Diberi nutrisi energi sisa hun langit, entitas spiritual Duoduo semakin stabil.
Saat pertama kali kulihat, gadis kecil ini terlihat penuh keraguan. Tanpa konsentrasi penuh, mustahil menyentuhnya, tenaganya pun lemah. Setelah kuberi mantra doa, entitasnya mulai stabil dan bisa melakukan pekerjaan kecil seperti memijat punggung atau bahu, walau tak berarti banyak. Namun di minggu ketiga saat kubawa ke rumah sakit, suatu malam pulang ke rumah, gadis kecil ini malah menyediakan semangkuk pangsit beku yang direbus untukku.
Perlu diketahui, hantu secara alami takut pada api. Memegang mangkuk pangsit panas ini, hatiku dipenuhi rasa tersentuh sekaligus bangga.
Lambat laun, bahkan tanpa konsentrasi pun aku bisa menyentuhnya - seperti jelly, dingin, lembut, tapi kenyal. Suka bermain, sering membuat wajah hantu lucu yang menggelikan. Tapi suatu kali tiba-tiba berubah jadi wajah biru bertaring panjang, membuatku kaget setengah mati. Kuomel habis-habisan, sejak itu tak berani lagi.
Entah sejak kapan dia kecanduan TV, terutama serial "Pleasant Goat and Big Big Wolf". Meski tak bersuara, ekspresi wajahnya sangat hidup, kadang sampai berguling-guling di sofa, sungguh menggemaskan.
Jin Can Gu juga mengalami beberapa perubahan, tubuhnya semakin gemuk. Saat dipegang, teksturnya lembut namun terasa seperti logam. Wanginya seperti aroma cendana, bisa mengeras dan melunak secara bebas. Kadang aku berpikir, jika ukurannya tidak terlalu kecil, mungkin cocok digunakan untuk wanita (ya, terkadang pikiranku jahat). Yang paling menarik adalah matanya. Dulu kupandang dengan rasa ngeri, tapi kini terlihat warna-warni yang tak bisa kutembus maknanya.
Hidup terus berjalan. Kabar hantu di gedung semakin menjadi-jadi. Awalnya hanya dengar desas-desus dari staf properti dan satpam di lantai dasar, kemudian perusahaan memberi mereka larangan bicara. Tapi di grup QQ para pemilik unit, gosipnya malah semakin liar:
Ada yang mengaku bertemu hantu perempuan berambut panjang sampai pinggang, mata sipit dan alis kehijauan, wajah berlumuran darah melayang di udara. Ada yang bilang paman di unit sebelah melihat mayat berlumuran darah melayang di luar jendela. Ada pula yang mengaku bermimpi perempuan seksi datang di malam hari, bercinta seru sampai pagi, bangun dengan "bekas perang" berceceran di selimut dan bau anyir menyengat...
Contoh-contoh seperti ini terlalu banyak untuk disebutkan. Tak bisa dibedakan mana yang nyata, mana yang cuma omong kosong orang iseng.
Asal usul hantu ini setelah disebarkan telah memiliki banyak versi. Versi yang paling masuk akal adalah di sebuah apartemen di gedung ini tinggal seorang wanita cantik, merupakan istri simpanan seorang pengusaha Hong Kong di daratan. Kebutuhan hidupnya tercukupi, setiap hari berbelanja, salon, pesta bersama teman-teman, bermain mahjong dan minum-minum. Kecuali harus melayani kakek tua dari Hong Kong itu dua kali sebulan, hidupnya terbilang nyaman.
Sayangnya dia tidak pernah puas. Suatu hari mantan pacarnya datang ingin berbaikan. Karena masih tersisa perasaan lama dan kehampaan dalam kesehariannya, akhirnya mereka rujuk kembali. Mantan pacarnya itu pria hidung belang tak becus, sehingga sebagian besar uang dari pengusaha Hong Kong habis untuk menutupi kerugiannya. Tapi karena dia rela, tak ada yang bisa ikut campur. Celakanya si mantan tanpa sengaja tertular virus HIV lalu menularkannya padanya. Penyebaran berlanjut hingga pengusaha Hong Kong tertular, jumlah korban yang terinfeksi mencapai belasan orang.
