yu berselingkuh.
Setelah terbangun terjebak dalam kekosongan yang tak kunjung usai, sering menggendong lutut duduk di tepi ranjang terdiam.
Dia mulai menjadi curiga, gelisah.
Begitu Lu Yu keluar rumah, sarafnya langsung menegang. Ia berusaha menguasai dengan baik setiap gerak-gerik suaminya, bahkan kerap menunggu sampai suaminya tertidur pulas baru menyelidiki telepon genggamnya dengan cermat.
Semakin begini, semakin ia merasa hidupnya secara bertahap membuktikan dugaan ibu.
Terjebak dalam pemikiran ini, ia semakin yakin dirinya tak punya kelebihan apa pun kecuali wajah cantik yang kosong. Namun kecantikan hanyalah warisan genetik belaka, sama sekali bukan prestasi.
Ia mulai menjadi sangat sensitif terhadap setiap wanita yang mungkin muncul di sekitar Lu Yu.
Padahal Lu Yu bahkan tak menggunakan sekretaris wanita.
Padahal setiap malam ia memeriksa telepon dan komputer suaminya, semua informasi, email, surat, hanya berhubungan dengan pekerjaan.
Dalam prosesnya terus-menerus memverifikasi apakah Lu Yu mencintainya sepenuh hati, akhirnya ia melahirkan Xiao Wang.
Lu Yu tak pernah marah meski kecurigaan berlebihannya, hanya beberapa kali menghela napas dan berdiskusi. Ia tak terlalu paham mengapa istrinya perlahan berubah menjadi tak mempercayainya.
Apakah ada kelalaian yang dilakukannya selama proses pernikahan.
Setelah melahirkan Xiao Wang, dia sempat mengalami depresi pascapersalinan dan berhenti curiga, hanya fokus merawat Xiao Wang.
Seolah-olah pusat hidupnya telah beralih ke sang anak.
Menyaksikan Xiao Wang tumbuh sehat hari demi hari, pendampingan Lu Yu, serta toleransi keluarga secara bertahap menyembuhkannya.
Meski kadang masih mengalami serangan kecemasan dan ketegangan yang tiba-tiba, saat itu dia mulai menyadari sesuatu.
Dalam pernikahan ini, pihak yang sesungguhnya kehilangan arah adalah dirinya sendiri.
Shi Ning juga mulai mencoba menyesuaikan diri, segala sesuatu mulai berkembang ke arah yang baik.
Tepat sebelum perjalanan dinas Lu Yu, kecemasannya kambuh lagi - dia berharap suaminya bisa tinggal untuk menemani mereka mengunjungi akuarium.
Saat itu, Lu Yu tidak menyetujui permintaannya.
Tak lama kemudian, terjadilah hal itu.
Tiga bulan pencarian tanpa harapan akhirnya membuatnya hampir gila.
Dia takut Xiao Wang kembali terluka, juga merasa dalam kondisinya saat ini, mungkin meninggalkan hubungan pernikahan adalah pilihan yang benar.
Tapi sepuluh tahun kemudian, tepat dalam periode ini setelah dia kembali ke Yanjing.
Seiring perbaikan signifikan kondisi kesehatannya, dia baru perlahan tersadar.
Sekali pun kembali ke lebih dari dua puluh tahun lalu, segalanya terulang kembali, dia tetap akan memilih bersama Lu Yu.
Seperti detik ini, dia mengumpulkan keberanian meminta maaf pada Lu Yu, berdamai total dengan diri masa lalunya.
Hari ini saat ibu meledak di hadapannya, dia juga benar-benar menyadari.
Berapa pun kali diulang, dia tetap akan memihak Lu Yu.
Bedanya, dulu dia cemas, bingung, penuh ujicoba dan keraguan diri.
Kini, dia memandangi Lu Yu dengan ketenangan batin, tanpa sisa ketakutan.
Dia takkan lagi memusingkan penilaian orang luar, bahkan ucapan ibunya sendiri pun takkan lagi menusuknya.
Kekuatan sejati dalam hati seseorang adalah teguh pada penilaian dan pilihan sendiri, tidak goyah oleh kekuatan eksternal apapun.
Kali ini, dia pasti akan berjaga dengan baik keluarganya. Termasuk beberapa anak, Youyou, dan terutama Lu Yu.
Shi Ning tahu kini dia telah memiliki kemampuan untuk mengurus segala hal.
……
Shi Ning menundukkan kepala, matanya perlahan berkaca-kaca.
Akhirnya dia bisa menghadapi diri yang sebenarnya, menggunakan kondisi nyata untuk berhadapan dengan Lu Yu.
Ini juga pertama kalinya sejak pulang ke China, dia bisa meneteskan air mata secara alami di hadapan Lu Yu.
Dia tidak yakin bagaimana sebenarnya Lu Yu memandang permintaan maaf yang tertunda sepuluh tahun ini.
Namun Lu Yu, setelah mendengar ucapannya, tanpa keraguan sedikitpun membuka lengan dan memeluknya erat.
Pelukan hangat dan tolerannya membuat hati Shi Ning semakin tenang.
"Tidak, Ningning, bukan salahmu. Ini kesalahanku, akulah yang tidak melakukannya dengan baik.
