Tawa yang mengelilingi dari segala penjuru ini membuat bulu kuduk di punggungku langsung berdiri semua sekaligus.
Tawa ini sangat kukenal, langsung membawaku kembali ke malam horor di Wanhao Plaza. Ya, suara wanita ini adalah pemimpin dari dua belas hantu perempuan di gedung plaza itu - hantu tak berwajak yang mengenakan gaun putih. Seketika aku teringat, Lao Wang pernah bilang dari dua belas hantu perempuannya hanya tersisa tiga. Yang terakhir menyatu hanya Xiao Dong dan Man Li, masih ada satu lagi yang hilang. Awalnya kukira urusan sisa ini sudah ditangani profesional oleh Zhang Weiqiang dan krunya, tak disangka mereka tidak hanya melewatkan Si Kumis, tapi juga melepaskan hantu ini.
Efisiensi kerja seperti ini, apa aku boleh mengeluh?
Apa aku boleh mengumpat?
Apa aku boleh mengacungkan dua jari tengah sebagai pujian tulus dari hatiku?
Dalam sekejap mata setelah memahami situasi, aku sudah menerjang ke depan Si Kumis. Tangan kuangkat untuk menghajam tongkat, tapi tongkat langsung dililit hantu itu hingga tak bisa bergerak. Waktu mendesak, tak mau berlama-lama kubuang tongkat dan langsung menangkap ahli Gu yang ingin balas dendam ini. Kukira dengan larinya yang gesit pasti ahli bela diri selevel Lao Wang atau Xu Yongsheng, tapi saat kuraih dan kudorong, ternyata kami jatuh bergulingan. Setelah beberapa kali berguling, baru kusadari bau keringat menyengat di tubuhnya dan napasnya yang terengah-engah.
Aku baru teringat, kami berdua sudah berlari kejar-kejaran selama lebih dari dua puluh menit dengan intensitas tinggi. Bahkan praktisi bela diri sejati sekalipun pasti sudah limbung di titik ini. Tapi anehnya, mungkin karena Jin Can Gu ada di tubuhku, stamina tubuhku masih prima. Aku dan pria berjanggut bergulat di tanah, saling berusaha mengalahkan. Yang mengkhawatirkan, anjing pemakan bangkai tak kunjung menyusul. Baru kusadari, Jin Can Gu telah bergabung dalam pertarungan melawan makhluk itu.
Anjing pemakan bangkai adalah perwujudan Dian Gu. Di wilayah kekuasaan si serangga gemuk, tentu tak mau menyerah dan berusaha melawan mati-matian.
Memanfaatkan kelebihan tenaga, kukuasai pria berjanggut hingga terjatuh. Setengah berdiri, Tok! Tok! Dua cubitan keras menghantam pipinya. Kenikmatan membalas dendam memenuhi hati, tiba-tiba punggungku ditabrak energi dingin menusuk tulang. Jantung hampir copot, kesadaranku goyah. Pasti hantu perempuan satu-satunya yang selamat ini. Tapi jika benar kuat, kenapa tak merasuki tubuhku? Dengan cara nempel-nempel begini, mana bisa melukaiku?
Kubiarkan, terus mengucapkan Mantra Inti Vajrasattva dalam hati, tangan diam-diam membentuk Mudra Acala. Telapak tangan menghunjam dada pria berjanggut di bawahku.
Dengan satu mudra ini, darah menyembur dari mulutnya. Tapi dia malah tertawa terbahak-bahak. Senyumannya begitu seram sampai membuatku ragu, firasat buruk merayap.
Tepat seperti dugaan, sebelum sempat menampar pria berjanggut tebal itu sampai babak belur, tiba-tiba matanya terbuka. Bola matanya berwarna putih bersih, tanpa secercah emosi manusiawi. Kemudian dia mengulurkan kedua tangannya, mencengkeram pergelangan tanganku dengan kekuatan seperti besi, membuatku tak bisa bergerak. Pria berjanggut itu mencekik pergelangan tanganku dengan erat, tersenyum seram namun matanya tetap datar. "Kau pikir bisa lolos dari buruanku, anak muda?" ujarnya. "Bukan hanya kau, semua orang di sini akan mati dalam keputusasaan satu per satu. Tak ada yang bisa lolos dari kejaraanku..."
Tawa itu terdengar dingin, aneh, seperti nyanyian seorang wanita.
