Saat bertemu Xie Jianbai lagi, Yu Chengyan seperti tersadar.
Pria itu mengenakan jubah putih, mahkota giok terikat tinggi. Dingin dan tak tersentuh bagai rembulan di pegunungan, terlalu agung untuk diraih, menusuk dinginnya bak salju membeku. Sorot mata berbinar itu menyapu ke arahnya, seolah membawa hawa dingin yang mematikan.
Seolah kapan pun bertemu Xie Jianbai, dia akan selalu seperti ini, tak pernah berubah.
"Apa yang kau temukan?" Xie Jianbai membuka percakapan.
Yu Chengyan mencoba menenangkan diri, dia berkata, "Dengar suara ombaknya? Energi perairan di sini kehilangan keseimbangan. Setelah kuselidiki, di bawah Prefektur Xian ini terdapat banyak gua. Di dalam gua ada jejak kehidupan manusia, mengikuti aliran sungai bawah tanah, akan terlihat retakan sempit yang ternyata langsung terhubung ke Laut Abadi."
Ini adalah langkah pertama yang didiskusikan Guo Zhengcheng dengan Yu Chengyan. Lao Guo menganggap Xie Jianbai di zaman ini masih pria berpikiran sederhana yang hanya mengandalkan kekuatan untuk menyelesaikan masalah.
Karena terlalu kuat, dia tak peduli apakah orang lain berniat mengincarnya. Bagaimanapun, konspirasi jahat sehebat apapun bisa dihancurkan langsung, sama sekali tak perlu mikir.
Makanya saat Yu Chengyan memanggilnya, Xie Jianbai pasti datang.
"Setelah memancingnya ke gua, sisanya mudah." Guo Zhengcheng merapikan kumisnya, "Sebagai Tianzun, dia tahu betapa pentingnya masalah Laut Abadi ini. Dengan sifatnya yang langsung, dia pasti segera memeriksa retakan itu. Begitu sampai tahap itu, memancingnya masuk akan jauh lebih gampang."
Mendengar perkataan Yu Chengyan, Xie Jianbai memang mengerutkan alisnya.
"Pemandu jalan." katanya.
Gua tempat Guo Zhengcheng bermukim lebih menyerupai parasit yang disulingnya sendiri, bergantung pada retakan itu dan hidup dari Laut Abadi. Secara umum, gua ini berada di ruang khusus dan dapat berinteraksi sementara dengan dunia luar melalui mantra Guo Zhengcheng.
Ayah dan anak itu menempuh perjalanan sunyi hingga tiba di dalam gua. Xie Jianbai memandang sekeliling, lalu raut wajahnya berubah muram.
"Energi Laut Abadi mengalami kebocoran parah dan telah tercemar." Suara Xie Jianbai berat, "Aku pernah melihat kondisi serupa. Ada masalah di sini."
Tiba-tiba energi dalam gua menjadi kacau, bahkan mengguncang seluruh permukaan tanah hingga bergemuruh.
Xie Jianbai mengamati perubahan dalam gua dengan dingin. Kekuatan Laut Abadi yang semula hanya bocor sedikit di udara, kini mulai mengental luar biasa.
Yu Chengyan tahu, ini adalah gua yang diputuskan hubungannya dengan luar oleh Guo Zhengcheng, kembali ke ruang kosong.
Setelah semuanya tenang, seluruh gua telah berubah menjadi keadaan Yin-Yang terbalik dengan energi tidak seimbang, persis seperti yang paling familiar bagi Yu Chengyan belakangan ini.
Menurut rencana sebelumnya, seharusnya Yu Chengyan membawa Xie Jianbai melewati sungai bawah tanah, tapi tiba-tiba terdengar suara dingin pria itu, "Tak perlu bersembunyi di kegelapan, keluarlah."
Yu Chengyan kaget, Guo Zhengcheng bergantung pada Laut Abadi untuk berlatih cara licik guna memperpanjang umur. Meski sudah lama bersama orang tua itu, Yu tetap tak bisa merasakan keberadaan Guo, tapi Xie Jianbai langsung mendeteksi jejaknya begitu masuk.
Tak ada jawaban dari dalam gua. Xie Jianbai berkata dingin, "Bersusah payah menarikku ke sini, tapi tak berani bertemu? Kalau begitu——"
Di tengah ucapan itu, energi pedang tiba-tiba memancar dari sekujur tubuh Xie Jianbai. Angin pedang yang dingin dan ganas menyobek energi kacau di udara membentuk saluran. Lengan bajunya berkibar-kibar, memperlihatkan pola garis emas yang berkilauan sempurna di lengannya.
