Melihat makhluk licik ini yang tubuhnya sedikit lebih panjang dari kucing hutan, sebuah istilah langsung terlintas di benakku: Huangshulang (musang kuning).
Makhluk ini jarang ditemui di Perbatasan Miao, tapi tersebar luas di berbagai wilayah Tiongkok, terutama daerah timur laut dan Mongolia Dalam. Nama ilmiahnya Mustela sibirica, tapi karena bentuk kepalanya kecil, moncong runcing, perilaku mengendap-endap seperti tikus, serta sering menyergap unggas peliharaan, masyarakat biasa menyebutnya Huangshulang atau Huangpizi. Legenda tentang makhluk ini lebih banyak daripada Manusia Kerdil. Konon musang berusia di atas 50 tahun bisa menyatu dengan tubuh manusia untuk membunuh, atau berubah menjadi wanita cantik sebagai godaan. Dalam cerita rakyat, makhluk angker ini sering disejajarkan dengan rubah - seperti catatan dalam "Xuan Zhong Ji": Rubah berusia 50 tahun bisa berubah menjadi wanita, 100 tahun menjadi kecantikan yang bisa meramal, 1000 tahun mencapai kesempurnaan langit.
Sebelum sempat bereaksi, beberapa orang yang menerjangnya tiba-tiba limbung dan jatuh tersungkur.
Dan ketika makhluk itu menghampiriku, bau busuk yang menyengat kepala langsung menerpa. Kesadaranku sempat kabur, lalu kurasakan benda ini melesat melewatiku dari jarak dua meter, lalu memanjat tepi tembok. Kulihat di mulutnya menggantung kantung beludru berisi Qilin Tai. Tak mungkin kubiar kabur! Kugoyangkan kepala keras-keras, tak peduli pecahan kaca di atas tembok, kulanjakkan langkah nekat ke tembok, membalikkan badan dan melompat ke sisi lain.
Dulu di Hong Kong, aku selalu iri melihat teknik memanjat tembok ala Si Berbulu. Kini, tembok setinggi dua meter lebih pun bisa kudaki dengan mudah.
Inilah kemajuan—bukan terbang di atap ala film, tapi perpaduan sempurna antara kekuatan, kecepatan, dan koordinasi.
Begitu kakiku mendarat, kulihat musang itu berlari masuk ke gang gelap. Tak kusiasi langkah, kupercepat jarak. Mengejarnya beberapa puluh meter, kusadap makhluk ini mulai memanjat tembok menuju atap rumah. Dadaku sesak—aku tak punya keahlian terbang seperti itu, pasti kehilangan jejak. Tapi untungnya Duoduo menyusul. Karena statusnya sebagai arwah roh halus, kecepatannya separuh langkah lebih cepat dari kami. Dia menyambar dulu, berdiri di atas tembok lalu menampar musang yang sedang memanjat itu.
Makhluk mati ini membuka mulutnya, memperlihatkan deretan taring tajam, lalu mengaum dengan marah. Kantung kain di mulutnya jatuh bersamaan. Telapak tangan Duoduo bertabrakan dengan gigi musang itu. Karena posisinya yang lebih tinggi, musang itu tak mampu melawan Duoduo dan terjatuh. Namun kemudian ia menyambar kembali kantung kain itu dan berlari pontang-panting ke depan.
Aku masih terus berlari kencang sambil berpikir: Pasti musang ini seperti legenda rakyat jelata, siluman yang telah hidup puluhan tahun dan menjadi sakti. Kalau tidak, mana mungkin gesit seperti ini? Perlu diketahui, meski Duoduo kurang berpengalaman bertarung, tubuh siluman hantu-nya yang langka memiliki dasar kuat. Tenaganya menyamai manusia biasa, ditambah latihan 《Gui Dao Zhen Jie》 yang intens. Seperti anjing tanah tadi, makhluk kecil semacam itu biasanya mudah dikalahkan dalam beberapa ronde.
Benar saja, saat kucoba merasakan bayangan lincah di depan melalui medan energi "Qi", kudeteksi aura pekat mengitari tubuhnya seperti tembok udara berwarna kuning pucat. Sensasi serupa pernah kurasakan saat Duoduo Si Siluman mengamuk - saat itu warnanya hijau muda. Pasti ini siluman! Kuyakin ia telah lama bersembunyi di sekitar sini, tertarik energi mulia Qilin Tai, lalu mengendus-endus datang. Makhluk semacam ini biasanya takut manusia, apalagi di tempat ramai dengan energi Yang kuat.