Dia menarikku ke belakang dan melemparkannya. Pria berjanggut yang dirasuki hantu ini memiliki tenaga yang luar biasa besar. Sebelum sempat bereaksi, tubuhku sudah terangkat ke udara seperti terbang di awan, sebelum akhirnya menghantam tumpukan sampah. Seluruh tubuhku serasa mau remuk, pinggangku terbentur benda tajam yang sakit sekali. Aku bangkit dari tumpukan sayur busuk dan lumpur berlendir, tak peduli bau anyir yang menempel, langsung berlari ke arah sebaliknya. Merasa ada desiran angin dari belakang, kuacungkan Cermin Zhen sambil berteriak: "Wu Liang Tian Zun!"
Di saat genting, cermin perunggu ini bekerja dengan baik. Seketika memancarkan sinar keemasan yang menyelimuti pria berjanggut itu. Dia langsung kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
Hantu yang begitu ganas, aku sama sekali tidak punya cara untuk menaklukkannya. Harimau Kucing Besar (Tuan Kulit Harimau) yang bisa menghisap arwah itu, ayam betina gemuknya malah tertinggal tidur di rumah oleh Si Berbulu. Tanpa ragu, aku langsung berlari menyelamatkan diri ke arah jalan yang tadi dilewati. Di sisi lain, seekor anjing pemakan bangkai tergeletak lemas, sementara si serangga gemuk menghilang. Duoduo melayang di udara, kedua lengannya yang mungil seperti batang teratai terentang lurus. Ketiga anjing pemakan bangkai itu tiba-tiba diam membeku.
Konsentrasi terputus, energi jahat belum sirna.
Aku teringat! Ini adalah metode dalam 《Gui Dao Zhen Jie》untuk mengisolasi objek dari pengaruh eksternal - Dian Gu sebenarnya diaktifkan melalui racun. Anjing sialan ini selain mengikuti insting, juga patuh pada respon pemilik Gu. Dengan memutus hubungan keduanya, Duoduo bisa membuat anjing ini berhenti sejenak. Tapi dasar anak kecil bodoh! Memutus persepsi tiga anjing pemakan bangkai ini bukan pekerjaan mudah. Dengan kemampuan anak seusianya, berapa lama dia bisa bertahan? Aku melesat seperti angin mendekati Duoduo, melihat lolita kecil ini sudah bermandikan keringat di dahinya.
Sebagai arwah, seharusnya tidak mungkin berkeringat. Tapi Duoduo adalah siluman hantu yang langka, jadi wajar saja jika dia memiliki kemampuan seperti itu.
Si lolita kecil mengembungkan pipinya, bola matanya berkilau seperti sumur batu yang meluap air di bawah cahaya bulan, membuat siapa pun yang melihatnya merasa tersayat hati.
Aku sangat marah dan semakin menghargai kesempatan yang diciptakan Duoduo untukku. Mengayunkan tendangan, seketika aku mematahkan leher anjing pemakan bangkai yang paling ganas itu. Anjing itu merintih lemas di tanah, kepalanya yang sudah berubah mengerikan terkulai lemah, buih darah memancar dari mulutnya. Saat aku hendak menangani yang kedua, pria berjanggut sudah berlari ke sampingku, meraih lengan kiriku dengan kasar dan melemparkannya ke sisi lain. Sekali lagi tubuhku terlempar ke udara, jatuh menuju tumpukan sampah padat yang tajam.
Dengan kecepatan sepertiku, jatuhan ini pasti akan membuat beberapa rusukku patah.
Namun saat mendarat, aku tak merasakan sakit atau benturan keras. Sepasang tangan menahanku dengan mantap, lalu menggeserku beberapa meter, membuatku mendarat tanpa cedera. Kulihat ke samping, ternyata partner lamaku yang tukang main perempuan, Si Berbulu. Sementara itu, anjing pemakan bangkai yang lemas tadi akhirnya berkhianat setelah dihasut Jin Can Gu, menerjang pria berjanggut. Tak sempat basa-basi, setelah tahu penyebabnya, kami berdua kembali maju bersama.
Karena takut pada pria berjanggut, Duoduo sudah melayang di udara, mulutnya komat-kamit mengulangi mantra yang dulu digunakan untuk melawan hantu perempuan.
Arwah roh halus melawan arwah roh halus, inilah solusi yang tepat.
Anjing pemakan bangkai yang dikendalikan Jin Can Gu telah ditendang melayang oleh si janggut lebat. Makhluk sialan berdarah-darah ini merintih sejenak lalu "meninggal dunia", namun dalang sebenarnya sama sekali tidak terluka. Dengan licik, ia menyelinap keluar lalu menyusup seperti peluru ke tubuh anjing pemakan bangkai lainnya.
Ini satu-satunya anjing serigala tersisa, yang berukuran paling besar. Serangga gemuk terus mengulangi metode infiltrasi ini, bersiap menyambut kemenangan akhir.
Dalam pertarungan teknik rahasia antara Jin Can Gu dan Dian Gu, Jin Can Gu menang mutlak, berhasil mempertahankan martabatnya sebagai raja.
