Teriakan Ouyang Zhijian ini diikuti guncangan dahsyat di area sempit yang berkabut ini.
Zhao Zhonghua berkata ini tidak bisa, kita harus melantunkan mantra dan mundur turun ke bawah, kembali dulu, jika tidak, hantu dengki ini akan menggerogoti kekuatan pikiran kita, sedikit kecerobohan dan kita akan dirasuki, dibantai semena-mena. Saat Ouyang Zhijian memuntahkan darah, kabut hantu yang hanya berjarak beberapa meter langsung bersemangat, menjerit-jerit, semakin bergulung-gulung. Darah itu tidak tumpah ke tanah, malah ditahan kabut hitam dan dihisap sampai bersih. Usia Ouyang Zhijian sudah lanjut, mana sanggup menahan serangan sehebat ini. Belum tiga detik setelah muntah darah, Formasi Lima Dou Mi yang dibangun dengan susah payah langsung kolaps, tubuhnya lunglai terjatuh ke belakang.
Zhao Zhonghua segera mengangkat tubuh tua kurus itu, sementara Si Berbulu memeluk gadis Danfeng yang lemas di lantai. Saat Formasi Lima Dou Mi runtuh, kami langsung berlari ke pintu terowongan terdekat. Dalam situasi kritis, nasib Ahao di lantai tidak jelas, bukan saatnya memikirkan moral. Pilihan terbaik adalah menyelamatkan yang masih hidup. Saat itu, kami sudah tak bisa memikirkan banyak hal, langsung mengungsi secepatnya.
Tanggung jawab menjaga belakang tentu jadi tugasku.
Dalam sekejap, lima lembar mantra Fu terbakar habis. Semuanya adalah mantra pengusir roh jahat. Kobaran api membuat hantu yang berasal dari energi Yin yang dingin menjadi sangat takut, serangan mereka pun terhenti sejenak. Memanfaatkan kesempatan ini, Duoduo dan aku mengejar beberapa orang di depan sambil berharap hantu-hantu di belakang tidak mengikuti terlalu dekat. Aku yang sendirian tanpa beban berlari lebih cepat dari mereka, hanya beberapa langkah sudah menyusul dan tiba di mulut tangga.
Namun, di mulut tangga itu aku berhenti mendadak.
Yang ada dihadapanku bukan tangga berbentuk "Z", melainkan jurang kosong. Tempat yang seharusnya ada tangga telah menghilang. Sekarang hanya kehampaan. Melihat ke bawah, terlihat tangga lantai satu. Hanya tiga anak tangga tersisa, selebihnya lenyap tak berbekas.
Tipuan mata? Kuminumatkan mata dan mengamati dengan medan energi Qi. Tapi tetap tak terlihat apapun. Aku ragu-ragu berhenti di mulut tangga saat Zhao Zhonghua dan Si Berbulu sudah menyusul. Si Berbulu langsung blank melihat pemandangan ini, lalu meludah dengan sinis. Ludahnya jatuh bebas tanpa hambatan. Kubalikkan badan, beberapa gumpalan kabut hitam bergulung-gulung mendekat, bayangan hantu yang tak terhitung jumlahnya berputar-putar di dalamnya.
Zhao Zhonghua juga mempertaruhkan nyawa, mengeluarkan seikat sutra putih pucat dari pelukannya. Sutra ini dipenuhi talisman yang ditulis tangan oleh banyak orang, setiap simbolnya memancarkan cahaya keemasan yang berkilauan dan gelombang energi yang intens. Sutra sepanjang setengah meter ini digerakkan oleh tangan kanannya yang gemetar, memuntahkan aura kebajikan yang megah hingga aku yang berdiri di samping pun napas tersengal. Duoduo menjerit ketakutan dan bersembunyi di belakangku.
Seperti sedang menari, Zhao Zhonghua mendorong Ouyang Zhijian ke arahku lalu berbalik menghadapi kabut hitam yang mengejar dengan sutra sakti itu.
Kabut hitam yang tersentuh sutra bertuliskan mantra emas itu langsung berkerut tak berbentuk, menjerit-jerit kesakitan. Namun setelah diayunkan 4-5 kali, cahaya sutra mulai memudar termakan korosi energi gelap. Aku tak bisa tinggal diam. Memegang erat cermin Zhen satu-satunya, kusorotkan segenap tenaga ke gumpalan gas hitam pekat itu.
Cermin Zhen di tanganku bergetar hebat. Jing Ling di dalamnya berputar gila-gilaan sementara formasi mantra "Kutukan Penghancur Neraka" yang terukir di punggung cermin terkikis habis.