Mengetahui hal ini, sang pengusaha Hong Kong murka. Setelah memutuskan hubungan dan memukulinya habis-habisan, dia berencana menarik kembali semua fasilitas yang pernah diberikan.
Perempuan itu mencari si hidung belang, tapi si pecundang itu menolaknya mentah-mentan. Setelah merengek-rengek tanpa hasil, dengan hati hancur dan putus asa, di suatu malam dia melompat dari lantai atas. Jatuhnya langsung menjadi bubur daging yang hancur lebur. Namun dendam kesumatnya yang tertanam dalam hati, ditambah pakaian dalam merah yang dikenakan saat mati, membuat arwahnya berubah menjadi hantu dengki yang menyiksa manusia.
Peristiwa ini terjadi bulan Juli tahun ini, bahkan semuat dimuat di koran lokal. Aku yang waktu itu tahu kabarnya langsung meludah sambil bergumam: "Sialan, pertanda buruk!"
Saat ini rumor mulai bermunculan. Jika di masa lalu aku pasti akan tertawa dan mengabaikannya, namun sekarang setengah kakiku sudah masuk ke dalam dunia ini, tentu saja aku mulai memperhatikan. Tapi sampai sekarang belum pernah bertemu, tidak tahu benar tidaknya.
Tapi mungkin memang nasibku sedang sial, tak disangka...
※※※
Di akhir Oktober, cuaca mulai dingin dan bisnis pun sepi. Syukurnya kinerja di awal dan pertengahan bulan sangat bagus, membuat semangat tetap tinggi. Toko kami biasa memberikan gaji di pertengahan bulan, tapi rekapitulasi harus diselesaikan di akhir bulan. Jadi beberapa hari itu aku biasanya sibuk sampai larut. Jin Can Gu yang biasa dekat dengan hantu kecil Duo-duo, tidak puas dengan jadwal kerjaku. Saat aku berangkat pagi, dia menyelinap keluar dari saluran pencernaan dan melingkari boneka porselen di ruang kerjaku, enggan pergi.
Aku senang makhluk kecil ini berjaga di luar. Apalagi saat itu kondisi keamanan sedang buruk dengan banyak pencuri berkeliaran, kubiarkan dia menjaga rumah.
28 Oktober, aku, A Gen, Xiao Mei dan manajer lainnya Gu Wei menghitung pembukuan sampai jam 10 malam. Lalu kami mentraktir kedua manajer toko dan beberapa staf yang masih bertugas untuk makan ikan bakar api di restoran dekat sana. Setelah makan malam, mengantar pulang karyawan. Saat itu sudah lewat jam 12 malam.
Akhirnya yang dikirim pulang tetap Xiao Mei. Gadis ini sekarang semakin menunjukkan ketertarikan padaku dengan cara yang semakin langsung. Sering membawakan sarapan pagi, menyeduhkan teh, dan mengajakku mengobrol. Nama lengkap Xiao Mei adalah Jiang Yingmei, lahir tahun 1989. Menurut perhitungan usia tradisional, di tahun 2007 usinya baru 19 tahun. Tapi sejak lulus SMP di usia 15 tahun, dia sudah ikut keluarga merantau. Pengalaman sosialnya banyak, wajahnya cantik, sehingga penjualannya bagus. Dia termasuk karyawan pertama kami yang cepat naik jabatan jadi manajer toko.
