06
Saat Yu Wei tiba-tiba hamil, malam ketika Kitab Asli jatuh dari angkasa, Xie Jianbai berdiri semalaman di tepi jendela dengan raut wajah gelap.
Menghadapi kebingungan Yu Wei, Xie Jianbai bahkan tak berani mengungkapkan semuanya pada momen ini.
Anak mereka adalah protagonis cerita, sementara kedua orang tuanya - satu meninggal muda, satu lagi menjadi antagonis akhir.
Situasi mendadak ini mengacaukan segalanya. Xie Jianbai bahkan belum sempat mengonfirmasi dengan Yu Wei apakah perasaan mereka bisa berkembang lebih jauh.
Rencana mereka menjelajah berbagai alam, segala persiapan untuk masa depan bersama, dalam sekejap berubah menjadi bayangan.
Takdir datang secara tak terduga. Meski memiliki jutaan ketidakrelaan, Xie Jianbai harus fokus merawat Yu Wei agar bisa melahirkan anak yang menyambung nyawa mereka.
Untungnya, Yu Wei bersedia menikah dengannya.
Meskipun dia terlihat tertarik pada aktivitas ini karena novel, sama sekali tidak memahami betapa serius dan pentingnya pernikahan bagi manusia.
Namun demikian, Xie Jianbai tetap merasa senang, setidaknya Yu Wei tidak pernah berpikir untuk pergi begitu saja dengan anaknya - seperti yang sering dilakukan murid perempuan ras iblis.
Xie Jianbai tetap memberitahukan kabar gembira ini ke seluruh dunia, hanya saja, saat menikah hanya ada mereka berdua.
Karena Xuantian Xianzong telah dibubarkan, para murid perempuan yang dulunya dekat dengan Yu Wei tidak pernah menghubungi lagi, satu-satunya sahabat Ning Suyi terhalang oleh keluarga bangsawan dan tidak bisa meninggalkan dunia kultivasi. Sedangkan Xie Jianbai, sama sekali tidak punya teman.
Xie Jianbai mempelajari dengan serius bab tentang upacara pernikahan dalam buku tradisi rakyat, kemudian mempersiapkan kamar dan semua keperluan - kecuali keberuntungan untuk banyak anak yang disebutkan dalam buku, yaitu meletakkan kurma merah di bawah seprai.
Xie Jianbai tidak membeli satu butir kurma merah pun.
Melihatnya saja sudah membuatnya kesal.
Demikianlah, Xie Jianbai dan Yu Wei resmi menikah.
Xie Jianbai telah melakukan yang terbaik untuk memuaskan Yu Wei. Bagaimanapun, kucing bebas yang tidak puas mungkin kapan saja menghilang tanpa jejak bersama anaknya.
Untungnya, Yu Wei terlihat sangat puas.
Ia terutama menyukai Xie Jianbai yang mengenakan jubah pengantin merah besar. Pria itu memang terlihat tampan dan bersih, tetapi ketika memakai warna cerah seperti ini, muncul pesona unik yang berbeda.
Pengantin pria gantengnya, hehehehe.
Nanti harus diulang beberapa kali!
07
Setelah menikah, Xie Jianbai tidak melepaskan posisi Tianzun seperti rencana sebelumnya.
Di tepi dunia kultivasi yang sepi, ia menebas sebuah Prefektur Xian dengan dua kali ayunan pedang, lalu mengukirnya menjadi pulau kosong. Dengan kekuatan dewata, ia mengontrol perubahan musim dan pertumbuhan tanaman di sana.
Sebuah pulau yang benar-benar unik pun tercipta.
Untuk mencegah kebosanan Yu Wei, pulau ini memiliki empat musim yang jelas - musim semi, panas, gugur, dan dingin dengan berbagai lanskap alam berbeda. Xie Jianbai juga membangun sebuah rumah di Pulau Musim Semi.
Yu Wei sangat puas setelah tiba di pulau. Tempat ini indah dan nyaman dengan sinar matahari yang tepat serta aliran air jernih, persis seperti surga yang tersembunyi!
Sejak dulu sifatnya memang santai. Jika suatu tempat terasa nyaman, dia bisa tinggal sampai ujung zaman.
Kemampuan berkeliling ke berbagai alam selama bertahun-tahun ini sepenuhnya karena adanya Xie Jianbai yang menjadi tukang bersih-bersih kotoran sekaligus penyedia akomodasi lengkap, memungkinkannya murni bermain tanpa perlu melangkah lebih dari yang diperlukan. Kalau tidak, energinya pasti sudah habis untuk bolak-balik.
