Kembali ke hotel, baru merasakan kegelisahan masyarakat. Termasuk manajer cabang di Yangon Guo Jiabin dan seluruh staf, semua berkumpul di suite Li Jiahui untuk berdiskusi. Paman pergi merawat luka Harimau Kucing Besar (Tuan Kulit Harimau), sementara aku dan Si Berbulu dipimpin petugas masuk ke kamar. Melihat kami masuk, Li Jiahui menatapku dalam-dalam, lalu menyuruh kami duduk dan melanjutkan diskusi.
Dari yang kudengar, ternyata membahas tentang pengiriman batu yang berhasil ditender beberapa hari terakhir ini kembali ke negara asal.
Guo Jiabin adalah pria kompeten berusia sekitar tiga puluh tahun yang berbicara lancar. Ia menjelaskan bahwa barang-barang ini umumnya dititipkan melalui perusahaan asuransi, dan perusahaan asuransi ini memiliki latar belakang militer sehingga tidak perlu khawatir tentang masalah pengiriman. Mengenai keamanan semua orang, dia baru saja menghubungi perusahaan satpam ternama dan mengirim tambahan enam bodyguard. Harapannya agar semua tidak bertindak sendiri-sendiri dalam waktu dekat, dan segera kembali ke Hong Kong begitu acara lelang selesai.
Dia membahas kematian Li Qiuyang, menyebut pria ini terlalu ceroboh karena membawa batu giok keluar sehingga lepas dari pengawasan panitia. Sungguh tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya. Untuk kasus kriminal berat seperti ini, terutama yang melibatkan kematian investor asing, pihak berwenang pasti akan bereaksi cepat dan memberikan penjelasan resmi.
Li Jiahui meminta pendapat Xue Rui, bertanya apakah besok mengantarnya kembali ke Hong Kong, apakah itu baik?
Xue Rui menolak tegas, mengatakan ingin pulang bersama semua orang.
Setelah berdiskusi lagi tentang beberapa hal terkait, masing-masing orang kembali ke kamar. Li Jiahui menahan kami di tempat sementara Bos Gu juga ada di sana. Setelah menarik napas dalam-dalam, Li Jiahui bertanya dengan serius padaku, "Lu Zuo, hal ini tidak ada hubungannya dengan kalian, kan?" Kujawab, "Kenapa kamu berpikir begitu?" Li Jiahui berkata, "Mungkin aku terlalu banyak berpikir, tapi batu itu kebetulan adalah tujuan perjalanan kalian, dan saat kejadian itu terjadi, kalian sedang sendirian di luar. Orang lain mungkin tidak tahu, tapi aku dan Lao Gu sangat mengerti kemampuanmu dan Taoist Xiao..."
Kugelengkan kepala, "Bukan kami. Kami memang menginginkan Qilin Tai, tapi urusan pembunuhan sama sekali bukan perbuatan kami. Saat kejadian itu ditemukan, kami baru saja tiba di lokasi dan melihat sendiri bahwa itu perbuatan tukang santet. Tidak ada hubungannya sama sekali dengan kami."
Bos Gu menepuk pahanya, "Lihat, Lao Li! Sudah kubilang, Lu Zuo ini orang yang paling menjunjung nilai persahabatan. Mana mungkin melakukan hal mengerikan dan berdarah seperti itu?" Li Jiahui juga menghela napas panjang dan menjelaskan, "Bukan maksudku ikut campur, tapi kami benar-benar menganggap kalian teman. Kami tidak ingin melihat kalian berlumuran darah. Apalagi, melihat Xue Rui semakin dekat dengan kalian, hatiku jadi punya kekhawatiran berlebih. Tapi belakangan ini situasi memang sedang tegang. Pelakunya jelas-jelas menantang kewibawaan dan batas toleransi junta militer. Pengawasan mungkin akan diperketat, lebih baik kalian tidak keluyuran sembarangan."
Kami semua mengangguk paham. Keduanya pun kembali memberikan penjelasan panjang lebar.
Keluar dari pintu, kulihat Xue Rui sedang menghalangi di depan pintu, sementara bodyguard perempuannya berada di sudut koridor sedang mengobrol dengan Manajer Guo. Mata Xue Rui berkaca-kaca seperti tertutup cadar kabut, menatap kami: "Tadi sudah kcium bau darah di tubuh kalian. Kalian tadi ngapain? Ngobrol apa dengan Ayah sampai harus dirahasiakan dariku?"