Dia berani main sungguhan!
Melihat Xie Jianbai hendak melepas larangan kultivasi di sini dengan gaya yang seolah ingin menghancurkan gua, Guo Zhengcheng tak bisa lagi bersembunyi di balik layar.
Energi tercemar Guo Lao di dalam gua semakin liar bagai angin topan yang menerjang, berhadapan dengan energi pedang Xie Jianbai. Jelas terlihat Xie Jianbai belum pernah menghadapi lawan aneh seperti ini, untuk sementara terpaksa mundur.
"Kau ingin bertemu? Kunjukkan dirimu!" Suara berat bergema di dalam gua dengan wibawa, "Murid durhaka, cepat berlutut!"
Angin kencang berangsur menghilang, menampakkan wujud Guo Zhengcheng.
Gambar tua ramah berjanggut putih yang sebelumnya sudah hilang. Yang berdiri di situ adalah seorang cultivator pria berpenampilan baru berusia sekitar awal 40-an, mengenakan jubah panjang cokelat berpola samar, dengan kumis pendek rapi di bibir, rambut disanggul tinggi, menampilkan sosok paruh baya yang serius.
Pada saat yang sama, Yu Chengyan merasakan aura Xie Jianbai di sampingnya tiba-tiba mengerut.
Dia menatap Xie Jianbai, namun pertama kalinya melihat pupil mata pria itu menyempit dan dada naik turun dengan jelas menunjukkan keterkejutan hebat. Seketika, keterkejutannya berubah menjadi dingin yang luar biasa dan gelora pembunuhan.
"Kau tidak mati." Xie Jianbai berbicara dengan tenang, nada datarnya mengental dengan gelora pembunuhan yang tertekan. Ia menatap Guo Zhengcheng, "Kaulah orang yang bermain kotor di belakang layar."
“Hm, kau tak pernah menyangka hari ini akan tiba, kan?” Guo Zhengcheng menyeringai dingin. “Selama bertahun-tahun menduduki posisi Tianzun, apakah kau merasa nyaman? Binatang terkutuk yang tega membunuh senior dan menginjak-injak etika ini pantaskah disembah? Langit Tua benar-benar buta! Hari ini aku akan membersihkan gerbang pertahanan kita!”
“Jika aku bisa membunuhmu sekali, aku bisa melakukannya untuk kedua kalinya.” Xie Jianbai berkata dengan dingin.
Niat membunuhnya menyapu seluruh gua bagai tsunami. Guru dan murid itu pun terlibat pertarungan sengit di dalam gua kapur.
Segala sesuatu di sini adalah wilayah kekuasaan Guo Zhengcheng. Sambil bertarung, ia mengontrol struktur gua untuk menahan Xie Jianbai dengan keuntungan kandang.
Meski kekuatan dewa Xie Jianbai terkunci, selama bertahun-tahun ia mempelajari cara mengalirkan aura mengerikan melalui gaya tusukan pedang. Walau tak bisa mengontrolnya seluwes Yu Wei, ia telah menguasai prinsip menggunakan momentum.
Terutama setelah bersama Yu Wei, aura mengerikan yang awalnya hanya memberinya beban, kini menjadi lebih kooperatif dan lebih mudah untuk dikendalikan.
Xie Jianbai menggunakan aura mengerikan untuk melawan Guo Zhengcheng. Keduanya sempat seimbang, namun kekuatan Xie tak terbatas sementara Guo yang bergantung pada Laut Tak Berujung perlahan kehabisan energi.
Guo Zhengcheng meninggikan suara memanggil, "Yan'er, cepat bantu aku! Xie Jianbai sudah mengakui perbuatan mengkhianati guru dan leluhur. Nanti dia akan membunuh istri dan anaknya sendiri. Sampah masyarakat seperti ini hanya bisa dihabisi dengan kerja sama kita berdua!"
Rupanya Guo Zhengcheng ingin memanfaatkan momentum keterkejutan Xie Jianbai dan keunggulan sebagai tuan rumah untuk menyerang secara mendadak dan langsung mengakhiri pertarungan.
Tak disangka Xie Jianbai bisa menyesuaikan diri secepat ini. Kini dalam konfrontasi dengan intensitas tinggi, Guo Zhengcheng yang terlalu lama meninggalkan Laut Tak Berujung jelas sudah tidak sanggup bertahan. Bahkan wujud pria paruh baya hasil transformasi untuk mengintimidasi Xie Jianbai pun tidak bisa dipertahankan, kembali ke bentuk lelaki tua berambut putih beruban.