Setelah mengandung, Yu Wei mulai menjadi lebih mudah lelah. Pulau Musim Semi kebetulan tepat untuk membina kondisi kesehatannya.
Xie Jianbai hampir setiap saat menemani, memantau setiap perubahan kondisi tubuhnya dengan cermat, khawatir muncul masalah apa pun.
Yu Wei justru riang gembira tanpa beban, bahkan bersama Xie Jianbai berkhayal tentang masa depan mereka.
“Nanti aku punya anak kucing kecil, aku bisa menjilati bulunya.” Raut wajahnya tampak bersemangat, “Aku akan menjadi ibu yang baik!”
Xie Jianbai memegang bubur manis yang baru dibuat, setelah berpikir sejenak tentang alur cerita asli, dia berkata, “Dia keturunan campuran, mungkin tidak bisa berubah jadi kucing.”
“Oh.” Yu Wei merenung sejenak, “Kalau gitu aku bisa menjahitkan rok untuknya.”
“Ini seharusnya anak laki-laki.”
“Anak laki-laki kenapa? Anak laki-laki tidak boleh pakai rok?”
“……”
Ekspresi Xie Jianbai terlihat semakin serius.
Dia tak menyangka Yu Wei ternyata begitu memperhatikan dan menanti-nantikan kehadiran anak yang tiba-tiba ini.
Tapi anak ini sama sekali tidak boleh dibiarkan tumbuh besar.
Bayi ini terhubung dengan dantian kediaman Yu Wei, sesuai takdir ilahi dalam cerita asli untuk mencegah sang ibu menggugurkan protagonis masa depan.
Karena itu, mereka harus menunggu sampai dia lahir, baru kemudian membunuhnya.
Sekecil apapun kemungkinannya, Xie Jianbai tidak berani mempertaruhkan risiko Yu Wei meninggal muda itu.
Melihat Yu Wei yang sedang berkhayal tentang masa depan, Xie Jianbai pertama kali merasakan seperti apa perasaan cemas.
Untuk memastikannya bisa melahirkan anak dengan sehat tanpa kecelakaan, tentu perlu mempertahankan emosi bahagianya. Xie Jianbai bahkan tidak bisa mengatakan sesuatu yang akan mengurangi motivasinya.
Setengah tahun kemudian, Yu Chengyan lahir.
08
Ini mungkin pertikaian pertama antara Yu Wei dan Xie Jianbai sejak mereka mengenal satu sama lain.
Pasangan aneh ini dengan pola pikir yang berbeda dari orang biasa, ditambah sifat saling toleransi, sebenarnya sulit bertengkar.
Tapi kali ini berbeda.
"Bunuh dia." Nada bicara Xie Jianbai kejam.
Yu Wei memandangnya dengan tak percaya, tidak menyangka apa yang baru saja diucapkan pria itu.
"Xie Jianbai, apa kau gila? Apa yang kau katakan?!" teriak Yu Wei, "Dia anak kita, bagaimana bisa kau mengucapkan kata-kata seperti ini..."
“Itu bukan anak kita. Seharusnya tidak ada keturunan di antara kita berdua.” Xie Jianbai berkata dingin, “Takdir menitipkannya di rahimmu. Jika ingin menghentikan takdir yang dipaksakan ini, satu-satunya cara adalah membunuhnya!”
“Tapi ini hanya dugaanmu, jika...”
“Tidak ada 'jika'.” Xie Jianbai bersuara muram, “Bahkan kemungkinan seperseribu pun harus dimusnahkan. Weiwei, ini kesempatan terbaik. Jangan biarkan dia dewasa!”
Yu Wei duduk sunyi di situ. Setelah lama terdiam, ia berkata, “Tidak boleh.”
“Weiwei!” Xie Jianbai mengangkat wajah dengan cepat, mengerutkan dahi, “Anak ini tidak bisa dipertahankan...”
“Tidak boleh!” Kata Yu Wei, “Sekalipun yang kaukatakan benar, menjadi anakku bukanlah kesalahannya. Dia anakku, aku pasti akan melindunginya!”
Xie Jianbai mengerutkan alisnya, ia berusaha sekuat tenaga membujuk, "Kehamilan seratus persen merugikan wanita. Kini kau begitu memperhatikannya, itu karena pengaruh kondisi tubuhmu. Weiwei, tenangkan dirimu dan pikirkan baik-baik untung ruginya. Bagaimana mungkin nyawa seorang anak bisa lebih penting darimu? Se..."
Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, Yu Wei sudah melemparkan bantal dari belakangnya.
"Kubilang tidak boleh ya tidak boleh!"
Xie Jianbai diam seribu bahasa.
Yu Wei terlalu memahami pria itu. Hanya dengan melihatnya menundukkan pandangan sambil berpikir, ia langsung tahu isi hati Xie Jianbai.
Pasti Xie Jianbai sedang mencari solusi lain, misalnya, mengesampingkannya dan bertindak tanpa konsultasi...
Yu Wei benar-benar naik darah, dengan suara bergetar ia mengancam, "Berani-beraninya kau menyentuh anakku, kubuat kau jadi barang kuburan untuknya!"
Sebenarnya ia ingin membuat Xie Jianbai membayangkan diri di posisi anak mereka, bagaimana perasaan sang anak jika mengalami hal serupa.
Tak disangka, pria itu benar-benar memikirkan kemungkinan ini dengan serius. Dia mengangkat wajah, lalu berkata perlahan, "Jika ini bisa membuatmu setuju…"
Yu Wei hampir mati kaget karena ulah Xie Jianbai.
Benar-benar orang gila! Untuk membunuh anak kandungnya sendiri, nyawanya pun dia abaikan.
Dia menyambar bantal di sampingnya dan memukulinya habis-habisan, tapi amarahnya tak juga reda.
Xie Jianbai menahan serangan dengan lengannya. Di tengah hujaman bagai angin topan dari Yu Wei, dia berkata terbata-bata, "Atau… atau kita antar dia pergi…"
"Kau mimpi!" bentak Yu Wei. "Xie Jianbai, jika ada apa-apa dengan anakku, aku pun takkan hidup lagi!"
Mengancam nyawa Xie Jianbai sendiri ternyata hampir tak berpengaruh. Begitu Yu Wei menjadikan dirinya sebagai taruhan, efeknya langsung terlihat.
Setidaknya, pria itu benar-benar mengurungkan niat itu dan tak pernah membicarakannya lagi.
Hanya saja Yu Wei masih tetap enggan meladeninya selama hampir setengah bulan, setiap hari hanya ditemani harta karunnya.
“Hek hek, anaknya benar-benar menggemaskan, harum, pipinya lembut dan kenyal, dilihat dari sudut mana pun sangat menarik perhatian.”
Dalam sebulan masa perang dingin, Yu Wei benar-benar mengabaikan berbagai upaya pendekatan Xie Jianbai, bahkan darahnya pun tak diminumnya, hanya memaksakan diri menyantap tiga kali makan sehari darinya.
Bagaimanapun, sebesar apa pun kemarahan tak boleh membuat perut kelaparan, urusan makan adalah rencana besar.
Xie Jianbai tak bisa masuk ke kamar tidur, namun dengan tegas menolak tinggal di kamar samping, setiap hari berjaga di luar pintu dengan wajah memelas.
Setelah sebulan berlalu, sikap Yu Wei mulai melunak. Xie Jianbai memanfaatkan kesempatan mengantarkan makan siang untuk kembali menunjukkan sikap baiknya dengan kikuk.
“Anak sudah harus diberi nama.” Katanya.
Di hadapannya, Xie Jianbai sekali lagi mengalah.
Yu Wei menatapnya, setelah berpikir sejenak, dia memberi isyarat pada Xie Jianbai.
“Peluk dia.”
Xie Jianbai mengangkat bayi itu dengan gerakan kaku. Berapa kali pun dia memeluk, kedua tangan yang biasa memegang pedang tetap tak bisa menyesuaikan diri dengan kelembutan indra peraba seperti ini.
Bayi itu terus menerus menangis keras dalam dekapan Xie Jianbai. Raut wajahnya langsung berubah bingung, refleks menoleh ke Yu Wei. Seolah berkata: Dia tak melakukan apa-apa, si kecil ini yang menangis sendiri.
Setelah akhirnya berhasil meninabobokan bayi itu dan menidurkannya di ranjang, tubuh kaku Xie Jianbai perlahan mulai membaik.
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Yu Wei.
"Aneh," jawab Xie Jianbai jujur. "Seperti monster kecil."
Yu Wei tertawa.
"Ini anak kita," katanya. "Monster kecil yang unik di dunia."
09
Saat Xie Jianbai menerima anak itu, dia langsung menyadari: Jalan yang lebih berat sedang menanti mereka.
