Mentari senja perlahan terbenam, Yu Wei sudah pulang lebih awal ke asrama.
Di rumah panjang itu terdapat sepuluh tempat tidur, kini semuanya kosong, hanya tinggal dirinya seorang.
Atmosfer Sekte Xuan Tian Xianzong sangat disiplin, hampir semua anggota menjalani latihan keras. Murid-murid luar yang telah menyelesaikan tugas ronda sedang berlatih dan belajar, jika tidak ada kelas mereka akan menambah jam latihan sendiri, kebanyakan murid baru pulang beristirahat saat bulan sudah tinggi.
Yu Wei berbeda, kecuali kelas besar tiga hari sekali dan pekerjaan harian yang merupakan persyaratan wajib tidak boleh absen, semua aktivitas lain yang bisa dihindari tidak pernah diikutinya.
Hanya kucing kecil penghibur tanpa ambisi yang pulang ke asrama sepagi ini, Ning Suyi kadang juga pulang larut seperti hari ini.
Tempat tidur Yu Wei berada di bagian paling dalam kamar, yang dekat dinding.
Dia melepas jubah luar seragam murid, berbaring nyaman di dalam selimut, lalu meraih sebuah buku cerita dari lapisan dalam kasur. Buku ini sengaja dibelikan Ning Suyi agar dia lebih mengenal dunia kultivasi.
Yu Wei hampir tidak punya pengetahuan tentang dunia kultivasi. Sebelum masuk Sekte Xuantian, dia selalu berkeliaran di beberapa kampung perbatasan dunia manusia. Wujud manusianya jauh lebih rentan dibanding bentuk kucing, dan makannya juga lebih banyak, jadi dulu dia selalu mempertahankan bentuk kucing, hanya sesekali berubah jadi manusia.
Kampung-kampung di perbatasan biasanya sangat miskin, apalagi itu adalah perbatasan antara dunia manusia dan iblis. Tapi saat menjadi kucing, dia bisa berburu hewan kecil. Hidup santai tanpa tujuan ternyata juga cukup menyenangkan.
Sampai suatu hari, beberapa kultivator iblis menyerbu kampung. Segalanya berantakan. Gadis yang berubah kembali menjadi manusia bersembunyi di tempat gelap, bola mata jernih bagai kristalnya menyaksikan semua ini.
Bangsa iblis memakan manusia, dia tidak takut. Murid Xuantian yang datang membunuh para kultivator iblis, dia juga tidak bereaksi apa-apa.
Saat murid yang memimpin tim mendekat berdasarkan reaksi Batu Pengukur Tulang yang dipakainya, yang terlihat adalah seorang gadis berkulit pucat bagai salju dengan rambut hitam legam bersembunyi di sudut halaman rumah salah satu warga. Sorot matanya yang polos bagai kertas putih memantulkan desa berdarah, tak selaras dengan segala kekacauan di sekitarnya.
Batu Pengukur Tulang adalah senjata pamungkas Xuantian, biasanya dipakai oleh murid yang memimpin tim. Ketika bertemu manusia biasa yang memiliki Tulang Dasar, batu ini akan bereaksi. Murid yang bertugas di dunia manusia akan membawa bibit yang diakui batu ini kembali ke sekte.
Kebetulan yang terjadi, rombongan murid Xuantian yang ditemui Yu Wei bukanlah tim biasa. Mereka adalah tim elite yang dipimpin Shixiong Song Xueshen dari Gerbang Pedang. Baru saja kembali dari misi di dunia iblis, secara tak sengaja menyelamatkan sebuah desa dan menemukannya.
Saat itu Yu Wei sangat lapar. Song Xueshen yang memimpin rombongan memberinya makanan enak. Itu pertama kalinya dia mencicipi masakan cultivator kuliner yang mengandung efek nutrisi lembut. Bagi kucing iblis yang biasa makan daging mentah, rasanya seperti surga. Tanpa ragu, dia langsung pergi bersama mereka.
Sepanjang perjalanan, murid-murid itu merawatnya dengan sangat baik. Yu Wei tidak tahu bahwa Batu Penguji Tulang di pinggang Song Xueshen memancarkan cahaya putih menyilaukan saat mendeteksinya - ini kejadian langka yang hanya terjadi saat menemukan bakat luar biasa sekali dalam ribuan tahun.
Para murid mengira mereka menemukan bakat dengan tulang dasar jenius. Tapi setelah mengawalnya dengan antusias ke sekte, baru mereka sadar Yu Wei bukan hanya bukan jenius, malah memiliki darah iblis!
Awalnya mereka mengira kecantikan dan keluguan Yu Wei adalah ciri khas dewi, sehingga membuatnya berbeda dan tak pernah menyentuh urusan duniawi.
Setelah mengetahui keturunan silumannya, kecantikannya seolah berubah menjadi menggoda dan membawa sial, menandakan dia adalah penyihir wanita yang ingin menyakiti orang lain, membuat orang ingin segera membunuhnya.
Gadis itu tidak tahu, dirinya telah berputar beberapa kali di depan pintu gerbang neraka.