Yu Chengyan yang diam-diam mengawasi dari samping baru sekarang mengayunkan pedang ke depan. Energi pedangnya datang bagai hujan deras, tapi bukan menggunakan kekuatan periode Yuanying, melainkan kekuatan alam yang dia temukan di Laut Tak Berujung - kekuatan chaos tingkat bawah dari aura ancaman, yang hanya bisa dikendalikan olehnya sendiri.
Di dunia kultivasi, Xie Jianbai yang kultivasinya masih beberapa level lebih tinggi darinya ternyata sempat kewalahan. Beralih dari menyerang ke bertahan, dia melindungi diri dengan aura mengerikan sambil mundur ke belakang.
Melihat adegan ini, seolah ada sesuatu yang bergerak dalam pikiran Yu Chengyan. Pada momen ini, dalam takdir yang telah digariskan, dia seakan menyadari sesuatu.
Dia seperti menyentuh aturan tatanan dunia secara sekilas.
Di dalam Langit dan Bumi, dirinya yang mematuhi level kultivasi dewa mustahil menjadi tandingan sang ayah. Tapi di luar tatanan Langit-Bumi——dengan menguasasi energi alami, mungkin dia bisa bertarung dengan pria itu!
Konsep kesadaran yang selama ini mapan seolah diselimuti tatanan level lebih tinggi, mencapai ketinggian yang belum pernah dicapai Yu Chengyan sebelumnya. Melihat dunia dengan wawasan baru ini, segala sesuatu tampak akan menjadi berbeda.
Bahkan……mengguncang enam alam semesta pun bukan hal mustahil.
Namun saat seperti ini, Yu Chengyan tak punya waktu untuk merenung lebih lanjut.
Ayah dan putra kembali berkonfrontasi dengan pedang, Yu Chengyan bertanya, "Apa yang ingin kau jelaskan?"
"Apa yang kulakukan ya sudah kulakukan," Xie Jianbai berkata dingin. "Tak ada yang perlu diucapkan."
Energi pedang ganas terus membersihkan gua. Memanfaatkan celah saat Yu Chengyan mengambil alih, Guo Zhengcheng langsung menyelam ke sungai bawah tanah dan kabur menuju Laut Abadi.
Hampir bersamaan, ayah dan putra itu menghentikan gaya pedang mereka.
“Tubuh aslinya berada di Laut Abadi, bersimbiosis dengan energi-energi itu.” Yu Chengyan berkata, “Untuk membunuhnya, kita harus masuk ke dalam. Dia sudah bertahan hidup di Laut Abadi selama tak diketahui berapa lama, dan kini aku masih belum setara dengannya.”
“Bersama.” Xie Jianbai menjawab, “Lebih baik tangkap hidup-hidup. Ada beberapa hal yang perlu kutanyakan.”
Setelah dialog singkat, ayah dan putra itu menuju ke sungai bawah tanah.
“Ada satu hal lagi, kenapa mulutmu selalu sekaku ini?” Yu Chengyan mengeluh, “Seandainya aku baru saja melakukan perjalanan lintas waktu dari masa depan dan melihat sesepuh yang ramah bersamamu dengan gelora pembunuhan ini, mungkin aku benar-benar akan terkecoh dan ikut menyerangmu bersamanya.”
“Memang aku yang membunuhnya.” Xie Jianbai menjawab.
Kembali dengan pola pikir linear khas ayahnya yang hanya merespons hasil akhir.
Sayangnya berbagai peristiwa di dunia tak selalu jelas hitam-putih. Hasil yang sama bisa memiliki arti berbeda tergantung proses dan motivasinya.
Yu Chengyan tahu ini bukan waktu untuk mengeluh. Dengan kesal ia melototi Xie Jianbai, lalu terjun ke sungai bawah tanah.
Sebenarnya hingga kini Yu Chengyan juga tidak tahu mengapa Xie Jianbai mengkhianati guru dan leluhur. Penjelasan Guo Zhengcheng terdengar sistematis dan berdasar, bahkan banyak detail yang benar-benar cocok. Jika ini terjadi saat ia pertama kali datang, mungkin ia benar-benar akan tergoda oleh kata-kata ini.
Namun setelah lebih dari setahun berinteraksi, Yu Chengyan mempercayai Xie Jianbai. Ia yakin ayahnya bukan orang kejam dan kasar seperti itu, ayahnya hanyalah seorang bodoh yang tidak bisa berkomunikasi.
