Ternyata seperti kata Yu Chengyan, begitu bertemu Xie Jianbai, segalanya langsung jelas.
Fakta lebih kuat daripada argumen, kecuali ini lelucon yang sangat tidak lucu: Yu Chengyan menghabiskan setengah tahun lebih untuk memenangkan kepercayaannya, hanya demi menipunya di momen ini; selain itu, orang yang jeli pasti bisa melihat hubungan ketiganya.
Karena terlalu panik dan terkejut, Ning Suyi sampai seperti mesin yang hang.
Dia tak tahu harus lebih terkejut pada hal mana: bahwa Yu Chengyan benar-benar anak Yu Wei, atau fakta melintasi waktu dari masa depan yang lebih tidak masuk akal; atau bahwa orang yang membawa kabur Yu Wei ternyata adalah leluhur mereka, Jianzun Xie Jianbai yang disembah dan dihormati seluruh dunia kultivasi selama sepuluh ribu tahun—semuanya semakin sulit dipercaya.
Matanya mengawasi Xie Jianbai, berusaha menemukan celah untuk menyangkal segalanya. Tapi tak ada yang patut dipertanyakan—Ning Suyi tak tahu seperti apa sosok Jianzun seharusnya, tapi pria di hadapannya memang memiliki sikap yang luar biasa. Sikap dingin dan datarnya sebelumnya seolah bisa dijelaskan.
"Aku... aku tak percaya." Ning Suyi berbicara dengan suara berat. "Ini sama sekali tak mungkin."
Xie Jianbai menyapu pandangannya pada raut wajah Ning Suyi. Ia menatap Yu Chengyan, berkata dengan tenang, "Kau sudah memberitahunya."
Yu Chengyan mengangguk.
Diam-diam dia memberi kode mata pada Ning Suyi, ekspresi terkejut di wajah Ning Suyi terlihat sangat mencurigakan. Jika terus begini, sekalipun ibunya mudah dibohongi, pasti akan mulai curiga kan?
Ternyata, Yu Wei bertanya dengan bingung, "Kalian sebenarnya sedang membicarakan apa sih?"
Ning Suyi menoleh, menatap Yu Wei, lalu berkata dengan susah payah, "Xiao Wei, kamu tahu dia ini Xie Jian..."
"Batuk-batuk!"
Yu Chengyan segera batuk dua kali, menghentikan ucapan Ning Suyi.
Rasionalitas Ning Suyi yang sempat hilang akibat keterkejutan akhirnya kembali. Dia terdiam sejenak, tak tahu harus berkata apa.
Meski ucapannya terhenti, kucing kecil penghibur dengan pendengaran tajam itu tetap mendengar.
"A'ning, tadi kamu bilang Xie Jianbai?" Yu Wei bertanya kebingungan.
Begitu kata-katanya meluncur, kelopak mata Yu Chengyan langsung berkedut. Bahkan Xie Jianbai pun sedikit menoleh, memandangnya.
“Dia Xie Qing, walau sama-sama bermarga Xie, tapi namanya bukan Xie Jianbai.” Yu Wei mengira Ning Suyi salah sebut, setelah memperkenalkan 'Xie Qing', dia masih bersemangat mengatakan, “Lihat, apakah mereka berdua terlihat sangat mirip? Benar-benar menarik.”
Ekspresi Ning Suyi tampak serba salah.
“Memang... mirip.” Katanya dengan terpaksa.
Yu Wei mendekat, dia menarik lengan Xie Jianbai, dengan antusias mempromosikan, “Xie Qing orangnya baik, kalian jangan membencinya lagi. Meski dia juga bermarga Xie, tapi dia jauh lebih menggemaskan dibanding Xie Jianbai, sungguh, kalian sering-sering berinteraksi pasti akan paham.”
Setelah mengucapkan kalimat itu, Yu Wei merasa suasana di sekitarnya tiba-tiba hening.
Ning Suyi tampak ingin berkata-kata namun mengurungkannya, di sampingnya Yu Chengyan mengangkat tangan seolah ingin mencegah sesuatu, tapi akhirnya menghela napas dan menekan dahinya sendiri.
Yu Wei: ?
“Xie Jianbai... tidak menggemaskan?” Suara berat pria di sebelahnya terdengar.
“Benar, aku tidak menyukainya.” Membicarakan hal ini, Yu Wei langsung bersemangat.
Ia menjelaskan secara detail bagaimana kucing kecil merdeka ini 'disiksa' dalam sekte tersebut. Sejak awal ia sudah merasa Xuantian Xianzong yang kaku seperti tulang besi dan otot baja sangat mencekam. Jika bukan karena perawatan Ning Suyi, lingkungan tegang seperti ini pasti membuat si kucing gelisah.