Jadi, menurut kabar rakyat, jika Dewa Musang atau Dewa Rubah menyatu dan mengganggu manusia, biasanya menimpa orang tua, anak kecil, atau mereka yang lemah fisik dan sering sakit.
Pasti tadi ketika semua orang di kamar kabur keluar rumah karena takut polisi, makhluk ini memanfaatkan kesempatan untuk merebat giok. Karena Duoduo menghalangi pintu depan dan serangga gemuk berjaga di jendela belakang, makhluk ini memilih menerobos ke arahku.
Si Berbulu pernah berkata: "Yang tak wajar pasti siluman". Kalau soal menguasai teknik pengasihan dan kemampuan menempel di tubuh manusia, makhluk ini memang kuat. Tapi dalam pertarungan frontal, aku yakin dia bukan lawanku. Prinsip profesionalisme Tao - binatang sialan ini hanya jago mengendap-endap, tidak lebih. Saat aku berpikir demikian, makhluk yang gagal kabur dengan memanjat tembok itu berbalik. Matanya menyipit tajam seketika. Aku yang sedang mengejar ketat tiba-tiba merasa pusing, seolah otak kecilku lumpuh dan keseimbangan tubuhku drop drastis.
Hah, gampang!
Kedua tanganku segera membentuk Mudra Acala lalu kusorakkan "Ling——". Semua efek negatif langsung lenyap.
Di saat yang sama, akhirnya kususul dia. Tanpa basa-basi, kuhantamkan telapak kakiku ke tubuhnya.
Pada saat kritis, makhluk ini juga menunjukkan kemampuan yang luar biasa. Tanpa terlihat menggerakkan kakinya, tiba-tiba ia meluncur beberapa meter menghindari serangan mautku. Dengan suara mencicit, tubuhnya tiba-tiba melengkung - bagian depan merendah sementara pantatnya melengkung tinggi, persis seperti cheetah yang sedang memburu mangsa di Dunia Hewan. Seketika, aura siluman menyelimuti seluruh tubuhnya. Alih-alih bertarung, ledakan energi ini justru digunakan untuk kabur. Aku yang sedang bersiap mengarahkan Cermin Zhen hanya bisa muntah darah melihat si pencuri kecil itu menghilang ke kegelapan ujung gang sambil menggigit Qilin Tai.
Dasar licik! Kukira dia akan menyerangku?
Belasan meter? Jangkauan Cermin Zhen tidak cukup!
Duoduo di atas tembok semula ingin turun membantu, tapi tertegun melihat musang tiba-tiba berbalik arah menuju gang. Saat dia tersadar dan mulai mengejar, si maling nyaris menghilang dari pandanganku. Aku berlari sekuat tenaga dengan jantung berdebar kencang: "Gila, jangan sampai kehilangan lagi! Apakah Qilin Tai yang kudapat dengan susah payah ini akan lepas lagi di depan mataku?"
Jawabannya tidak. Sebuah pedang kayu persik muncul di depan jalan lari musang yang sedang berlari kencang. Pedang ini menguasai esensi ilmu pedang, begitu dikeluarkan langsung membentuk jaring rapat, memblokir semua arah pelariannya. Pemegang pedang itu juga melantunkan "mantra Pengikatan Siluman" dengan keras. Begitu mendengarnya, musang yang semula penuh semangat itu langsung lesu, berbalik arah sambil merintih kesakitan.
Ternyata Si Berbulu muncul dengan tegas di waktu dan tempat yang paling tepat.
Melihat musang yang mendekat ke arahku dengan aura melemah, mencoba menyelinap lewat sudut dinding, aku tak panik. Cermin Zhen di tanganku langsung kuhantamkan ke dahinya: "Wu Liang Tian Zun!" Setelah diasah dan diselaraskan selama ini, cermin ini tak lagi seperti ilmu enam meridian pedang Duan Yu dulu yang kadang bekerja kadang tidak. Roh penunggu cermin yang sudah menikah ini telah menyimpan kekuatan penuh. Begitu ucapanku keluar, sorotan tajam langsung menyinari kepala musang yang sedang melesat itu.
Begitu cahaya itu masuk ke ubun-ubun musang, tiba-tiba dia berdiri tegak, menjerit putus asa, seluruh tubuhnya kejang-kejang gemetar dengan tatapan kosong.