Keduanya menyelami sungai bawah tanah, lalu memasuki Laut Abadi melalui celah sempit.
Meski sudah memasuki tempat ini berkali-kali, saat merasakan kembali rasa sakit yang familiar dan seolah merobek jiwa itu, bulu mata Yu Chengyan masih tetap bergetar.
Meski telah melalui banyak latihan, Yu Chengyan tetap merasakan ketidaknyamanan. Alam bawah sadarnya mengira Xie Jianbai juga akan kesulitan melangkah, tapi tak disangka, pria itu justru bisa melintasi Laut Abadi dengan kecepatan jauh lebih cepat darinya!
Baru saja ingin menoleh melihat Xie Jianbai, dia langsung merasakan energi kompleks dan chaos di Laut Abadi seperti gelombang air yang mendorongnya. Xie Jianbai langsung menerjang ke depan bagai hiu yang mencium bau darah, terus memburu Guo Zhengcheng tanpa henti.
Yu Chengyan tentu tidak tahu bahwa Xie Jianbai pernah menyelam ke Laut Abadi berkali-kali. Jika bicara pengalaman, Xie Jianbai jauh lebih berpengalaman darinya.
Segalanya terlihat tidak masuk akal, tapi mengingat itu Xie Jianbai, sepertinya bisa dimengerti!
Yu Chengyan mengikutinya dari belakang. Saat tiba, Xie Jianbai sudah kembali bertarung sengit dengan Guo Zhengcheng. Rupanya keyakinan Guo Zhengcheng bahwa masuk ke Laut Abadi akan memberinya inisiatif, terlalu percaya diri.
Xie Jianbai sama sekali tidak terjebak dalam posisi pasif seperti yang diduganya, tetap menjadi lawan yang sulit dikalahkan.
Hanya saja Yu Chengyan tahu, selama Guo Zhengcheng berusaha memperpanjang waktu, pasti akan ada saat Xie Jianbai kelelahan. Harus cepat diselesaikan.
Di dalam Laut Abadi, segala sesuatu berada di antara maya dan nyata. Energi, tekad, nyawa... hal-hal tak kasatmata ini seolah bisa berubah wujud menjadi berbagai rupa, terkadang berupa warna-warni, terkadang seperti ombak laut yang berkilauan, membawa sensasi mencekam yang nyata.
Melihatnya datang, Guo Zhengcheng sangat gembira.
"Yan'er, cepat! Ayo kita habiskan dia bersama!"
Raut wajah Yu Chengyan bergetar. Dari energi kompleks dan kacau di Laut Abadi, ia mengupas lapisan demi lapisan hingga menyisakan kekuatan chaos. Abu-abu pudar mengental di sekujur tubuhnya.
Energi pedang yang terbentuk dari kekuatan chaos itu membelah ganas ke arah Xie Jianbai. Gelombang kejut pedang mengguncang energi di sekitarnya hingga bergemuruh, jelas tanpa ampun.
Serangan dengan pengaruh sebesar itu datang, Xie Jianbai bahkan tidak berbalik badan untuk bertahan, malah tetap mempertahankan serangan ketat terhadap Guo Zhengcheng. Sementara itu, energi pedang Yu Chengyan telah sampai di belakang Xie Jianbai, tapi tiba-tiba berbelok membentuk lengkungan seperti kilat, mengitari pria itu.
Segala yang terjadi selanjutnya benar-benar di luar dugaan - serangan Xie Jianbai dan serangan Yu Chengyan ternyata digabungkan menjadi satu!
Gerakan ayah dan putra ini selaras, gaya pedangnya mulus dan lancar. Setelah energi pedang mereka menyatu, Laut Abadi pun bergejolak berubah situasi. Guo Zhengcheng yang awalnya berkonfrontasi sendirian dengan Xie Jianbai kini harus menghadapi mereka berdua, langsung terpojok.
Xie Jianbai dengan pengalaman bertempur yang mengerikan dan kecerdasan analitis tajam, Yu Chengyan dibantu energi chaos - kolaborasi ayah-anak ini memiliki kekuatan yang cukup untuk meluluhlantakkan sebuah Prefektur Xian dalam sekejap.
Di bawah serangan mengerikan ini, Lao Guo sudah tidak bisa mempertahankan bentuk personifikasi. Dirinya memang sudah bukan manusia lagi, melainkan monster terdistorsi yang lahir dari ketergantungan pada tempat ini. Kini ia melepas wujud fisiknya, menyamar dalam arus energi kacau yang bergerak cepat, ke mana pun ia pergi seperti awan gelap yang menyelimuti.