Meski si serangga gemuk ini sehari-hari terlihat seperti hantu kelaparan bereinkarnasi yang tak punya harga diri.
Tapi nyatanya, di dahinya memang tumbuh sebuah jerawat.
Selama ada jerawat, segala kemungkinan tetap terbuka.
Anjing pemakan bangkai terakhir sibuk berkelahi dengan mantan sekutunya yang berkhianat. Aku dan Si Berbulu maju bersama menghadapi si janggut lebat. Kekuatan supernya berasal dari hantu jahat yang telah dipadatkan selama sepuluh tahun dalam tubuhnya. Tanpa itu, akumulasi asam laktat dari lari intensif 20+ menit pasti sudah mengganggu pernapasannya. Mana mungkin ia masih bisa terlihat seperti dewa turun ke bumi?
Tapi sayangnya, Duoduo sudah punya sedikit pengalaman menghadapi pertarungan antar arwah roh halus.
Hanya dalam sekejap, pria berjanggut itu terjerembab dalam situasi menyedihkan dikeroyok tiga orang. Kekuatannya masih luar biasa besar, namun kami tidak menghadapinya langsung, hanya meliuk-liuk. Pergi ke klub malam untuk hiburan, tentu tak ada yang gila membawa senjata seperti pedang kayu persik atau kantong Qian Kun, jadi Si Berbulu kedua tangan kosong, ilmu pedang andalannya tak bisa digunakan, terpaksa mengandalkan teknik pukulan dan tendangan untuk menghadapi.
Tapi si pencuri kecil ini lulusan sekolah bela diri, dasar sejak kecil memang kokoh, pengaturan tenaga juga licin. Sebaliknya, pria berjanggut yang kemasukan hantu memang kuat, tapi refleksnya lebih lambat setengah langkah. Maka kelompok pengroyok dengan Si Berbulu sebagai tulang punggungnya bisa bertahan cukup lama. Duoduo baru melihat celah, langsung terbang ke atas kepala pria berjanggut, wajah mungilnya memerah padat, kedua tangan menekan ubun-ubunnya, berseru kencang: "Paman aneh berbulu di wajah, lihat 'Ilmu Menyentuh Hati' Duoduo!"
Sentuhan itu membuat seluruh tubuh pria berjanggut gemetar, gumpalan kabut hitam berubah menjadi hantu perempuan kejam yang bergulat dengan Duoduo.
Sambil berlari membantu, hatiku masih berkeringat dingin: Jangan lagi memberitahu si kecil ini nonton "One Piece" atau "Naruto", lihat si lolita kecil ini sekarang, tubuhnya penuh kebiasaan buruk, berkelahi sambil teriak jargon, bikin orang bingung.
Ilmu Menyentuh Hati? Dasar anak bodoh, bisa-bisanya menciptakan nama kuno begitu.
Meski namanya kampungan, getaran darinya berhasil melepaskan hantu perempuan dari tubuh pria berjanggut lebat. Baru saja terlepas dari jasad manusia, hantu ini berada di titik terlemah karena belum bisa beradaptasi. Tanpa pedang kayu persik untuk ritual, Si Berbulu hanya bisa membentuk gestur pedang dengan jempol mencengkeram jari tengah dan kelingking, sambil menggumamkan mantra dengan cepat untuk mendoakan arwah yang dipenuhi energi dendam ini.
Kabut hitam melingkupi tubuh Duoduo. Pria berjanggut itu terjatuh. Meski Duoduo berwujud siluman hantu, usianya masih terlalu muda untuk melawan hantu dengki yang telah terakumulasi selama sepuluh tahun dalam formasi Yin. Sambil berjuang mempertahankan kesadarannya dari terkikis, ia meneteskan air mata kesakitan. Si Berbulu yang iba berteriak, "Dasar Si Racun, cepat bertindak!" Aku memukul leher pria berjanggut itu sekuat tenaga untuk mengakhiri ancaman, lalu menatap gumpalan kabut hitam yang melayang di udara. "Lalu ini bagaimana?"
Si Berbulu menusuk-nusuk kabut hitam dengan gestur pedangnya, mengumpat: "Sial! Cakarmu itu kan sakti, tangkap dan habisi dia!"
Karena panik, aku baru tersadar setelah mendengar umpatannya: tangan terkutukku memang lebih mematikan untuk arwah ketimbang mantra. Segera kurajut Mudra Roda Vajra dan menghantamkannya sekuat tenaga ke arah hantu perempuan yang sedang bergulat dengan Duoduo.
Begitu segel ini terbentuk, di hatiku tiba-tiba muncul kekuatan mengamuk yang tak terkendali.