Di sekte yang sudah tidak disukainya ini, mulai dari Pemimpin hingga sesepuh dan murid, setiap hari terus menyebut-nyebut Jianzun mereka.
Yu Wei mendengar nama Xie Jianbai sampai telinganya kapalan. Tidak heran ia mengaitkan Xie Jianbai dengan Xuantian Xianzong secara terikat erat, sehingga ikut tidak menyukainya.
“...Belum lagi saat upacara kemarin, langit masih gelap kami sudah harus memanjat ke puncak gunung, terus membungkuk-bungkuk hanya untuk berziarah mengucapkan terima kasih padanya.” Yu Wei menggerutu, “Ngapain aku harus berterima kasih? Urusan apa lagi ini menyangkutku? Bikin aku kelelahan waktu itu.”
Seiring dengan ceritanya yang penuh ekspresi, wajah Yu Chengyan dan Ning Suyi berganti-ganti antara pucat dan merah.
Keduanya memandangnya, lalu melihat Xie Jianbai di samping, kemudian kembali ke dia, lalu ke Xie Jianbai lagi, pelipis mereka berdenyut-denyut.
Sebenarnya pada detik ini, mereka secara serentak merasa lega.
Karakter Xie Jianbai sangat mirip dengan Xuantian Xianzong. Karena dia tidak menyukai sekte itu, kesan terhadap Jianzun yang belum pernah ditemui ini juga tidak baik. Rasanya mustahil akan muncul percikan api cinta.
Hanya saja, membicarakan keburukan orang di depan sosok aslinya sendiri... tetap agak... Jika Xie Jianbai benar-benar marah, ini akan sangat merugikan Yu Wei.
Yu Chengyan membersihkan tenggorokannya, berbisik untuk melunakkan situasi, "Sebenarnya penilaianmu agak gegabah. Di banyak aspek, dia sebenarnya sudah melakukan... cukup baik."
Tidak pernah terbayang dalam mimpinya bahwa suatu hari dia akan membela Xie Jianbai.
Tapi apa lagi yang bisa dia lakukan, meski tak ingin orang tuanya menjadi pasangan suami-istri, dia sama sekali tidak berharap mereka jadi musuh! Saat Yu Wei membicarakan keburukan, Yu Chengyan hanya bisa berusaha meluruskannya.
Yu Wei tidak terima bertanya, "Contohnya apa?"
Yu Chengyan ragu sejenak, lalu berkata, "Dulu dunia kultivasi sama kacaunya dengan dimensi iblis dan demon. Cultivator selalu saling membunuh demi keuntungan kecil. Xie Jianbai-lah yang merestrukturisasi dunia kultivasi, meredakan perseteruan antara Gerbang Immortal dan keluarga bangsawan, mendirikan Aliansi Tianmeng dan Aliansi Keluarga Bangsawan, sehingga tercipta kesadaran untuk mempertahankan perdamaian internal. Berbagai aliran saling berlomba dengan keunggulannya masing-masing, hingga terwujud ketentraman seperti sekarang."
"Ada beberapa hal lain, seperti menyusun kembali dasar-dasar ilmu pedang kultivasi, menghentikan Pertempuran Besar Antar Dimensi sepuluh ribu tahun lalu, menyelamatkan nyawa jutaan orang," lanjut Yu Chengyan. "Setelah penerbangan ke surga, dia menjadi Tianzun yang membersihkan kahyangan dengan tangan besi."
Dewa-dewi di Surga kebanyakan baik hati, namun tidak sepenuhnya bercahaya. Adanya karakter dasar manusiawi akan membawa keinginan pribadi, serta berbagai macam hubungan.
Misalnya seorang dewa yang baik, bekerja keras dan tekun, tapi hewan peliharaannya melakukan kesalahan di dunia manusia. Akhirnya cukup menepuk pantat kembali ke kahyangan, biasanya tanpa konsekuensi. Contoh pelanggaran seperti ini yang tidak melanggar batas toleransi kahyangan, pihak berwenang biasanya memejamkan sebelah mata, menghardik beberapa patah kata lalu menyuruh sang dewa membawa pulang untuk ditangani.
Kewajiban Tianzun adalah menjaga keseimbangan dan perdamaian enam alam semesta secara luas. Surga termasuk alam yang paling menghemat hati, kecuali urusan penting, Tianzun jarang ikut campur dalam hal-hal remeh seperti ini.