“Bagus, bagus!” Suara Guo Zhengcheng bergema dari segala penjuru, terdistorsi dan parau seperti banyak suara bertumpuk, “Hubungan bapak-anak yang dalam sekali! Yu Chengyan, kau akan menyesal, hahahahahahaha——”
Xie Jianbai dan Yu Chengyan berdiri saling membelakangi, wajah muram mereka hampir identik.
Setelah Guo Zhengcheng melepaskan bentuk manusia, pertarungan menjadi lebih sulit. Namun, ia tetap bukan tandingan bagi duo ayah-anak ini.
Tak lama kemudian, gumpalan energi Guo Zhengcheng sudah terdesak hingga rapuh. Yu Chengyan yang masih kurang pengalaman mulai mencapai batas mentalnya setelah pertempuran panjang ini.
Setiap kali sang pemuda merasa hampir menyerah, dia akan menatap Xie Jianbai. Bagaimanapun dia juga memiliki keturunan dewa, siksaan Laut Abadi terhadap Xie Jianbai seharusnya lebih besar.
Namun tak peduli kapan Yu Chengyan melihatnya, Xie Jianbai selalu tampil tenang dan matang dengan ekspresi datar, bahkan alisnya pun tak berkerut. Secara rasional Yu Chengyan tahu Xie Jianbai pasti merasakan sakit, hanya saja pria itu lebih bisa menahan diri. Tapi selama melihat sang ayah tetap tenang, itu memberi Yu Chengyan rasa aman dan nekat untuk bertahan.
Di bawah kepungan seperti ini, Guo Zhengcheng segera terpojok ke sudut mati.
Xie Jianbai dan Yu Chengyan sama-sama tak ingin membunuhnya, karena meski tahu si kakek tua ini yang mengacau, banyak hal masih penuh misteri yang mungkin hanya Guo Zhengcheng bisa jelaskan.
Gumpalan energi Guo Zhengcheng kembali berubah wujud menjadi sesepuh tua, namun wajah dan tubuhnya terdistorsi. Fitur wajah dan kulitnya mengalir ke bawah seperti es yang meleleh. Xie Jianbai menghunus pedang mendekat, Guo Zhengcheng mengangkat wajah.
Guru dan murid saling bertatapan. Kilau ganas menyala-nyala di mata Guo Zhengcheng, tawa seram keluar dari mulutnya yang tak berbentuk.
Alis Xie Jianbai sedikit berkerut, alam bawah sadarnya merasakan keanehan. Secara bersamaan, Guo Zhengcheng tiba-tiba berubah menjadi energi dan menyergap Yu Chengyan di belakang Xie Jianbai!
Ayah dan putra nyaris bersamaan melancarkan serangan. Guo Zhengcheng kali ini sama sekali tidak melawan, membiarkan energi pedang mereka merobek-robek gumpalan energi hitamnya——seperti sesuatu yang berat terlepas, energi hitam menyusut menjadi kabut hitam yang tetap melesat ke arah Yu Chengyan.
Yu Chengyan berusaha menghalangi, tapi kabut hitam itu menembus seluruhnya. Sekejap kemudian, tiba-tiba masuk ke dalam dada pemuda itu, menembus keluar dari punggungnya, dan menyelimuti seluruh wilayah laut!
Semuanya terjadi terlalu cepat, Xie Jianbai seolah kembali ke hari-hari sebelumnya. Segala sesuatu di sekitarnya adalah kegelapan yang sangat pekat, dia tidak bisa merasakan apapun, bahkan saat menyentuh dirinya sendiri pun tidak ada sensasi.
Ekspresi Xie Jianbai semakin serius. Dia tahu serangan biasa sudah tidak berguna, lalu mulai meraba-raba dalam kegelapan. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya dia melukai lengannya sendiri.
Berkat kucing kecil yang rakus, aura mengerikan di tubuhnya sudah terbiasa mengikuti aliran darah. Darah yang menyembur dan mengambang dalam kegelapan membuat aura mengerikan itu menyebar, melawan kabut hitam.
Akhirnya indra Xie Jianbai pulih. Aura mengerikan itu berhasil membuka celah, meski dia masih tidak bisa melihat sekeliling, setidaknya sekarang bisa merasakan keberadaan dirinya sendiri.