Sulit dikatakan apakah dunia ini yang muncul lebih dulu sebelum karya asli, atau sebaliknya. Yang jelas, karya asli memiliki kekuatan nasib yang kuat dan terikat dengan lambang takdir ilahi.
Kabar baiknya, kini lambang takdir ilahi dari karya asli tampak lemah, setidaknya takdir alam semesta di seluruh dunia masih terbentuk secara alami dari Langit dan Bumi, sementara lambang takdir karya asli hanya menempati satu titik posisi.
Takdir alam semesta mengutamakan keseimbangan dunia, sedangkan lambang takdir karya asli memiliki kecenderungan egois yang akan berusaha keras mendorong dunia berkembang sesuai alur cerita asli.
Dengan kata lain, sama sekali tidak ada siklus besar energi kehidupan, itu hanyalah lambang takdir karya asli yang memicu kekacauan untuk membangun fondasi alur cerita.
Xie Jianbai pernah melawan ketidakadilan ini secara tidak sadar selama sepuluh ribu tahun, namun pada akhirnya, lambang takdir tetap menang.
Kekacauan akhirnya tiba, bahkan tokoh utama telah lahir dengan sehat dan akan dibesarkan oleh mereka, meski keduanya sudah mengetahui kebenaran. Apakah nasib benar-benar tak bisa dilawan?
Hampir setiap hari Xie Jianbai mencari cara untuk memecahkan masalah ini. Yang membuatnya khawatir bukan hanya takdir penuh niat jahat yang mengintai mereka, tapi juga Yu Wei.
Yu Wei adalah keturunan dewa yang memiliki kekurangan bawaan dan belum berhasil bangkit. Dalam tingkat tertentu, dia adalah keturunan dewa yang cacat.
Tidak bisa mengendalikan kekuatan alam, juga tidak mampu menyerap dengan efektif. Xie Jianbai harus mengawasi ketat dan menyuplai darah dewata untuk sekadar mempertahankan kesehatannya.
Namun kehamilan dan persalinan tetap mempengaruhi tubuhnya. Warisan keturunan dewa seharusnya ditransfer melalui siklus hidup-mati, berkembang biak lewat Langit dan Bumi. Tindakan Yu Wei melahirkan sendiri anak sudah sangat tak wajar, sang anak mewarisi sekaligus memotong sebagian kekuatannya.
Akibatnya, Xie Jianbai terpaksa menunda investigasi terhadap lambang takdir ilahi dalam naskah asli, fokus membina kondisi fisik Yu Wei. Jika tidak, bahkan tanpa campur tangan takdir, karakter ceroboh Yu Wei mungkin akan meninggal muda dalam hitungan tahun.
Meski banyak hal membuatnya kewalahan, kehidupan keluarga singkat ini justru meninggalkan kenangan indah yang dominan saat diingat di masa depan.
Di pulau kosong, Xie Jianbai bukanlah Tianzun, dia hanyalah dirinya sendiri - seorang pria biasa.
Memang dia tidak punya minat pada anak, sebelumnya juga tidak pernah merasa anak ini punya sisi menggemaskan.
Tapi semakin lama membiayai, Xie Jianbai mulai merasa berkunang-kunang.
Si kecil yang polos dan lugu ini, meski secara naluriah takut pada ayahnya, setelah Xie Jianbai selalu memberinya makan dan memandikannya sendiri, mulai aktif membuka lengan sambil berceloteh tak jelas, ingin dipeluk.
Cheng Yan kecil juga suka melihat Xie Jianbai memasak. Setiap kali Xie Jianbai menengok, pasti melihat mata besar lugunya yang tak berkedip mengawasinya. Ketika Xie Jianbai balas menatap, dia malah bersemangat bertepuk tangan sambil memanggil dua kali dengan ucapan yang belum jelas.
Memori terkubur Xie Jianbai terbangunkan, dia bahkan teringat masa lalu murni dan bahagia saat memelihara kucing kecil dan anjing di masa remajanya. Kenangan ini sejak lama telah dia kuburkan secara refleks dalam hati.
Terasa... apakah membesarkan anak agak mirip dengan memelihara anjing kecil?
Malam hari, Yu Wei yang baru bangun tidur untuk makan malam melihat Xie Jianbai meletakkan anak itu di tempat tidur panjang.
Jari-jari jenjang Xie Jianbai memainkan gasing berpetualang, Cheng Yan kecil berjuang merangkak dari sisi lain tempat tidur. Tangan kecilnya menahan kaki Xie Jianbai yang mengangkat tangan membuatnya tak bisa mencapainya.
