Di hari-hari menunggu inkubasi Duoduo Si Siluman, aku berubah menjadi seorang otaku yang setiap hari berjongkok di rumah.
Tentu saja, di rumah aku tidak hanya bermalas-malasan, makan lalu tidur begitu saja.
Selain memoles diri sendiri, aku juga bertanggung jawab atas dua proyek: Proyek Pembentukan Lolita dan Proyek Pembentukan Cacing Gemuk. Setelah mengalami duel hidup-mati di Myanmar, aku memahami satu prinsip: hanya dengan membuat diri sendiri semakin kuat, seseorang bisa bertahan hidup lebih baik di dunia ini. Sekarang aku bisa semena-mena memperlakukan orang biasa seperti Yang Jie, tapi tidak berani berlebihan karena selalu ada yang lebih hebat di atas langit, di antara manusia pun selalu ada yang lebih unggul. Masih ada kelompok Master Shixiong di atas sana, jadi aturan tak tertulis ini harus dipatuhi.
Bagi ku, Level-ku sendiri adalah seni bela diri eksternal, sementara Duoduo dan Jin Can Gu adalah kekuatan lunak ku. Tak ada yang bisa diabaikan.
Dengan lima pil cacing dan permata hun dari Chi Limei, aku punya kesempatan mulai memberi suplemen bertahap pada dua makhluk kecil ini. Tentu saja semua ini berdasarkan catatan dalam buku rusak 《Dua Belas Metode Menekan Pegunungan》. Saat pikiran tenang, lebih mudah memahami hal-hal ini. Jadi aku mulai mempelajari kembali buku rusak ini dengan mendalam. Ah, ternyata benar-benar ada beberapa penemuan.
Mengulangi yang lama untuk memahami yang baru, hanya itu saja.
Hidup Si Berbulu juga teratur. Biasanya ia bermeditasi diam-diam di bawah sinar matahari pagi, sesekali mengambil pisau ukir di sampingnya untuk mengukir beberapa garis pada Ruby Jadeite Harimau Darah lalu meletakkannya kembali; tidur siang, sore hari membuka lapak meramal, dan malam hari menghilang dalam kemewahan lampu merah Hongshan. Hal yang sama berlaku untuk Tuan Kulit Harimau, burung pemalas itu juga tidur pulas di rumah sepanjang hari, dan ketika malam tiba, ia akan bermain-main sebentar dengan Duoduo dan si serangga gemuk sebelum menghilang. Tak ada yang tahu ke mana ayam betina gemuk itu pergi.
Awalnya aku sempat khawatir Tuan Kulit Harimau ditangkap dan dimasak seperti ayam betina sungguhan, tapi setelah melihatnya kembali setiap pagi untuk sarapan lalu tidur mendengkur dengan rutin seperti Xiao Fo, akhirnya hatiku tenang.
Hari-hari berlalu dengan tenang. Tanpa kejadian menegangkan yang membuat jantung berdebar-debar sepanjang waktu, juga tanpa berbagai masalah yang datang mengganggu. Masa itu tak ada kisah berarti yang bisa diceritakan, hanya satu hal: di pertengahan bulan, aku menerima gaji pertama dari pekerjaan baruku, lebih dari tiga ribu yuan, yang membuatku merasa bersalah seperti pemakan gaji buta.
Aku tidak melakukan apa-apa, sungguh malu dengan uang pembayar pajak!
Qilin Tai di pelukanku perlahan bertumbuh, bagai tunas lembut di musim semi, setiap hari menunjukkan perubahan baru.
Duoduo yang lelah berlatih, akan memintaku melepas Qilin Tai dan meletakkannya di atas meja. Kami berdua lalu menatap siluman kecil yang meringkuk itu dengan mata besar dan mata kecil. Gadis ini sama sekali tidak berubah, bahkan sehelai rambut pun menyusut dengan proporsi tepat. Aku memandang wajah mungilnya yang memikat, dan tanpa alasan, merasa siluman rubah kecil ini ribuan kali lebih cantik daripada selebriti di TV.