Si Berbulu yang menyusul dari belakang sudah sampai. Pedang kayu persiknya menebas dari bawah ke samping, melemparkan binatang sialan sepanjang 40 sentimeter itu ke dinding dengan keras. Boom! Tenaga lemparannya begitu kencang dan berat, langsung terdengar suara retakan tulang dari dinding, diikuti tetesan darah merah segar yang mengalir ke bawah.
Aku bergegas mendekat dan mengambil kantong beludru yang jatuh di tanah. Setelah melihat ke dalamnya, Qilin Tai yang hilang memang ada di sana. Melihat sosok lemah Duoduo Si Siluman yang meringkuk sambil memeluk lutut di dalam giok, aku menghela napas lega: Saat mengejar musang ini tadi, ada satu pertanyaan yang menggelisahkan hatiku—apakah aku terkena strategi Mengalihkan Perhatian Harimau dari Gunung? Syukurlah tidak, kelompok pencuri itu mungkin hanya Hou San yang lebih berbakat seperti kata mereka, sisanya cuma pencuri kelas kambing.
Setelah melegakan dada, aku bertanya pada Si Berbulu kenapa dia bisa muncul di sini?
Si Berbulu menggenggam ekor berbulu tebal musang itu dan mengangkatnya terbalik sambil memeriksa. Mendengar pertanyaanku, dia bilang datang untuk mencariku, tapi saat melewati gang ini tiba-tiba merasakan semburan energi siluman yang dahsyat. Siapa dia? Dia itu Taoist Maoshan terlatih, menangkap siluman dan meramu hantu adalah tugas wajibnya. Maka dia langsung berlari membawa pedang, tak menyangka malah bertemu denganku di sini.
Dia tersenyum menatap Qilin Tai di tanganku, "Bagaimana, ketemu kan? Barang yang hilang memang terasa paling berharga? Coba ingat dua hari terakhir ini wajahmu yang seperti kehilangan jiwa—persis orang putus cinta, kayak semut di atas wajan panas! Sudah kubilang, mulai sekarang rawat baik-baik si siluman rubah ini, kalau tidak mau kasih saja padaku. Pasti lebih baik darimu!"
Aku menggenggam Qilin Tai di tangan, semakin lama melihat siluman kecil seukuran kacang tanah ini, semakin terasa seperti daging hati yang sangat berharga.
Tapi ingat perkataannya sebelumnya bahwa aku tidak cukup kuat untuk melindunginya, hati pun jadi ciut. Kupikir, aku sampai bisa dicuri dari pelukan oleh pencuri kecil, apa lagi yang bisa kukatakan? Kuceritakan niat Duoduo Si Siluman untuk pergi beserta alasannya pada Si Berbulu, dia hanya menggelengkan kepala sambil berkata: "Bangsat, aku malas mengomelimu..."
"Bagaimana kalau kita buru-buru pulang untuk menangkap pencuri? Si Serangga Gemuk masih di bagian dalam kompleks itu. Aku takkan membiarkan si anjing itu lolos!"
Si Berbulu mengikutiku sambil bergumam: "Benar juga, berani-berannya mencuri tanpa tahu isinya, seperti menggaruk dubur harimau! Nyali mereka pasti sepanjang tiga cun." Sambil mengangkat musang yang berat, dia tersenyum: "Perkataan Guo Xiazi ternyata benar, 'Kuda hilang dari perbatasan, siapa tahu bukan malapetaka'. Lihatlah kumisnya, musang ini pasti sudah berusia 40 tahun. Sungguh luar biasa bisa hidup sepanjang itu di kota ini, mungkin sudah menghisap banyak nyawa manusia. Tapi tubuhnya penuh harta yang sulit dicari."
Kutanya: "Musang ini sudah jadi siluman? Kulit busuk ini bisa dibuat apa?"
Si berbulu memberi teka-teki, tak mau menjelaskan. Dari kantong ajaibnya, dia mengeluarkan toples air Cornus, menuangkan seluruhnya ke mulut musang yang tak jelas hidup matinya. Katanya akan dijelaskan detail setelah pulang. Khawatir para pencuri kabur, kusuruh Duoduo segera pergi. Saat kembali ke kompleks rumah petak, kudapati mereka bergelimpangan di halaman, sementara Jin Can Gu memandangku dengan angkuh, tampak sangat puas.
Refleks menggenggam kepalan. Janjiku harus ditepati sekarang.