Andai saja tidak ada peraturan sekte yang menyatakan siapa pun yang dibawa kembali dengan persetujuan Batu Penguji Tulang—asalkan tidak memiliki cacat moral—adalah murid Xuantian, serta keputusan final murid utama Pedang Song Xueshen yang mempertahankannya, mungkin nyawa Yu Wei benar-benar terancam.
Singkatnya, Yu Wei memasuki Gunung Jiu di antara dua belas puncak sektor luar, menjadi murid luar yang biasa-biasa saja.
Kemudian dia menyadari makanan di kantin sektor luar sangat tidak enak! Berbeda jauh seperti langit dan bumi dibandingkan hidangan lezat yang memikatnya selama perjalanan.
——Merasa tertipu.
Setelah beberapa waktu berlalu, dia mengenal Ning Suyi. Sejak itu, otak gadis itu mulai berpikir, perutnya terisi makanan enak, tangannya memegih buku cerita untuk dibaca, saat lelah ada kecantikan yang bisa ditempel. Segalanya membuat si kucing kecil penghibur sangat puas.
Ning Suyi segera menyadari bahwa Yu Wei sama sekali tidak familiar dengan dunia manusia maupun dunia kultivasi dewa. Dia samar-samar merasakan Yu Wei bagai kertas putih yang masih baru—belum melakukan kontak dengan tatanan manusia, bahkan tak benar-benar memahami pembedaan baik dan jahat dalam makna universal.
Yu Wei seperti anak penasaran yang bersih. Mau dibentuk menjadi pembela kebaikan atau kejahatan, seolah segalanya hanya bergantung pada kehendak kucing kecil penghibur itu.
Apa pun yang membuat gadis itu penasaran dan dipelajarinya, itulah yang akan menjadi dirinya.
Dia memiliki kemungkinan tak terbatas.
Ning Suyi merasa tanggung jawabnya besar. Ia tak hanya harus memberi makan kucing kecil yang rakus dan pilih-pilih, tapi juga mengajarinya berperilaku layaknya manusia, termasuk larangan untuk mengganggu hewan kecil, memakan daging mentah, dan berubah kembali menjadi kucing di hadapan orang lain.
Setelah satu tahun pelatihan sosialisasi, Yu Wei kini sudah sangat mirip manusia. Ning Suyi lalu memilah dengan teliti beberapa buku cerita tanpa alur percintaan atau adegan berdarah, kebanyakan berisi catatan perjalanan edukatif untuk anak-anak dunia kultivasi dan kisah unit menarik dengan protagonis dari sekte ortodox.
Buku-buku anak seperti ini ditulis dengan gaya sangat sederhana. Orang dewasa mungkin menganggap alur dan bahasanya terlalu polos dan kekanakan, tapi tepat untuk siluman kucing yang belum memiliki wawasan apa pun.
Yu Wei mengambil buku itu dan mulai membalik-balik halaman dengan asyik.
Dia baru membaca sebentar sudah merasa tidak nyaman, ranjang murid-murid terlalu keras. Untuk melatih gaya hidup pantang menyerah, para pelatih tidak memperbolehkan murid menambah tebal tempat tidur sesuka hati. Urusan domestik murid luar memiliki persyaratan seragam.
Selimutnya sendiri ditambah selimut Ning Suyi yang diletakkan di bawah tubuh sedikit meringankan. Tapi tanpa penutup badan, Yu Wei merasa kurang aman saat membaca.
Matanya melirik ke sekeliling, memastikan tak ada orang. Dengan blak-blakan ia menyelimuti badan, lalu menampakkan ekor putihnya dari dalam selimut.
Ekor kucing kecil penghibur hari ini sudah dijemur matahari, disisir hingga lembut dan mengembang. Kini dalam dekapan terasa penuh rasa aman dan aroma sinar mentari, sungguh nyaman tiada tara.
Baru setahun belajar huruf, kemajuan pesatnya juga berkat cerita-cerita. Hanya saja saat membaca, ia lebih lambat dibanding yang lain.
Sesaat setelah menyelesaikan satu cerita, di luar hari sudah gelap.
Yu Wei meletakkan buku. Memanfaatkan kesempatan belum ada yang kembali, ia menyelinap ke dalam selimut dan mulai menyisir ekornya yang kusut akibat tertindih.
Menyisir bulu bagi kucing bagaikan pijat jiwa. Gadis itu terlalu asyik merapikan ekornya hingga terdengar suara pintu berderak, membuatnya buru-buru menyembunyikan ekor.
Dua Murid perempuan yang baru masuk asrama pun menyaksikan gundukan kecil seperti bukit di sudut tempat tidur. Tepi selimut perlahan terangkat membuka celah, memperlihatkan sorot mata jernih sang gadis yang sedang mengintip diam-diam.
Begitu pandangannya bertemu dengan Murid perempuan, Yu Wei yang licik seperti kucing itu langsung menjatuhkan ujung selimut dengan wajah penuh rasa bersalah.