Terkadang, aku bahkan bisa merasakan detak jantung kehidupan kecil di dalamnya melalui medan energi "Qi", atau melihat bulu matanya yang bergetar halus di balik kelopak tertutup. Setiap kali ini terjadi, kami akan bersorak gembira, bahkan serangga gemuk yang nakal dan Tuan Kulit Harimau yang malas pun berkerumun ingin melihat.
Di momen ini, siluman rubah kecil yang tangguh dan gesit itu memancarkan ketenangan dan kedamaian yang tak pernah terlihat sebelumnya.
Serangga gemuk senang sampai menempelkan seluruh tubuhnya ke Qilin Tai, sementara Tuan Kulit Harimau mengeluarkan air liur berlebihan karena takjub.
Suatu malam di akhir September, baru saja selesai mandi, aku duduk di sofa menonton TV bersama Duoduo yang habis mencuci piring.
Duoduo belakangan suka menonton "One Piece", jadi aku sengaja menyewa satu set DVD. Saat ada waktu luang, kami sering menikmati kisah pria yang ingin menjadi Raja Bajak Laut dan petualangan kru nya. Duoduo sangat serius menonton, selalu menghitung dengan jarinya: "Duoduo, Feifei, Kakak Lu Zuo, Ayah Angkat yang Menyebalkan, Kucing Kentut Busuk, ditambah Kakak Siluman, kita bisa berlayar ke Grand Line untuk mencari harta karun Gol *D* Roger One
Piece!"
Dia berbicara penuh keyakinan, sementara aku hanya bisa mengernyit: Anak ini benar-benar punya imajinasi luar biasa.
Tapi untuk menghargai sang manajer rumah tangga yang rajin ini, setiap hari satu episode, aku tetap setia menemaninya menonton.
Tiba-tiba, dadaku bergetar seperti ada ponsel bergetar. Jantungku berdebar, jangan-jangan Duoduo Si Siluman mau keluar? Cepat-cepat kulepaskan liontin Qilin Tai dan papan kayu pagoda yang menggantung di leher, kuletakkan di meja kaca depan sofa.
Aku dan Duoduo menahan nafas, mata terbuka lebar menatap embrio sebesar kacang tanah di dalam Qilin Tai itu.
Terlihat Duoduo Si Siluman yang selama ini meringkuk mulai bergerak. Sekujur tubuhnya memancarkan gas putih seperti susu. Gas ini seperti cairan, membungkus seluruh tubuhnya dalam gumpalan gas yang terus berputar. Sulit bagiku menggambarkan perasaan saat itu, seolah di ruang sempit ini, semua kebenaran tentang perubahan skala bintang-bintang semesta terpampang di mataku. Dalam sekejap semuanya terungkap, keindahan dan kemegahannya tak terucapkan.
Setelah beberapa saat, Qilin Tai semakin bercahaya, menyala terang seperti bola lampu pijar 100 watt.
Meski terang, cahayanya berwarna putih suci seperti susu, sama sekali tidak menyilaukan. Hanya keagungan di dalamnya yang membuat orang berdecak kagum.
Seperti air mendidih, gelembung-gelembung muncul dalam gas putih, terus menerjang batu giok Qilin Tai yang hijau transparan. Ada kekuatan dahsyat yang diam-diam menyebar ke segala penjuru, bagai gunung berapi aktif. Akhirnya, setelah satu menit kekuatan ini mencapai titik kritis. Kudengar suret "kreek...", tujuh lubang kecil retak di Qilin Tai. Gas putih seperti susu yang terkandung di dalamnya menyembur keluar, mengubah seluruh ruangan menjadi dunia berkabut.
Kulihat ke dalam Qilin Tai yang kini kosong. Di mana lagi Duoduo Si Siluman berada?