Si Berbulu bermuka masam: "Urusan orang dewasa, anak kecil jauh-jauh."
Xue Rui mencubit daging di lengan Si Berbulu sambil memutar: "Kamu mau ngomong atau nggak?!"
Si Berbulu memelas padaku dengan wajah kesakitan: "Si Racun Kecil, gadis ini sudah tidak kenal aturan. Kamu mau urusi nggak?" Kutunjuk pintu: "Ayahnya di dalam. Mau ngobrol dengan Tuan Li?" Setelah itu aku segera menyelinap ke kamar Paman. Dari belakang terdengar sumpah serapah Si Berbulu dan rengekan manja Xue Rui yang kesal.
Saat melewati bodyguard perempuan (sepertinya bernama Cui Xiaoxuan?) dan Manajer Guo, gadis gagah itu tiba-tiba memerah pipinya. Manajer Guo mengangguk sopan dan minggir. Keduanya jelas ada yang aneh, tapi aku tak peduli. Segera menuju kamar Paman untuk memeriksa luka burung gemuk.
Paman sudah punya obat luka luar dari Keluarga Xiao, sekarang sudah dioleskan. Harimau Kucing Besar (Tuan Kulit Harimau) tergeletak di kasur seperti ayam betina mati terlentang. Melihatku masuk, dia mengumpat: "Dasar Si Racun Kecil! Cepat panggil cacing gemukmu keluar! Nenekmu! Sudah berjam-jam aku panggil, nggak mau keluar juga, brengsek!"
Kuketahui dari suaranya yang penuh tenaga bahwa si pencuri kecil ini sedang pura-pura suci padahal dapat keuntungan. Kubiarkan dia lalu duduk bertanya pada paman: "Lalu apa yang harus kita lakukan?"
Li Qiuyang tewas. Batu yang diduga Qilin Tai itu juga hilang tanpa jejak. Begitu banyak korban jiwa. Situasi semakin mencekam bagai angin berdesir dan arus bawah yang deras. Bagaimana kita harus menghadapi ini? Bukankah elang pemakan monyet hanya ada di hutan Filipina? Barang langka ini kok bisa sampai terbang di langit Yangon? Lalu apa maksut Tuan Kulit Harimau soal boneka roh kutukan itu?
Seketika situasi menjadi sangat rumit.
Paman kecil belum sempat bicara, Si Berbulu sudah masuk dengan mendorong pintu, tersenyum sinis padaku: "Kamu brengsek tak punya kesetiakawanan, Xue Rui sampai nangis, mau tanggung jawab gak?" Sambil berkata, ia terduduk lemas di kasur, lalu mengelus-elus perut gemuk Tuan Kulit Harimau sambil bertanya: "Tuan, rasanya bagaimana?" Burung gemuk itu mendengus kesal: "Sial! Lain kali kamu sendiri yang coba—keparatnya Si Racun Kecil, ngajarin anak buahmu aja gak becus! Dasar siluman hina! Kepolosan selama lebih dari dua puluh tahunku..."
Aku membela diri: "Emang ada urusan sama gue?" Si Berbulu dan Tuan Kulit Harimau memandangku dengan penuh makna, diam seribu bahasa.
Tak usah bercanda lagi, Tuan Kulit Harimau mulai menjelaskan pada kami tentang boneka roh kutukan ini.
Boneka kutukan ini prinsipnya mirip dengan memelihara Jin Can Gu (), mengumpulkan banyak boneka hantu dalam jumlah kelipatan sembilan (semakin banyak semakin baik), lalu menyusun Formasi Roh Kutukan Dendam agar semua boneka hantu saling membunuh dan menelan satu sama lain. Setelah melalui proses persiapan selama lebih dari tiga tahun, akan dihasilkan anak hantu yin berbulu lebat yang disebut boneka kutukan. Roh ini sudah sepenuhnya dirasuki iblis, sangat ganas, dan kebal terhadap angin dingin dunia arwah sehingga bisa bertahan hidup di dunia manusia bertahun-tahun. Satu-satunya kelemahan adalah sifatnya yang terlalu kejam. Jika Level si pembuatnya tidak cukup tinggi, sangat mudah terkena balasan karma.
Metode menyusun Formasi Roh Kutukan Dendam hanya diketahui segelintir orang. Meski tahu, sedikit yang punya Kekayaan untuk mengurus ini. Makanya reputasi boneka kutukan tidak terlalu terkenal.
Tapi setiap boneka kutukan yang berhasil dibuat pasti merupakan sosok yang sangat berbahaya.