Apalagi, hubungan baik antar dewa sudah terjalin puluhan ribu tahun. Ketika menghadapi hal yang tidak menyentuh kepentingan kahyangan, sangat jarang yang memperdebatkan detailnya.
Hasilnya——Kahyangan menyambut kedatangan Xie Jianbai.
Ia melakukan cultivasi Jalan Pembunuhan hingga mencapai penerbangan ke surga, dengan aura mengerikan yang terlalu pekat dan usia yang masih muda, belum terampil seperti sekarang dalam menekannya. Setelah berdiskusi, tiga Tianzun lainnya memutuskan untuk menyerahkan tanggung jawab hukum kepada Xie Jianbai sementara waktu.
Untuk menguasai sistem hukum, seseorang harus benar-benar memahami dengan membaca catatan arsip dalam jumlah besar. Setidaknya butuh beberapa tahun untuk mempelajarinya. Tianzun lain berharap cara ini bisa membuat Xie Jianbau perlahan meredam aura ancaman yang terpengaruh oleh gempuran perang di dunia manusia.
Hasilnya, Xie Jianbai tidak hanya menghabiskan semua aturan kahyangan, tapi juga memeriksa seluruh catatan hukuman selama sepuluh ribu tahun terakhir. Sesuai prosedur, ia mengungkap satu per satu pelarian hukum - terutama dewa-dewa yang menyalahgunakan wewenang dengan memejamkan sebelah mata - semuanya diberi sanksi.
Ketika Xie Jianbai menyelesaikan masa 20 tahun tanggung jawabnya di bidang hukum dan mundur ke balik layar seperti Tianzun lainnya, reputasi buruknya sudah tersebar luas di seluruh Surga. Para dewa gemetar ketakutan hanya dengan mendengar namanya.
Hanya saja, sejak itu para dewa di Surga menjadi lebih jujur, terutama yang memiliki posisi jabatan, hampir semuanya setia pada tugas, tak berani lagi bertindak semaunya seperti pendahulu mereka. Bagaimanapun——siapa yang ingin melihat Xie Tianzun untuk kedua kalinya!
Hal ini terjadi sepuluh ribu tahun lalu. Alasan Yu Chengyan mengetahuinya adalah karena Xiao Lang pernah berkata dengan haru tentang kejadian ini padanya.
Sebenarnya ketiga Tianzun juga menyadari ada sedikit cacat di Surga, hanya saja setelah menjadi dewa terlalu lama, mereka tak lagi memahami penderitaan dunia manusia. Setelah menjadi Tianzun cukup lama, mereka bisa melihat bahwa bahkan nyawa segala makhluk adalah bagian dari siklus enam alam semesta. Berdiri di sudut makroskopis seperti ini, wajar jika menjadi tumpul terhadap keberadaan dan perilaku individu.
Xie Jianbai bagai orang asing yang penuh pengaruh menyerbu masuk ke Surga, sambil membuat kerusakan, sambil membentuk kembali segalanya.
Yu Chengyan bisa merasakan nada kagum dalam perkataan Xiao Lang. Meski Xie Jianbai lebih ditakuti para dewa, Xiao Lang tetap iri pada tekad membunuh yang tegas dan sifat liarnya yang tak kenal kompromi.
……Semua cultivator pedang pasti ingin menjadi seperti itu.
Pikiran Yu Chengyan melayang, saat sadar kembali, ketiga orang di sekitarnya sedang menatapnya.
"Ada apa?" tanyanya.
"Penilaianmu terhadap... Jianzun cukup tinggi," ujar Ning Suyi.
"Tinggi apanya? Aku cuma bicara fakta." Wajah Yu Chengyan langsung berubah seketika, nada bicaranya semakin tegas. "Aku juga membencinya."
Usai berkata, matanya tak sengaja mencuri pandang ke Xie Jianbai.
Wajah dingin bagai gunung es Xie Jianbai tetap tak berubah. Baik kebencian Yu Wei maupun upaya rekonsiliasi Yu Chengyan, seolah tak tersentuh hatinya.
“Waktu sudah larut, saya akan kembali.” kata Xie Jianbai.
Dalam kehidupan sebelumnya di Sekte, Xie Jianbai memang selalu bersikap pendiam dengan gerak-gerik tak terduga. Kecuali saat siang hari harus membantu Yu Wei berlatih, setiap kali pergi tak pernah terlihat berat hati.
Namun setelah periode interaksi ini, Yu Wei merasa tak terbiasa dengan sikap dinginnya yang tiba-tiba. Mengingat misi penyamaran Daye mereka, ia terpaksa berpura-pura tak punya pendapat.