Mengangkat kepala, terlihat kabut mulai mengental dan akhirnya berkumpul di atas meja kaca, membentuk medan energi berputar yang besar. Suara yang asing namun familiar terdengar di telingaku: "Mimpi agung siapa yang pertama sadar? Sepanjang hidup hanya aku yang tahu. Gubuk musim semi tertidur lelap, di luar jendela matahari tertunda... Haaaam, tua... eh, Xiao niang sudah tidur berapa lama lagi?"
Begitu kata-kata ini terucap, kabut putih yang berputar tak henti akhirnya melambat dan membentuk dewi tinggi 172 cm yang berdiri satu kaki di atas meja teh. Tubuhnya seksi dengan kaki jenjang dan "senjata dada" yang bergelombang, wajahnya memadukan kesucian dan kemenyanan, matanya yang seperti bunga persik memikat semua makhluk sedang mengamatiku. Sorot matanya yang bagai galaksi membuat hati terbuai.
Dulu ketika siluman kecil ini seperti boneka Barbie, secantik dan semenggoda apapun tetap hanya seorang anak. Tapi sekarang, benar-benar seperti dewi.
Tiba-tiba kudengar detak jantungku sedikit cepat, tak tahu harus berkata apa.
Sang dewi menguap lebar, menjulurkan lidah merah mudanya menjilat bibir madu: "Lama tak menyantap daging manusia, sangat rindu..." Setelah itu ia turun anggun dari meja kaca, langsung menghampiriku tanpa basa-basi, langsung menggigit bahuku -
Awalnya aku masih merasakan sensasi lembut, ada lidah harum dan licin yang menjilati kulitku. Tiba-tiba rasa sakit yang luar biasa menusuk hingga ke hati, semua otot dan saraf di tubuhku menegang—si gadis ini benar-benar menggigit? Bahuku terasa perih terbakar, darah segar mengalir deras. Aku mengepal tangan erat-erat, tidak bergerak maupun melawan.
Namun wajahku menegang hingga kebiruan.
Duoduo Si Siluman bergigi tajam dan mulut gesit, tenaganya semakin kuat. Kelima inderaku menyeringai kesakitan seperti bunga krisan. Duoduo di samping tidak hanya tidak peduli, malah menaruh jari telunjuk kanannya di mulut, membelalakkan mata menatap dengan tatapan kosong. Sesaat aku hampir tak tahan, tapi teringat rasa bersalah padanya, bagaimana aku baru saja membuangnya, akhirnya kutahan juga.
Akhirnya Jin Can Gu yang terikat dengan nyawaku tak tahan lagi, muncul di bahuku dan menyusup ke mulut mungilnya Duoduo Si Siluman.
Jin Can Gu memang sayang pada majikan.
"Hobi khusus serangga gemuk mana mungkin tidak diketahui Duoduo Si Siluman?" Gadis itu segera melepaskan bahuku, meludahi wajahku dengan darah dari mulutnya, serangga gemuk yang montok dan keemasan masih menempel di bibir merahnya yang berapi-api, direnggut oleh Duoduo Si Siluman lalu dilemparkan ke arah televisi. Si gadis kecil itu menatapku dengan ekspresi semena-mena, matanya berkaca-kaca. Aku merasa asing dengan Duoduo Si Siluman yang tiba-tiba membesar beberapa ukuran ini, membuka mulut lalu akhirnya melontarkan: "Eh... sudah bangun?"
"Sakit?" Si gadis tersenyum manis menatapku.
"Sakit!"
"Tahu kenapa menggigitmu, ya?" Suara hidungnya berlarut-larut.
"Eh... karena lama tidak makan daging manusia? Ini tidak baik, kau kan siluman tumbuhan, harus lebih banyak makan sayur, bagus untuk bentuk tubuhmu." Karena "ombak" besar di depan hidungku yang hanya berjarak beberapa sentimeter, aku berbicara sambil menelan liur. Belum sempat menelan kali kedua, "tok——" pipiku langsung ditampar hingga memerah.