Cheng Yan kecil tak marah, malah kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke dalam dekapan Xie Jianbai sambil tertawa cekikikan, persis seperti hewan kecil yang riang gembira.
Tampaknya perkembangan perasaan antara ayah dan anak berjalan baik.
Yu Wei yang melakukan inspeksi sangat puas dan memberikan apresiasi tinggi.
10
"Keharmonisan ayah dan anak hanya bertahan beberapa tahun waktu, sampai Cheng Yan kecil mulai masuk usia pendidikan dasar."
Ia duduk manis di tempat tidur, mewarisi mata besar ibunya yang berkelip-kelip polos, tak mengerti apa arti catatan arsip yang sedang ditulis ayahnya di tangannya.
Xie Jianbai menyelesaikan rencananya, lalu menyerahkan pada Yu Wei untuk persetujuan.
Yu Wei bahkan tak perlu memeriksanya detail-detail - hanya melihat jadwal belajar harian yang begitu padat, dia langsung merasa tercekik.
"Kau gila, dia masih bayi kecil belum empat tahun!" kata Yu Wei dengan ekspresi tak percaya, "Masa mungkin belajar sebanyak ini?!"
"Mengapa tidak boleh?" Sorot mata Xie Jianbai tampak bingung, kebingungan yang menyiratkan kesedihan, "Waktu kecil aku belajar, lebih banyak dari ini."
Dia sudah memprediksi Yu Wei akan menentang, jadi sebelumnya sudah memotong separuh dari rencana awal, tak disangka tetap mendapat perlawanan.
Yu Wei ingin mengatakan sesuatu namun ragu, sementara tidak tahu apakah harus bersimpati pada Xie Jianbai yang sudah mulai belajar sejak dini di masa kecilnya, atau mengeluh tentang gaya khasnya yang selalu serius.
Logika Xie Jianbai terlalu kaku dibanding orang biasa. Bila orang yang licik dan berakal harus membesarkan anak yang mungkin menimbulkan ancaman di masa depan, mungkin akan sengaja membiarkannya makan-minum dan bermain seharian, menjadikannya sampah masyarakat.
Tapi Xie Jianbai tidak begitu. Setiap hal yang dilakukannya harus sempurna dan terbaik, tanpa pernah curang.
Janjinya untuk menerima anak itu adalah penerimaan sejati. Dengan sepenuh hati ingin membesarkannya, bahkan tak pernah mempedulikan takdir bahwa Yu Chengyan yang dewasa nanti akan membunuh ayah kandung sendiri.
Dengan sifat serius seperti ini, Xie Jianbai adalah ayah yang tegas tulen. Terlebih Yu Wei terlalu memanjakan dalam mengasuh anak, tak pernah menegur Yu Chengyan sekalipun ia bandel atau bersikap kekanak-kanakan.
Mengajarkan aturan, studi literatur, latihan kaligrafi, hukuman untuk kesalahan, hampir semua hal yang menarik perhatian menyebalkan dilakukan oleh Xie Jianbai.
Ajaran ayah diwariskan ke putra, mereka adalah ayah dan putra sekaligus guru dan murid, sulit bagi Xiao Chengyan untuk tidak takut pada ayahnya sendiri.
Namun, gambaran Xie Jianbai yang dingin dan penuh kebencian dalam ingatan Yu Chengyan di kemudian hari yang berlebihan dan memburuk, sebenarnya agak tidak adil bagi ayahnya.
Memang Xie Jianbai sejak lahir memiliki wajah dingin, tingkat kultivasinya pun tinggi, selalu tampak berwibawa tanpa perlu marah. Sebenarnya, sangat mungkin dia hanya sedang melakukan meditasi kosong belaka.
Di kemudian hari, Yu Chengyan yang telah melalui segalanya mengingat kembali masa lalu ini dengan perasaan absurd.
Bisa dikatakan, cultivator pedang gunung es yang ditakdirkan sendiri seperti ayahnya ini bisa memiliki istri, bahkan pacaran yang manis, menikah dengan harmonis seperti madu, hampir tidak pernah bertengkar - sungguh sesuatu yang tak terbayangkan. Semua ini hanya mungkin terjadi karena orang yang dia temui adalah Yu Wei.
Dua orang dengan pola pikir yang berbeda dari kebanyakan, siapa sangka ketika bersatu justru cocok?