Dari balik selimut, ia mengamati sekeliling ruangan. Setelah yakin tidak ada bulu yang rontok, barulah ia berpura-pura santai bangkit duduk. Rambutnya yang berantakan akibat gesekan selimut terlihat seperti tanduk kecil di kepalanya.
Tang Qianxin dan Tao Wenwen yang menyaksikan seluruh kejadian: ……
Sial, imut sekali.
Dengar-dengar wujud asli Yu Wei adalah kucing, mengapa rasanya malah lebih menggemaskan!
Aku... aku ingin sekali meraba wujud aslinya, apa bedanya kucing siluman dengan kucing sungguhan ya?
Sebenarnya mereka berdua sudah lama ngiler pada Yu Wei, tapi Ning Suyi melindunginya dengan tersembunyi rapat bak wali kakak, membuat Tang Qianxin dan Tao Wenwen tak punya kesempatan mengutarakan keinginan.
Kewaspadaan Ning Suyi memang tepat, bagaimanapun murid Sekte Xuantian mustahil punya niat baik berlebihan pada Yu Wei.
Pertama karena darah silumannnya, kedua karena sifat pemalasnya - dua hal yang tak selaras dengan Xuantian. Ditambah rumor yang semakin berlebihan, membuat banyak murid membencinya.
Tapi hati manusia terbuat dari daging. Di asrama sepuluh orang ini, sebenarnya lebih dari separuh murid perlahan mengubah sikap dalam setahun terakhir.
Andaikan mereka tak mengenal Yu Wei, tentu bisa saja membenci murid asing yang mencoreng ambang pintu keluarga ini.
Sudah lama tinggal satu atap dengan Yu Wei, para gadis akhirnya menyadari bahwa ini hanyalah seorang gadis kecil yang polos bagai kertas putih—sama sekali tidak seperti gambaran buruk dalam gosip seputar sekte.
Tentu saja, sedikit pemalas memang, tapi bukankah anak kucing juga butuh tumbuh besar? Apa salahnya malas sedikit? ——Pernyataan para wanita kultivator yang standar ganda.
Yu Wei memiliki kulit bak pualam yang memesona, namun wajahnya masih memancarkan kenaifan khas anak kecil. Ekspresi polos dan jujurnya yang terus terpancar justru membuatnya terlihat lebih muda dari usia sebenarnya.
Kemurniannya yang memancar ini memicu naluri protektif alami dari para wanita di asrama.
Sayangnya, posisi pelindung itu sudah ditempati Ning Suyi. Andaikan tidak, mereka pun ingin menjalin persahabatan dengannya...
Hari ini Ning Suyi belum kembali. Di dalam kamar hanya ada Tang Qianxin, Tao Wenwen, dan Yu Wei.
Kedua gadis itu saling bertukar pandang penuh makna. Gatal ingin mendekat, tapi ragu karena bayang-bayang Ning Suyi yang ditakuti.
Meskipun Ning Suyi sehari-hari bersikap rendah hati dan lembut, entah karena latar belakangnya sebagai nonaku keluarga bangsawan, dia memiliki aura penguasaan situasi yang seolah punya semua waktu di dunia. Cara kerjanya yang cepat dan efisien membuat orang lain segan sekaligus menjaga jarak.
Tapi momen ini terlalu menggoda. Dari mereka berdua, Tang Qianxin lebih berani. Terbawa perasaan, dia langsung mendekati Yu Wei.
Tempat tidurnya tidak berada di bagian dalam. Melihat Tang Qianxin mendekat, pandangan Yu Wei penuh kebingungan dan rasa penasaran, tanpa sedikit pun kesan waspada atau ketidaksukaan.
Tang Qianxin sampai di hadapannya. Dengan cepat dia melirik ke arah pintu - seolah khawatir Ning Suyi tiba-tiba kembali - baru kemudian menatap gadis itu.
"Xiao Wei, bolehkah aku memanggilmu begitu?" Suara Tang Qianxin terdengar tegang. "A...apakah kita bisa berteman?"
Tiba-tiba dia teringat sesuatu. Tangannya langsung meraba-raba di dalam dekapan bajunya. Kesempatan ini datang terlalu mendadak. Tang Qianxin sama sekali tidak menyiapkan camilan, membuatnya sedikit kesal.
Pada saat itu, sehelai tangan ramping berwarna putih menjulur ke depan, di telapak tangan masih terdapat sepotong ikan kering kecil.
Tang Qianxin menunduk, langsung berhadapan dengan sorot mata kucing jernih sang gadis.
"Apakah kamu lapar?" kata Yu Wei. "Ini untukmu."
Tang Qianxin kali ini benar-benar gagap: "Te-terima kasih!"
——Tolong! Dia baru saja disuapi kucing!
Catatan Penulis:
Beberapa bakat rasial kucing yang memikat puluhan ribu orang ()
·
Sebelum naskah cadangan habis, setiap hari update jam enam sore OwO-3- Kalau suatu hari update-ku kacau, berarti mulai mengumbar diri tanpa persiapan (
