Suasana malam yang sunyi, bintang-bintang berkelap-kelip, angin sepoi-sepoi berhembus.
Bulu mata Yu Wei bergetar halus, mata kucingnya memandang polos ke Xie Jianbai. Xie Jianbai mengangkat wajah, diam-diam menatapnya beberapa saat, akhirnya menghela napas dan menarik kembali tangannya.
Tanpa belenggu lagi, Yu Wei langsung mendekat seperti kucing kecil, penasaran bertanya, "Kamu malu? Mengapa harus malu?"
Siapa yang bisa tahan terhadap kucing iblis kecil yang tak terikat oleh aturan duniawi?
Xie Jianbai mencoba mengalihkan perhatiannya, "Apa kamu ingin melihat makhluk aneh dan harta langka? Besok aku akan mengajakmu."
“Lihat.” Yu Wei berkata, “Aku juga ingin mencoba hal-hal dalam novel, kita belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya.”
Hanya anak-anak yang memilih, dia tentu mengambil semuanya.
Dia membuka buku, mengangkatnya di depan Xie Jianbai.
“Lihat, lihat, banyak bagian yang tak bisa kupahami, □□ artinya apa, apakah ini kata sifat? Dia merasa seseorang menciumnya——”
“Weiwei!” Xie Jianbai menghela napas memotongnya.
Xie Jianbai benar-benar tak ada cara lain mendengarkannya membacakan bagian buku, rasa penasaran dan eksplorasi Yu Wei terhadap hubungan dua jenis kelamin membuatnya tak tahan.
Yu Wei tampak memiliki keteguhan yang tak tergoyahkan, dan menjadi sangat penasaran dengan 'shuangxiu'. Sama sekali bukan beberapa kalimat biasa yang bisa mengalihkan perhatiannya.
Xie Jianbai berpikir sejenak, lalu berkata, “Serahkan bukunya, aku akan memeriksanya.”
Kucing kecil penghibur itu dengan patuh menyerahkan novel pada Xie Jianbai, sambil memandangnya dengan penuh antisipasi.
Xie Jianbai mengernyitkan alis saat menyelesaikan bagian novel itu, meletakkan buku di sampingnya lalu mengangkat wajah yang langsung bertatapan dengan bola mata Yu Wei yang tak berkedip.
Meski telah hidup lebih lama, pengalaman emosionalnya tetap kosong—tak berbeda dengan pemuda berusia 20-an tahun. Di bawah tatapan Yu Wei, pipi Xie Jianbai memerah tanpa bisa menahan rasa malu, sama sekali tak sanggup menatap matanya.
Xie Jianbai akhirnya mengikuti metode dalam novel, mengikatkan sehelai kain di mata Yu Wei.
Sebagai bangsa iblis, indra mereka memang lebih cerdik. Dalam kegelapan, sensitivitas Yu Wei justru semakin meningkat.
Ia hanya merasakan punggungnya setengah menempel pada dada Xie Jianbai. Detak jantung pria itu berdegup tak teratur, namun cepat ditekan kembali.
Jari-jari Xie Jianbai membelai lembut dari ubun-ubun hingga pipi Yu Wei. Ujung jarinya mengusap-usap wajahnya, lalu aura dingin mendekat—Xie Jianbai menempelkan bibirnya pada bibir Yu Wei.
Ciumannya sangat lembut, kemudian terus merambat dari pipi ke daun telinga, leher, hingga tulang selangka.
Yu Wei awalnya belum merasakan apa-apa, tapi kini mulai merasakan sensasi berbeda dari sebelumnya. Kegelapan memperbesar kebekuan inderanya. Ia tak tahu kapan Xie Jianbai akan menciumnya, atau di bagian mana. Ini membuatnya menjadi agak sensitif, setiap bagian yang dicium pria itu seolah-olah bergetar.
Akhirnya, ciuman Xie Jianbai sampai di tepi kerah jubah di bawah tulang selangka, lalu berhenti.
Yu Wei tentu tak tahu betapa besar tantangan adegan ini bagi Xie Jianbai.
Setelah kembali ke sekte, Yu Wei mengganti gaun yang dibelinya di luar dengan kembali mengenakan jubah murid luar.
Di sekte yang didirikannya sendiri, Xie Jianbai memeluk gadis muda yang mengenakan seragam murid, dan dia bahkan harus membuka jubahnya dengan tangan sendiri... Kepatuhan pada aturan, pengendalian diri, serta tatanan yang dijaga dan diciptakannya selama bertahun-tahun ini—semuanya runtuh berantakan di hadapan Yu Wei, hancur berkeping-keping.
Diam-diam bertemu Yu Wei tanpa sepengetahuan Yu Chengyan, Xie Jianbai tidak merasakan sesuatu yang istimewa. Tapi saat ini, dia justru merasa sangat kikuk.
Xie Jianbai mengulurkan tangan, berhenti sejenak sebelum melanjutkan gerakannya.
Gemerisik kain. Yu Wei hanya merasakan sentuhan dingin sesaat, lalu segera diselimuti kehangatan. Tak pernah disangkanya suhu tubuh Xie Jianbai bisa sepanas ini.
Bibir tipisnya menganga, tanpa sadar mengeluarkan rintihan. Tubuhnya semakin lunglai.