“Kalau begitu istirahatlah lebih awal, sampai jumpa besok ya.” ujarnya dengan berat hati.
Xie Jianbai mengangguk halus, lalu pergi.
Yu Wei makan bersama Yu Chengyan dan Ning Suyi. Jelas terlihat Ning Suyi yang terkejut dengan kejadian hari ini tak bisa menikmati kebahagiaan reuni mereka, hanya ingin mengalihkan perhatian Yu Wei yang masih tertipu agar bisa bertanya lebih banyak pada Yu Chengyan secara diam-diam.
Kebetulan, Yu Wei juga ingin menghubungi Xie Jianbai. Meski tak bisa bertemu, mereka masih bisa saling mengirim kabar melalui plakat giok.
Hanya saja Xie Jianbai terlalu sedikit bicara, saat berhadapan, dia diam seribu bahasa. Cukup dengan mendengarkan perkataannya saja, Yu Wei tetap bisa mendapat umpan balik. Saat berkomunikasi melalui plakat giok, situasinya berbeda. Jadi dia meminta Xie Jianbai untuk selalu membalas pesannya.
Di sisi lain, Puncak Pedang.
Sejak Jianzun meninggalkan sekte, hidup sesepuh Xiao Ziyi menjadi jauh lebih lega. Memang tidak bisa dipungkiri, bagi seseorang dengan sifat santai seperti dirinya yang menikmati hidup, harus tinggal bersama seorang leluhur yang statusnya jauh lebih tinggi setiap hari sambil menyembunyikan rahasia ini, tekanannya sungguh terlalu besar.
Belakangan ini Xiao Ziyi menghabiskan waktu dengan berdiskusi pedang dan minum-minum bersama sahabatnya, sesekali mengganggu shixiong yang menjabat sebagai Pemimpin Sekte, mengajar kelas untuk murid-murid, hidupnya sangatlah sejahtera.
Dia bersenandung sambil memperagakan jurus pedang dengan gerakan lengan, melangkah perlahan memasuki aula sesepuh miliknya.
Baru saja melangkah masuk, Xiao Ziyi langsung merasakan hembusan angin dingin yang tiba-tiba dan familiar. Saat mengangkat pandangan, terlihatlah Jianzun duduk di kursi utamanya, siluet tubuhnya tertarik panjang oleh sinar matahari terbenam, bayangan seperti gunung yang merambat di tanah menciptakan kesan menekan yang sangat kuat.
Xiao Ziyi yang sebelumnya menenggak anggur dewa hingga agak mabuk, langsung sadar sepenuhnya. Kakinya gemetar, dan dengan suara gedebuk ia terjatuh berlutut di lantai.
"J-Jianzun-daren, kapan Anda kembali? Maksudku..."
Xiao Ziyi terbata-bata, sementara Xie Jianbai tak mempermasalahkan ketidaksopanannya. Pria itu tetap duduk di tempat tinggi, menundukkan pandangan sambil menggenggam plakat giok.
Setelah membalas pesan di plakat itu, barulah Xie Jianbai mengangkat wajahnya.
Tanpa mengucap sepatah kata pun, aura dinginnya semakin menyengat, membuat Xiao Ziyi menyadari bahwa perasaan Jianzun tampaknya tidak baik. Segera ia menundukkan kepala lebih dalam lagi.
“Setiap perayaan, seluruh sekte bersujud padaku pada Yin Shi, benarkah?” Xie Jianbai bertanya dingin.
“A-ada… memang ada.” Xiao Ziyi tak tahu mengapa Jianzun tiba-tiba menanyakan ini. Ia buru-buru menjawab, “Yang Mulia mendirikan sekte dan memberikan wejangan dulu. Kami junior semua mengingatnya, tak berani melupakan.”
Xiao Ziyi tak mengangkat kepala, tapi mendengar suara dengus dingin dari atas.
“Aturan sekte yang kutulis, prinsip yang kutetapkan, hampir tak ada yang tersisa.” Xiao Ziyi mendengar suara Xie Jianbai yang penuh ketegangan. “Justru piawai berakting di permukaan.”
Mendengar ucapannya, keringat dingin Xiao Ziyi hampir mengucur.
Tolong, hari ini perasaan Jianzun sepertinya benar-benar buruk! Memang apa yang terjadi?
Catatan Penulis:
Selamat Hari Pertengahan Musim Gugur yang telat. Terjaga semalaman tapi tak melihat bulan 5555 Di sini ada awan gelap
·
Lao Xie: Kabar baik, istriku menyukaiku. Kabar buruk, orang yang tidak disukai istriku juga aku