Secara logika, Xiao Mei memang cantik dan aktif merayu, seharusnya aku bisa menerima dengan senyum. Tapi aku sudah melewati fase mengejar nafsu sederhana. Aku juga tidak bisa mencintainya terlalu dalam, khawatir kalau hubungan rusak, toko akan kehilangan pilar utama. Orang yang dipercaya memang sulit dicari. Jadi aku terus berpura-pura bodoh. Tapi ini bukan solusi, ditunda-tunda malah bisa bermasalah. Karena ini wajahku selalu muram.
Setelah parkir di garasi, aku masuk ke gedung. Satpam gemuk di resepsionis lantai 1 menyapaku: "Selamat malam, Tuan Lu." Kuanggukkan kepala sambil melangkah. Tapi satpam itu menyela: "Eh... Tuan Lu," dia menghalangi dengan wajah menyesal, "Maaf sekali, Tuan Lu. Lift hari ini rusak, baru bisa diperbaiki besok. Mohon naik lewat tangga ya?"
Gue bilang——Rumahku di lantai 10.
Kutumpuki satpam gemuk itu habis-habisan, bilang uang manajemen gedung sia-sia dibayar. Tapi dia baik hati, terus tersenyum minta maaf. Aku sendiri merasa tak enak, tak pedulikan lagi. Kubuka pintu tangga dan mulai memanjat.
Secara logika, tubuh muda seperti aku seharusnya tidak kesulitan menaiki tangga. Dengan latihan biasa, tiga langkah dua hentakan seharusnya cukup. Tapi hari ini benar-benar melelahkan, ditambah minum sedikit alkohol malam tannya tanpa kehadiran Jin Can Gu si parasit alkohol, sebenarnya toleransiku terhadap alkohol tidak terlalu baik. Dengan penuh harap ingin mandi busa nyaman di rumah, tak disangka malah dapat masalah begini. Tapi seberapa pun aku mengeluh, takkan mengubah realita pahit harus merangkak naik tangga ini.
Gedung tempat tinggalku cukup tinggi, menaiki tangganya pun sulit. Efek alkohol mulai terasa, membuat langkah kakiku sedikit limbung. Lampu sensor di koridor menyala redup karena suara langkahku pelan. Sambil berpegangan pada pegangan besi tangga, belum sampai dua lantai tiba-tiba tangan terasa licin. Kuangkat tangan - segumpal ingus segar menempel. Darahku langsung mendidih, sambil mengusapnya ke dinding aku bersumpah serapah: "Sial sial sial... Dasar tidak punya etika, buang ingus sembarangan..."
Suara sumpah serapahku menggetarkan lampu koridor sensor di lantai atas dan bawah, tiba-tiba seluruh area terang benderang.
Tiba-tiba aku berhenti mengumpat. Sensasi dingin menusuk menggelitik tengkuk, angin tak jelas asalnya berhembus pelan, dinginnya menusuk tulang seperti di makam kekaisaran. Sadar alkoholku langsung hilang. Dengan cepat kumenoleh ke belakang - hanya tangga kosong yang terlihat. Kufokuskan persepsi spiritual ke lantai atas-bawah, selain desau angin tipis, tak ada suara lain yang terdeteksi.
Saat itu aku sudah menyadari kemungkinan adanya hantu. Awalnya tidak takut, namun teringat Jin Can Gu andalanku tertinggal di rumah di lantai 10, rasa menyesal sudah cukup dalam.
Tak berani berlama-lama, langsung berlari menaiki tangga. Saat panik, potensi benar-benar meledak. Dengan kaki panjang, satu langkah bisa tiga anak tangga. Berlari sekuat tenaga, dalam beberapa menit sudah empat lima lantai. Saat panik, emosi paling labil. Entah mengapa terasa angin berdesir di belakang, tak berani menoleh, khawatir hantu yin langsung menerjang.
Mengapa memilih naik daripada kembali ke ruang utama memanggil orang? Jika rumor benar, hantu ini termasuk kategori hantu dengki kelas berat, energi dendamnya seperti zat korosif. Benda biasa tak bisa menahan, malah celaka. Dengan Jin Can Gu meskipun termasuk racun gaib paling mematikan, sifat Yang-nya saat energi keemasan di kulitnya aktif, bisa menghancurkan sebagian besar energi Yin jahat.