Mandala Sembilan Pertemuan mengumandangkan mantra suci: "Ling Biao Tong Qia Jie Xin Lie Qi Chan"!
Hati khawatir akan Duoduo, aku juga tak tahu bagaimana caranya, di dalam otakku hanya ada sembilan karakter ini. Setiap karakter sebesar kepala, berputar-putar di atas kepalaku, memenuhi seluruh pikiranku, bzzz-bzzz, lalu mulutku tanpa sadar mulai melantunkannya. Udara bergetar oleh suara ini, seolah bukan aku yang membacakannya. Gemuruh pegunungan, desau pinus, gemericik sungai - setiap karakter bagaikan lonceng raksasa yang menabuh udara tak kasat mata.
Udara tiba-tiba mengental, sementara kabut hitam itu pun memudar sedikit.
Wanita tak berwajah yang semula diam itu akhirnya menghadap ke arahku. Dari seluruh tubuhnya, terdengar desah halus mengambang: "Hmm?" Kemudian, tiba-tiba wajah datarnya seperti kepompong yang pecah, menyunggingkan setengah mulut yang melengkung ke atas, senyum-senyum tak jelas, membuat wajah tanpa mata dan hidungnya semakin menyeramkan. Duoduo di bawah lantunan mantra bagaikan suara Buddha dariku, seluruh tubuhnya bergetar, namun dengan gigi terkunci dia justru maju menghadapi kabut hitam yang berhasil menembus celah kain sutra Zhao Zhonghua. Kabut hitam ini dipenuhi wajah-wajah hantu jahat, bergelombang seperti tumpukan ribuan cacing.
Duoduo mengangkat tangan, melayang di udara, mendorong ke depan.
Lapisan cahaya putih menyembur dari tangannya, setelah itu, ia pun ditelan kabut hitam yang bergulung-gelombang. Hatiku terasa tercabik, tak sempat memerintahkan Jin Can Gu untuk tetap menjaga tubuhku dengan energi Yang, kusuruh makhluk itu keluar dari tubuhku dan melesat ke arah Duoduo. Serangga gemuk ini termasuk sedikit gu yang berunsur Yang, meski tak tahan terhadap sambaran petir, ia bisa bergerak bebas di bawah terik matahari. Terhadap makhluk Yin alamiah, asal dia mau, pasti bisa membakarnya sampai hangus.
Racun gu adalah serangan fisik Jin Can Gu, sedangkan kemampuan memengaruhi pikiran dan pembakaran energi Yang adalah trik di tingkat berbeda.
Makhluk kecil yang dulu suka belajar ilmu sesat ini, bagaimanapun juga termasuk salah satu dari sedikit makhluk semi-spiritual.
Ikatan antara serangga gemuk dan Duoduo bahkan lebih dalam daripada denganku. Mana mungkin ia tega melihat temannya diperlakukan tak pantas oleh benda kotor ini. Meski otaknya tak terlalu cerdas, makhluk ini sangat ngotot. Terhadap siapa pun yang mengancam orang yang disayanginya, ia takkan segan-segan. Begitu masuk ke kabut hitam, kulit keemasannya segera memancarkan cahaya. Cahaya ini menyempit dan meredup dalam kabut, seperti puntung rokok yang hendak padam di kegelapan malam.
Namun, begitu ia bergabung, wajah hantu yang semula menampilkan lima ekspresi berlapis seketika hanya menyisakan satu.
Yaitu penderitaan, penderitaan tanpa akhir.
Ekspresi penderitaan pada wajah-wajah hantu ini seolah ada batang besi membara yang tersumbat di anus mereka. Tentu saja, menurut pendapat pribadiku, bahkan siksaan kejam sekalipun tidak akan mampu menggambarkan ekspresi sedemikian ekstrem.
Duoduo meronta-ronta dalam kabut hitam. Sebenarnya dia punya kemampuan melawan, karena penangkal terbaik untuk hantu adalah hantu juga. Dengan tubuh siluman hantu dan bimbingan pengalaman senior, meski agak kikuk, dia berhasil membentuk mudra dengan kedua tangan yang ternyata bisa menahan kabut hitam agar tidak masuk ke tubuhnya. Aku yang panik mengacungkan Zhen Jing tinggi-tinggi, mengerahkan tenaga untuk mengaktifkan Jing Ling, berusaha menyedot semua kabut hantu jahat ini ke dalam dunia cermin.
Segenggam butir beras beterbangan, setiap butir seberat ribuan tahil, menghantam gumpalan kabut hitam yang pekat ini.