Tamparan ini membuatku naik darah, setiap hari kujaga dia seperti induk ayam, imbalannya cuma tamparan? Langsung kuraih tangan jahat itu, emosiku meluap: "Dasar gadis kecil, jangan semena-mena, seumur hidupku cuma dua kali kena tampar! Dua-duanya darimu..."
Duoduo Si Siluman memperlihatkan senyum penuh kemenangan, meronta dengan sekuat tenaga, membuka mulut hendak menggigitku lagi.
Segera kudendangkan "mantra Pengikatan Siluman" tanpa ragu. Shen yang bandel ini seluruh tubuhnya bergetar, postur tubuhnya berangsur mengecil hingga akhirnya berubah menjadi nona cantik yang sedikit lebih besar dari Duoduo. Kulihat ekspresi penderitaannya, hatiku kembali melunak. Kutahan mantra itu, jantung berdebar: Kenapa aku begitu impulsif? Katanya mau mengalah padanya. Kali ini pasti dia akan pergi.
Tak disangka, Duoduo Si Siluman yang telah kembali ke wujud aslinya tak lagi meronta. Ia membentuk bibir merahnya menjadi monyong, menghisap lembut bagian bahu kananku yang dagingnya hancur, lalu mengangkat kepala. Dengan nada rendah ia berkata: "Terima kasih, Lu Zuo… Kakak!"
## BAB 17 Pesta Porak-Poranda dan Perpisahan Pilu, Saat Berpisah Sungai Jiang Membasahi Bulan yang Luas
"Kakak Siluman, aku sangat merindukanmu... Peluk!"
Dua lolita kecil berpelukan erat: Duoduo berambut semangka dengan dada rata, wajah mungil dengan baby fat, alis dan matanya memiliki potensi kecantikan yang luar biasa; Sementara Xiao Yao Duoduo, selain mata menggoda yang seakan bisa meneteskan air, proporsi tubuh miniaturinya menciptakan pesona unik. Dulunya mereka berbagi satu arwah roh halus, namun ini pertama kalinya kedua saudari ini berpelukan erat, pipi saling menempel, berdekatan secara fisik, sungguh mengundang iri.
Cacing gemukku masih punya nurani, kembali ke bahuku membantu menghentikan darah dari lukaku.
Namun sepasang matanya yang seperti kacang hitam tak pernah sedetik pun melepaskan pandangan dari payudara montok Duoduo Si Siluman.
Setelah memeluk beberapa saat, Duoduo baru melepaskan Siluman dan berlari melihat luka di bahuku. Air matanya tak tertahan: "Kakak Siluman, kenapa kamu kejam sekali? Kakak Lu Zuo selama ini sangat kesakitan hati memikirkanmu. Kami setiap hari sangat berharap... sangat berharap kamu bisa bangun... Jangan berkelahi lagi, atau aku... aku akan menangis di depan kalian..."
Duoduo Si Siluman menjulurkan lidah merah mudanya menjilat darah di bibirnya, tampak agak sombong: "Hmph, jangan kira Nona kecil di dalam Qilin Tai ini tak tahu apa-apa. Kamu berani-beraninya main ke klub malam, bukan saja meraba-raba mantou orang, tapi juga menghilangkan Qilin Tai yang berisi diriku - tahukah kamu yang paling menyebalkan? Betapa kotornya gadis-gadis klub malam itu, dijamah begitu banyak orang. Dasar...! Tunggu, gigit aku kamu sampai mati... Hmph!"
Aku menggaruk hidung: "Dasar gadis kecil, maksudmu apa sebenarnya?"
Duoduo Si Siluman menyandarkan tangan di pinggang, mengerutkan hidung sambil mendengus: "Ptuah! Pria tak ada yang baik..."