Xie Jianbai berjalan dalam kegelapan, takdir yang telah digariskan seolah menariknya. Pria itu mengikuti hati, tak disangka berhasil menemukan Yu Chengyan. Pemuda itu tampak sudah tak sadarkan diri, dikelilingi kegelapan hati dan kekuatan chaos yang saling bertautan. Kekuatan campur aduk ini menunjukkan gejala gangguan energi dalam.
……
Kenangan terakhir Yu Chengyan adalah tawa parau dan melengkung sang kakek tua.
Saat diterjang kabut hitam, dirinya seolah terperosok dalam rawa. Dingin yang menusuk tulang tiba-tiba memenuhi seluruh tubuh.
Di awal mula, ia bahkan tak menyadari keberadaan dirinya sendiri. Dalam gelap, banyak kenangan berantakan melintas. Pada suatu momen, Yu Chengyan seolah melihat bocah mirip Xie Jianbai berdiri di genangan darah.
Bukan dia pemilik kenangan itu. Yu Chengyan hanya bisa memaksa menyaksikan gambaran-gambaran itu menghilang.
Segera, segalanya kembali pada kegelapan dan kedinginan. Hanya ada semburat cahaya redup di kejauhan.
Yu Chengyan secara refleks berjalan menuju cahaya, setiap langkah ke depan memulihkan sedikit kesadarannya. Saat tiba di depan cahaya putih, ia sudah sepenuhnya mengingat segalanya.
Sesaat kemudian, cahaya putih menyelimutinya.
Bulu mata Yu Chengyan bergetar halus, perlahan ia membuka matanya.
Cahaya putih menghilang, kakinya kini berpijak di lantai penginapan. Semuanya terasa terlalu nyata: kamar penginapan, tirai jendela yang berkibar lembut, suara hiruk-pikuk pejalan kaki di jalan utama di bawah...
Yu Chengyan terdiam di tempatnya, untuk sesaat lupa di mana dirinya berada. Hingga terdengar suara pintu kamar di belakangnya terbuka.
Pemuda itu menoleh, helaan aroma wangi tipis menyapu wajahnya diiringi gemulai ujung rok yang melintas.
Ia melihat Yu Wei berbaju pink menyergap tempat tidur, seolah-olah sama sekali tidak melihat keberadaannya.
Yu Chengyan menyaksikannya berguling di ranjang, memeluk bantal, lalu mendorong diri untuk duduk sambil menatap ke arah posisinya.
“Cepat masuk, sedang apa di sana?” Yu Wei mendesak.
Yu Chengyan refleks ingin bicara, sampai ia mendengar pintu di belakangnya ditutup, Xie Jianbai masuk ke dalam.
Pemuda itu terbata dengan wajah terpana melihat Xie Jianbai yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam pekat, akhirnya ia menyadari apa yang terjadi——entah mengapa, sepertinya ia berada di masa lalu orang tuanya, di era dimana Yu Wei dan Xie Jianbai berkencan bebas tanpa kehadirannya yang melintas waktu.
Yu Chengyan belum pernah melihat Xie Jianbai memakai pakaian gelap. Setelah menanggalkan jubah putih, aura suci dan agung pria itu melemah, justru muncul kesan misterius dan kematangan.
Xie Jianbai duduk di tepi ranjang. Yu Wei menggesekkan bantal di ranjang beberapa kali, lalu merebahkan kepala di pangkuannya.
Tanpa perlindungan sempurna seperti di kehidupan ini, meski masih memancarkan keceriaan alami, sorot mata Yu Wei kehilangan kemurnian layaknya kertas putih yang belum ternoda dunia.
Xie Jianbai menundukkan kepala, jarinya mengusap-usap pipi Yu Wei dengan lembut.
"Maaf." Setelah beberapa saat, dia berkata.
"Kali ini karena apa lagi?" tanya Yu Wei dengan malas-malasan, bahkan tidak menatapnya sekalipun.
Xie Jianbai diam-diam sejenak, lalu berbicara, "Kau menyukai hidup bebas, sayangnya kekacauan telah dimulai, tak bisa kembali lagi."
Yu Chengyan tersadar: Waktu ini seharusnya ketika Xie Jianbai membubarkan Xuantian Xianzong, Yu Wei meninggalkan gerbang immortal, lalu Xie Jianbai mengambil kembali pecahan jiwanya. Aura mengerikan yang ditahannya kembali bebas, memicu perang di dunia manusia.
Dengan kekuatan sendiri, Xie Jianbai telah menunda kekacauan selama sepuluh ribu tahun, namun akhirnya tak terelakkan juga datang.