Itulah Tuan Ouyang yang sedang bertindak.
Aku bingung, bahkan Senior Ouyang yang terluka sudah turun tangan, tapi Si Berbulu brengsek ini tidak juga melemparkan satu dua Fu untuk membantu. Apa dia masih sempat bercanda dengan gadis bernama Danfeng ini? Kutoleh ke belakang, dadaku sesak ketakutan: Di mulut tangga hanya ada Tuan Ouyang yang berdiri tertatih-tatih, mana lagi bayangan Si Berbulu dan Danfeng?
Dengan gugup kutanyakan padanya, "Lao Xiao kok menghilang?"
Pak Tua juga terkejut, berkata bukankah di sini? Ia menoleh, tak melihat siapa-siapa, menjulurkan kepala ke bawah. Saat menoleh kembali, wajahnya seperti melihat hantu. Aku panik bertanya pada Lao Xiao apa yang terjadi? Ouyang Zhijian membuka mulut, tiba-tiba berteriak: "Awas di belakang!" Kucekat kepala, hanya melihat bayangan putih memenuhi pandanganku. Braak—! Rasanya seperti ditabrak truk berat yang melaju kencang tanpa ampun.
Tubuhku terangkat ke udara, lalu terhempas keras ke dinding sebelah koridor.
Saat itu kegelapan hampir menyelimuti ubun-ubunku. Kesadaranku tenggelam dalam samudera hati. Tanpa perlindungan Jin Can Gu, aku begitu rapuh.
※※※
Dalam keadaan setengah sadar, aku pingsan. Tak lama kemudian tersentak bangun oleh bau busuk menyengat di hidung, merasa ada yang mengguncangiku.
Membuka mata, Ouyang Zhijian sedang menyimpan botol keramik. Wajahnya cemas: "Lu Zuo, kalau kau tidak segera sadar, kita semua akan mati!" Ia menunjuk ke langit. Kulihat Duoduo sudah dicengkeram wanita tak berwajah itu. Serangga gemuk berputar-putar di sekitarnya, mengibas-ngibaskan ekor melawan kabut hitam jelmaan sembilan hantu perempuan. Zhao Zhonghua yang tadi bertarung, kini terbaring empat meter dariku. Dari sini kulihat kepalanya berlumuran darah, sutra di tangannya sudah compang-camping seperti kain lapuk.
Hantu perempuan tak berwajah ini sungguh dahsyat. Baru satu kali menyerang, semua orang sudah terluka dan cacat.
Melihat ekspresi kesakitan Duoduo, hati saya bagai gudang mesiu yang meledak, langsung meledak. Saya merangkak dan tergesa-gesa mendekat, menggenggam Zhen Jing yang diaktifkan hingga maksimal. Dengan teriakan "Wu Liang Tian Zun", saya menyapu wanita berbaju putih tanpa wajah itu. Jing Ling dengan susah payah memadatkan "Kutukan Penghancur Neraka" menjadi seberkas cahaya emas, kembali menunjukkan kekuatannya. Cahaya ini seperti nyata sekaligus ilusi, langsung menyinari tubuhnya.
Tubuhnya yang seperti sedang menari berguncang sesaat, akhirnya stabil kembali.
Ternyata hanya "mengguncang sebentar"!
Dengan mengangkat tinggi Duoduo, ia perlahan menoleh. Di wajahnya yang rata tanpa mata, tak terlihat ekspresi. Namun rasa takut tiba-tiba menyergap di hati saya, seolah ditarik oleh kejahatan angker ini, atau mungkin tekanan spiritual yang diberikannya. Pikiran saya sempat blank sesaat. Begitu sadar, kabut hitam pekat langsung menyelimuti tubuh saya.
Kabut hitam ini mengumpulkan kekuatan sembilan hantu, memadat hingga seperti benda nyata. Seperti air pasang, ia mengurung saya erat-erat.
Ribuan wajah hantu mengerikan langsung menenggelamkan saya. Dada saya sesak, udara terasa semakin tipis... Astaga, ternyata hantu yang cukup kuat bisa mencapai level seperti ini, menyerang fisik manusia secara langsung, membunuh tanpa jejak. Saya memang kurang wawasan...
Seluruh tubuh saya merinding dingin, terjatuh ke belakang.
Di detik-detik genting ini, suara yang lama tak terdengar muncul: "Aduh... Hantu macam apa ini, berani-beraninya memperlakukan menantu piaraanku seperti ini? Jika aku tidak membuatmu muntah tai semua, aku bersumpah akan makan tai setiap hari mulai sekarang..."