Apalagi di baliknya ada sosok berkemampuan tinggi yang mendukung.
Paman bertanya pada Harimau Kucing Besar (Tuan Kulit Harimau): "Di bengkel itu ada mesin pemotong batu, sepertinya material Giok Perawan sudah berhasil dikeluarkan. Begitu Giok Perawan ini muncul, pasti meninggalkan jejak di angkasa. Tuan, apa yang Anda lihat saat itu?"
Harimau Kucing Besar (Tuan Kulit Harimau) mengatakan ada energi kekerasan yang terasa seperti energi siluman, berbau darah dan langsung. Tidak seperti kabar tentang Qilin Tai yang konon berenergi seimbang dan harmonis. Keduanya seharusnya termasuk jenis yang sama, tapi memiliki efek berbeda. Paman mengerutkan alis: "Berarti ini bukan Qilin Tai?" Harimau Kucing Besar menjawab: "Benar, Si Bungsu. Ada ide?" Paman mengangguk: "San Ge tidak akan bertahan lama. Setiap hari berharga. Tidak bisa ditunda. Jika di sini tidak memungkinkan, aku harus ke Chiang Mai, Thailand. Ke Wat Chedi Luang untuk mengundang Biksu Ban Zhi."
Kukatakan setuju: "Baik, kita pergi bersama."
Paman mengibaskan tangan mengatakan tidak perlu, urusan ini akan dia tangani sendiri. Di Thailand dia juga punya koneksi, tak perlu merepotkan banyak orang. Dugaan Tuan Kulit Harimau mungkin benar, tapi ada perasaan kuat bahwa di dalam batu itu tersimpan sesuatu yang sangat krusial. Ini adalah intuisi yang muncul tiba-tiba seperti kilatan cahaya spiritual, meski jarang terjadi tapi selalu akurat. Jadi dia meminta kami tetap di sini melanjutkan pengawasan, sementara dia berangkat ke Thailand lebih dulu.
Dia menambahkan alasan: Kepergian bertiga kami sekaligus pasti akan memicu kecurigaan keterlibatan dalam kasus mutilasi Li Qiuyang.
Kami mengangguk, menyetujui keputusannya.
Malam itu Paman segera membereskan koper, lalu menemui Manajer Guo untuk meminta bantuan mengatur perjalanannya ke Thailand. Karena merupakan teman bos besar, Manajer Guo sangat antusias dan langsung menyetujui. Meski sudah bertahun-tahun jadi teman pendaki, barang bawaan Paman tidak banyak - hanya beberapa perkakas besi, plus pedang kayu jujube yang tersambar petir dari Paman Ketiga.
Keesokan harinya kami tidak menghadiri hari terakhir pameran. Batu permata mahal kelas berat itu sudah tidak menarik minat kami sama sekali.
Manajer Guo melalui hubungan darurat membeli tiket dari Yangon ke Chiang Mai. Kami berdua plus Xue Rui (dengan dua bodyguard pria-wanita) mengantar Paman ke Bandara Mingaladon. Setelah memberikan pesan terakhir, Paman melambaikan tangan perpisahan. Harimau Kucing Besar (Tuan Kulit Harimau) mengepakkan sayap menyertainya. Xue Rui menoleh dengan bola mata berkabut hitam, menunjuk punggung burung gemuk itu: "Aku merasa itu tetua licik, bukan kakatua polos?"
Kami semua mengangguk, sepakat dengan penilaian Xue Rui.
Di balik tubuh ayam betina gemuk itu pasti tersembunyi jiwa najis tingkat dewa, plus kesombongan kelas kakap.
Kami terus mencari cara untuk mengolok-olok burung beo makian yang membuat kami senang sekaligus kesal ini. Saat sedang mengobrol, ponsel Si Berbulu berdering. Ia mengangkat telepon, wajahnya langsung berubah serius, terus mengangguk, lalu mengajukan beberapa pertanyaan. Setelah menutup telepon, tanpa menghindari Xue Rui, dia memberitahuku bahwa ada kabar dari sana: kasus tadi malam sudah ada titik terang. Di antara korban tewas, selain Li Qiuyang dan bos Toko Giok Lin, ada juga bawahan dan pegawai toko. Selain itu, ada dua orang Jepang yang menyusup masuk. Sedangkan staf Li Qiuyang bernama Yao Yuan, menghilang.
Ada kabar bahwa orang ini akan menuju Kota Tachileik di Negara Bagian Shan.