Kemudian, setiap kota dewa terpaksa mengaktifkan formasi perlindungan dan melakukan penyaringan ketat terhadap personel yang masuk, demi menjamin keamanan dalam kota. Bagi Bangsa Iblis seperti Yu Wei yang nyawanya terancam di luar dan ingin masuk ke kota dewa—jika sebelum mengenal Xie Jianbai—mungkin akan sangat sulit.
“Aku benar-benar menyerah padamu.” Yu Wei mengangkat wajahnya, dia menghela napas, “Xie Jianbai, kau memang dewa, tapi dunia manusia bukan anakmu, tak perlu minta maaf karena hal-hal aneh dan unik itu.”
“Nanti tidak akan kukatakan lagi.” Xie Jianbai berkata.
Yu Wei sangat puas.
Meski logika berpikir Xie Jianbai ini sangat aneh, obrolan mereka seperti mulut keledai tak cocok dengan mulut kuda, tapi satu hal baik dari pria ini - dia berusaha memahami persepsinya, dan sikap perbaikan yang baik.
Yu Wei menggesek-gesekkan wajahnya di telapak tangannya seperti kucing, berkata riang, “Nanti kita akan bersama-sama, bagus sekali.”
“Ada hal yang ingin kau wujudkan?” Xie Jianbai bertanya.
“Hal apapun boleh?”
“Ya.”
Yu Wei berpikir sejenak, dia berkata, “Kalau begitu aku ingin jalan-jalan, setelah menjelajahi dunia kultivasi, aku juga ingin melihat dunia iblis dan dunia iblis, boleh juga?”
“Boleh.” Xie Jianbai mengatakan, “Aku akan menemanimu.”
“Yu Wei langsung senang, namun tak lama kemudian, ia berkata dengan prihatin, "Tapi A'ning bilang kamu adalah jenis dewa yang paling sibuk. Bisakah kamu menemani saya setiap hari? Bagaimana dengan urusan resmimu?"
“Kamu tidak perlu khawatir tentang semua ini.” Xie Jianbai membelai rambutnya dengan lembut, “Saat kamu tertidur, saya akan mengurus urusan resmi. Setelah segala proses serah terima selesai, saya akan mengundurkan diri dari jabatan. Ini membutuhkan sedikit waktu.”
Yu Wei mengangguk, lalu memejamkan mata dengan tenang.
Energinya seolah-olah tidak baik, tak lama kemudian ia sudah hampir tertidur di pangkuan Xie Jianbai. Ia juga tidak melihat ekspresi pria itu yang ingin mengatakan sesuatu namun ragu-ragu.
Xie Jianbai yang biasanya blak-blakan dalam bekerja, jarang terlihat begitu bimbang. Hingga Yu Wei terlelap, ia tetap menundukkan pandangan sambil fokus memandanginya.
“Weiwei, apakah kamu ingin menikah denganku?” Tanyanya perlahan.
Yu Wei telah terlelap, tentu saja tidak mendengar ucapan ini.
Xie Jianbai memejamkan mata sebentar, seolah merasa ada yang kurang pas, lalu mengganti kata-katanya, "...Apakah kau bersedia menikah denganku?"
Tampaknya versi ini masih belum memuaskannya. Ia mencoba lagi, "Weiwei, aku ingin menikahimu. Tidak, lebih baik kita langsung menikah."
Setelah beberapa kali mencoba, ekspresinya mengerenyit. Dengan helaan napas lesu, ia tampak belum menemkan formulasi kata yang tepat.
Tangan kiri Xie Jianbai membelai rambut panjang Yu Wei sementara tangan kanannya menggenggam buku "Penjelasan Detail Tradisi Dunia Kultivasi", membacanya dengan penuh konsentrasi.
Yu Chengyan menyaksikan semua interaksi ini. Setiap kejadian kecil yang ia lihat antara mereka berdua secara bertahap menenangkan jiwanya, bagai tersembuhkan oleh sesuatu.
Lewat pengamatan selama periode ini, Yu Chengyan bahkan bisa membaca pikiran Xie Jianbai - jika ingin mengundurkan diri dari posisi Immortal Venerable, Xie Jianbai berencana mengumumkan pernikahan mereka ke enam alam semesta sebelum turun tahta, agar seluruh dunia mengetahui hal ini.
Hanya saja, karena alasan tertentu, Xie Jianbai akhirnya tidak mengundurkan diri dari posisi Tianzun, tapi dia tetap mengumumkan masalah pertunangan ke seluruh dunia.
Pernikahan antara Jianzun dengan bangsa iblis, dalam tingkat tertentu juga sedikit meredakan ketegangan antar pihak yang sebelumnya bermusuhan. Tapi itu semua adalah urusan nanti.