Segalanya seakan kembali ke hari ketika dia memaksakan ciuman pada Xie Jianbai, namun akhirnya bagai kucing kecil yang terjebak dalam bayangan harimau buas.
Jari-jari panjang dan kuat pria itu mengukur lingkar pinggangnya, membuat perutnya terasa panas. Yu Wei menoleh, menyandarkan kepala di dada Xie Jianbai sambil menggerutu dengan suara bergetar seperti hendak menangis.
“Xie... Xie Qing, Aku tidak mau, rasanya aneh...”
Xie Jianbai biasanya selalu menuruti kemauannya, namun setiap tiba momen seperti ini, dia tak lagi bisa mengendalikan situasi.
Yu Wei yang belum pernah merasakan rangsangan seperti ini sebelumnya menunjukkan penolakan dan ketidaknyamanan. Tapi sebagai sosok pintar, dia cepat beradaptasi. Xie Jianbai menyesuaikan ritme sesuai reaksinya, membuat kucing kecil penghibur yang tadinya cerewet itu akhirnya terdiam.
Kulit putih saljunya kini kemerahan bagai apel yang memerah. Yu Wei bersandar di lipatan lengan Xie Jianbai. Saat kain pembungkus dibuka, rambut pendek di pipinya basah oleh keringat. Sorot matanya masih samar-samar, seolah belum sepenuhnya sadar.
"Sepertinya kucing yang selalu ceria dan energik ini akhirnya menjadi penurut," ujar Xie Jianbai sambil merapikan penampilan Yu Wei yang masih terlihat bingung.
"Jangan lihat ini lagi di masa depan." Kata Xie Jianbai.
Kucing kecil penghibur yang baru saja memuaskan diri ini mengangguk setuju apapun yang dikatakan.
Saat mengantar Yu Wei pulang, pipinya masih memancarkan semburat merah muda.
Keesokan harinya, Yu Chengyan datang seperti biasa untuk menyiapkan sarapan bagi Yu Wei.
Tak lama kemudian, kucing putih kecil muncul di tanah kosong setelah melintasi hutan.
"Hari ini datang sangat pagi," kata Yu Chengyan. "Tunggu sebentar, hampir selesai."
Sambil memasak, ia memperhatikan Yu Wei yang duduk di meja dengan gerakan mencurigakan seperti sedang mencari seseorang.
"Mana Xie Qing?" tanyanya.
"Dia sedang sibuk urusan penting, mungkin tidak bisa datang hari ini," jawab Yu Chengyan.
Xie Jianbai hampir setiap malam harus keluar rumah untuk berpatroli di Xuantian Xianzong, sisa waktunya dihabiskan bersama Yu Chengyan mencari petunjuk dan memeriksa catatan arsip. Jika patroli malam tertunda, Xie Jianbai akan menyelesaikannya sebelum fajar, kemudian pagi hari datang ke sini bersama Yu Chengyan.
Tapi seperti hari ini, memang tidak bisa diselesaikan.
"Oh." Yu Wei terlihat lega, lalu mulai makan kue-kue dengan tenang.
Entah mengapa, setelah kejadian kemarin, dia malah jadi agak malu dan tidak enak bertemu Xie Jianbai.
Ibu dan anak ini makan pagi bersama. Semakin lama, Yu Chengyan menyadari Yu Wei tampak tidak fokus, pikirannya melayang-layang entah ke mana, sesekali muncul senyuman samar yang tak bisa disembunyikan di sudut bibirnya.
"A Wei, memikirkan apa sampai senyum-senyum sendiri?" tanya Yu Chengyan penasaran.
Yu Wei sebenarnya masih memikirkan kejadian kemarin. Saat mendengar kakak-kakak membahas alur cerita kemarin, dia sangat penasaran. Tapi setelah malam tadi, dia merasa buku itu tak ada apa-apanya dibanding Xie Qing yang jauh lebih hebat dari karakter pria dalam buku!
Memikirkan ini, dia hampir tersenyum. Tak disangka Yu Chengyan menangkapnya, membuatnya agak bersalah.
"Ti-Tidak... Cuaca hari ini bagus sekali." Tangannya meraih erat-erat sendok, bicara ngelantur.
Yu Chengyan juga tak banyak berpikir. Dia tersenyum.
"Sepertinya akhir-akhir ini perasaanmu sedang baik. Sebelumnya tak pernah kulihat kau segembira ini," katanya. "Sejak kau dan Xie Qing kembali khusus——"
Tunggu.
Tiba-tiba suara Yu Chengyan terhenti.
Sejak kembali dari traveling berdua Xie Jianbai, Yu Wei setiap hari bahagia? Dan kebahagiaan ini sudah berlangsung lebih dari sebulan. Hal apa yang bisa membuat perasaannya baik selama ini?
Rasanya bukan sekadar senang biasa, tapi seperti... periode madu?!
“...Lagi lihat pandangan Yu Wei yang seolah-olah berkilauan dengan rasa bersalah...
Yu Chengyan langsung berdiri tegak.
Catatan Penulis:
Hari ini sibuk banget, awalnya mau izin cuti, tapi tetap berusaha nulis sedikit. Ga bakal begadang ngetik, mohon dimaklumi ya-3-
Sekitar akhir bulan ini cerita utama tamat, tinggal sepuluh lebih bab lagi.