Jadi bagi saya, rumah adalah tempat paling aman.
Demikianlah aku terus naik belasan lantai, berlari hingga akhirnya berhenti di mulut koridor bertanda lantai lima. Mulut koridor yang sempat kulewati dalam kepanikan ini baru kusadari telah kulewati tujuh delapan kali - hantu tembok. Firasat buruk menggeliat, kusatukan pikiran melafalkan mantra suci sembilan karakter "Ling Biao Tong Qia Jie Xin Lie Qi Chan", kudorong pintu dan melirik koridor. Koridor yang biasanya terang kini remang-remang, semakin menyeramkan.
Keringat dingin membasahi wajahku. Tiba-tiba kuingat: sial, wanita yang mati itu tinggal di lantai lima.
Saat itu, meski telah menghafal "Dua Belas Metode Penakluk Gunung", fokusku lebih pada studi tentang pengembangbiakan gu, larangan mantra, pengusiran penyakit, dan esai ringan karena dua makhluk kecil di rumah. Pengetahuan tentang altar persembahan, penyebaran ajaran, fu untuk menghadapi hantu dengki hanya kudengar sepintas, tak kuasai tuntas. Tanpa bimbingan guru dan pengalaman, aku pun limbung tak karuan.
Yang terpenting, meski lebih unggul dari orang biasa, tanpa Jin Can Gu, aku hampir tak berarti.
Saat itu, hati ini... rasa penyesalan itu...
Saat aku masih melafalkan mantra suci (zhenyan) dan hendak kembali ke tangga, kulihat di seberang ubin keramik putih tiba-tiba muncul wajah wanita berwarna merah muda dengan ekspresi penuh kesedihan. Segera kuseka, namun semakin kuseka bola matanya justru semakin melebar, wajahnya menjadi semakin menyedihkan dan membuat bulu kuduk berdiri. Bersamaan, wajah ketiga, keempat mulai bermunculan di berbagai ubin dinding, tersenyum, senyum seram yang mengganggu... Aku berhenti mengusap, tegang memandang sekeliling.
Suara melankolis seperti ratapan mengalun dari ujung koridor, samar-samar. Awalnya volume suara itu kecil dan halus, namun seiring bertambahnya wajah-wajah wanita di ubin dinding, suaranya semakin melengking seperti teriakan burung hantu malam, atau seperti kucing betina yang birahi. Aku tak mengerti ucapannya, namun bisa merasakan Energi Dendam yang terkandung di dalamnya.
Perlahan, aku mulai memahami ucapannya: "Aku tidak membuang sampah sembarangan, aku tidak membuang sampah sembarangan..."
Ya ampun, mulutku memang usil! Dia tidak membuang sampah - hanya membuang dirinya sendiri ke bawah. Baru kini kusadari bagaimana caraku membangkitkan si perempuan ini.
Semua kejadian dari saat aku berhenti di koridor lantai 5, melirik ke koridor, hingga melihat wajah-wajah wanita di ubin dinding sebenarnya hanya terjadi dalam belasan detik. Refleks kurasakan lantai ini terlalu berisiko, tanpa peduli lagi fenomena hantu tembok, segera kulari menuju tangga atas. Tiba-tiba semua lampu koridor padam, gelap gulita, angin dingin menusuk.
Refleks kutolehkan kepala dengan cepat——
Melalui cahaya bulan yang masuk dari jendela, kulihat seorang wanita berambut panjang mengenakan gaun sutra merah melayang mendekatiku. Awalnya tak kulihat jelas wajahnya. Saat ia mendekat dan mengangkat kepala, terlihat wajahnya yang rata seperti pecah—seonggok daging busuk penuh belatung, dua bola mata putih tergantung di pipi, gusi putih menyeringai lebar.
Sial...