Kau sakit, ini sama sekali bukan salahmu. Sedangkan aku, kalau saat itu... Aku tidak pergi dinas ke negara R saja.”
Lu Yu tidak pernah menganggap istrinya bersalah.
Dia memang pernah mengalami penyesalan yang sangat kompleks.
Saat itu, Shi Ning mengalami serangan kecemasan dan tiba-tiba menyatakan tak ingin dia pergi dinas.
Rapat waktu itu dihadiri bersama oleh ketua-ketua kamar dagang besar di kawasan Asia-Pasifik, membahas hal penting tentang perkembangan bisnis regional.
Lu Yu sudah mendengarkan perkataan istrinya selama setengah abad.
Apa yang dilarang Shi Ning, dia benar-benar tidak akan lakukan tanpa peduli benar atau salah.
Karena selama Shi Ning tidak bahagia, dia akan menganggap dirinya yang salah.
Tapi hanya pada saat itu, entah mengapa.
Mungkin karena dia menghadapi kekambuhan kondisi Shi Ning yang membuat hatinya sedikit lelah, ditambah saran dokter yang dikonsultasinya: Pasien depresi pascapersalinan membutuhkan kesabaran dan toleransi keluarga yang cukup, tapi juga tidak bisa selalu dimanjakan, bagaimanapun hidup harus terus berjalan.
“Lu Yu memang memiliki pemikiran seperti ini, sehingga tidak mematuhi.”
Dia merasa hidup harus berlanjut, apalagi rapat hanya lima hari. Bahkan dia memadatkan jam kerjanya, tidak tidur di malam hari, menyelesaikan pekerjaannya dalam tiga hari. Pada malam hari ketiga, dia sudah buru-buru kembali ke Yanjing lebih awal.
Tapi, Xiao Wang justru menghilang.
……
Lu Yu erat memeluk Shi Ning, telapak tangannya dengan sangat lembut membelai punggungnya berulang kali.
Sebagai penenang tanpa suara.
Juga sebagai bentuk perdamaian di antara mereka.
Suara Lu Yu terdalam namun lembut, dia berkata:
“Kali ini, kita sekeluarga akan baik-baik bersama, tidak akan pernah berpisah lagi selamanya.”
Shi Ning mengangguk dalam diam.
Mungkin karena Youyou setiap hari tanpa lelah berkata di hadapannya: Youyou mencintaimu, Ibu.
Shi Ning seolah bisa melalui Youyou, perlahan merekonstruksi sosok dirinya sendiri yang dulu hidup bersama Youyou.
Pasti cukup cinta pada diri sendiri, dan kepercayaan diri sebagai wanita, yang membuat cinta ibu menjadi cinta terkuat di dunia ini.
Cinta ibu yang kuat dan penuh percaya diri ini membuat Youyou tumbuh menjadi matahari kecil yang hangat.
Youyou-lah yang membuatnya benar-benar belajar mencintai, memahami bahwa seseorang harus berani mencintai diri sendiri dulu, baru memiliki kekuatan cukup untuk mencintai orang lain.
Youyou-lah yang membantunya mengatasi segala rasa sakit, termasuk penyakit psikologis yang tak kunjung sembuh.
Mulai sekarang, ia akan membawa kekuatan ini untuk menjadi ibu yang kuat dan percaya diri.
Melindungi seluruh anggota keluarga besar ini.
……
Ia membuka lengan, dengan refleks cepat merangkul Lu Yu.
Benar, seharusnya mereka adalah keluarga yang saling menyayangi.
Youyou, adalah anugerah takdir yang mempertemukan mereka kembali.
Shi Ning dipenuhi rasa syukur.
Kali ini, kecuali kematian, tak ada satu pun yang bisa memisahkan mereka lagi.
Lu Yu yang bertubuh tinggi menunduk, mencium ubun-ubun sang istri.
“Ningning, waktu kita tidak banyak untuk dibuang-buang.”
……
Si kecil yang tidur nyenyak sepanjang malam sama sekali tidak tahu percakapan rahasia apa yang dibicarakan Ayah Ibu di tengah malam.
Dia hanya tahu, saat membuka mata di pagi hari, melihat Ayah Ibu ternyata mengapitnya di kiri-kanan ranjang.
Mereka tidak hanya tidur di ranjang besar yang sama di hotel, tapi juga bergandengan tangan.
Lengan yang saling terkait itu membentuk lingkaran mengitari tubuh mungilnya di tengah.
Akhirnya bukan lagi dia yang memaksakan tangan Ayah Ibu untuk bersatu.
Sekarang Ayah Ibu-lah yang diam-diam bergandengan saat dia terlelap!
Pipi merah muda si kecil merekah dalam senyum bahagia yang tak terbendung.
Dia mengerutkan bibir mencium pipi Ibu, lalu beralih ke pipi Ayah.
Setelah puas berciuman, si kecil kembali merebahkan diri.
Dia menggesek-gesekkan wajah ke ibu Lijia yang sedang tidur nyenyak, lalu menggesek-gesekkan wajah ke ayah bodoh yang seolah terus tersenyum dalam mimpi.
Ayah... benar-benar mirip anjing besar yang kekikukannya.
Si kecil berpikir dengan perasaan puas: Aduh, Youyou akhirnya kembali menjadi bayi paling bahagia di seluruh dunia.