Berbagai pemandangan melintas di depan Yu Chengyan, hingga berhenti di sebuah ruangan yang sama sekali berbeda. Rumah ini tidak seperti penginapan, malah terasa berpenghuni, sepertinya Yu Wei dan Xie Jianbai di sini mengasingkan diri selama beberapa waktu.
Xie Jianbai sedang berlatih pedang di halaman, sementara di dalam kamar, Yu Wei masih tertidur lelap di tempat tidur.
Hingga tengah hari berlalu, dia masih belum bangun, Xie Jianbai mendekati tempat tidur lalu berjongkok, dengan gerakan lembut membangunkannya.
"Sudah siang, ingin makan sesuatu?" Suara Xie Jianbai terdengar lembut.
Yu Wei membuka matanya dengan setengah sadar, dia berkata lemas, "Aku merasa aneh, aku sangat lelah."
Tangannya tanpa sadar diletakkan di perutnya sendiri. Begitu melihat gerakannya, raut wajah Xie Jianbai dan Yu Chengyan berubah serius.
Xie Jianbai langsung menutup perut Yu Wei dengan tangannya untuk memeriksa kondisinya. Ekspresinya tiba-tiba berubah drastis.
"Ada apa?" tanya Yu Wei dengan wajah bingung.
Xie Jianbai terlihat terkejut, lama tak bereaksi. Setelah lama terdiam, akhirnya ia berkata dengan suara tertahan: "Weiwei, kau... kau mengandung."
"Hah?" Yu Wei juga membelalakkan mata, tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Xie Jianbai terus menyelidiki kondisi tubuh Yu Wei. Dari keterkejutannya, ia perlahan kembali rasional sambil semakin mengerutkan alis: "Embrio anak ini terhubung dengan Danyuan Lingfu-mu. Apakah kehamilan murid perempuan lain juga seperti ini?"
"A-apa maksudnya itu?" Yu Wei tampak membeku seperti kucing kayu, jelas otaknya sudah kelebihan beban.
Wajah Xie Jianbai menjadi suram, tak lagi bersuara.
Meskipun sama-sama cultivator, Yu Chengyan memahami implikasi dari hal ini, seolah-olah disiram air dingin yang membuat seluruh tubuhnya menggigil.
Kehamilan normal murid perempuan sama dengan wanita biasa, di mana janin dikandung dalam rahim dan memperoleh nutrisi ibu melalui tali pusar.
Namun dirinya justru terhubung dengan Danyuan Yu Wei - ini berarti dia tidak hanya mengonsumsi kultivasi dan energi dalam Yu Wei, jika sang ibu tidak cukup kuat, kemungkinan besar akan merepotkan hingga mati. Yang lebih mengerikan, Yu Wei bahkan tidak bisa menggugurkannya.
Sedikit saja masalah terjadi pada janin, akan langsung melukai sang ibu.
Ini adalah anak yang harus dilahirkan.
Mata Yu Chengyan mulai berkunang-kunang, napasnya tersengal-sengal, otaknya berdengung keras.
Dia mulai menyadari sesuatu - alasan Xie Jianbai menunjukkan kebencian begitu dia dilahirkan, kebenaran sepertinya mulai terkuak hanya terhalang selembar kertas jendela yang tipis——
Dalam kamar yang sunyi senyap bagai kematian, Xie Jianbai yang berlutut di tepi tempat tidur tiba-tiba berhenti. Perlahan ia mengangkat sorot matanya.
Sebuah buku muncul tiba-tiba di hadapan Xie Jianbai, berubah wujud menjadi serpihan emas yang berkumpul di dahi pria itu.
Yu Wei tak melihat kemunculan buku itu, sebenarnya Yu Chengyan pun terlarang melihatnya. Sebab itu adalah kitab takdir yang hampir tak terbatas mendekati hakikat nasib, mungkin hanya Tianzun yang telah menyentuh sedikit tatanan Langit dan Bumi yang mampu mengintip isinya.
Pada detik ini, melalui perspektif Xie Jianbai, Yu Chengyan juga menyaksikan Kitab Takdir itu—
Ternyata ini adalah novel cerita biasa.
——Sang tokoh utama baru saja bertunas dengan sikap keras dalam rahim sang ibu.
Catatan Penulis:
Belakangan ini update kurang stabil. Hari ini ada waktu, langsung kuselesaikan alur cerita ini, rasanya rambut ikut terbang karena terjaga semalaman..._(:з」∠)_