"Ucapannya penuh pesona yang membuatku merasa aneh. Duoduo membuka matanya lebar-lebar memandangi Xiaoyao sambil berkata: 'Kakak Lu Zuo baik sekali, Duoduo paling suka Kakak Lu Zuo. Eh... juga suka Kakak Siluman, juga suka Feifei... Intinya semua orang disukai.' Pembicaraan anak kecil memang tidak logis, tapi setidaknya memperbaiki suasana."
"Xiaoyao Duoduo berguling di sofa kain, melompat-lompat. Matanya menatap tangannya sendiri, lalu pinggangnya, bahkan memijat payudara montoknya. Jelas dia sangat puas dengan tubuh barunya ini."
"Aku juga penasaran, apa keunikan tubuh siluman yang lahir dari Qilin Tai ini. Kuulurkan tangan dan menarik Xiaoyao Duoduo mendekat. Kulitnya terasa dingin membeku namun halus seperti giok. Saat kutarik, wajahnya tiba-tiba memerah. Ia menengadah: 'Si Racun Kecil, kau mau melecehkanku?' Nada ejekannya membuat pipiku panas. 'Goblok! Dulu kalian berdua kubesarkan seperti anak sendiri. Sentuh tangan saja dianggap pelecehan?'"
"Kali ini kedua Duoduo serentang membalas: 'Siapa anakmu? Omong kosong!'"
"'Kakak Lu Zuo, kok jadi tidak tahu malu begini? Aku bukan anakmu...'"
Dua lolita kecil langsung mengkritikku tanpa ampun 360 derajat, sampai aku tak sempat membalas. Mereka berkicau riang seperti dua burung gereja. Dengan sedih kusadari satu hal: Aku yang dulu adalah kepala keluarga yang otoriter, kini telah jatuh menjadi kelompok rentan. Pasrah, kulihat Jin Can Gu yang sedang nyengir senang, menggeleng-gelengkan kepala dan mengibaskan ekornya.
Untunglah serangga gemuk ini tidak bisa bicara, kalau tidak, aku pasti sudah gila.
Setelah keributan, Duoduo Si Siluman mulai pamer tentang tubuh siluman barunya: Qilin adalah makhluk suci zaman kuno, konon hasil persilangan naga dan sapi. Tapi legenda tetaplah legenda, tak bisa dianggap serius. Namun, Qilin Tai ini mencuri keberuntungan langit-bumi, menyatukan intisari matahari-bulan, terpendam ribuan tahun di perut bumi sehingga pondasinya kokoh. Jalan kultivasinya akan berlipat ganda hasilnya! Kedua, karena tubuh giok, daya tahannya kuat. Terakhir... umurnya panjang!
Duoduo Si Siluman sombong: "Ketika Lu Zuo sudah jadi tulang belulang, Xiao Niang masih bisa hidup ratusan tahun lagi..."
Kukatakan kasar padanya: "Nenek sihir tua..." Duoduo ingin memukulku tapi takut kukutuk dengan mantra Pengikatan Siluman - mantra ini tak bisa mengendalikan semua siluman, hanya bekerja karena dulu kutinggalkan aura di tubuhnya (Semakin dekat, semakin menyakitkan, bukan?). Dia menggeleng-gelengkan kepala marah sampai matanya memutih.
Aku agak jumawa, Sun Wukong sehebat apapun tetap tak bisa mengalahkan mantra Kincir Emas bikisan Tang Sanzang.
Tiba-tiba pintu terdorong perlahan. Si Berbulu dan Tuan Kulit Harimau yang biasanya menginap di luar tiba-tiba pulang bersama. Melihat siluman Duoduo yang bertubuh seksi, mata Si Berbulu langsung berbinar: "Tuan Kulit Harimau bilang malam ini ada acara bahagia, aku sengaja membatalkan semua janji untuk pulang. Belum sampai ke gedung sudah melihat cahaya merah menyembur dari kamar ini lalu lenyap sekejap. Langsung tahu siluman kecilku sudah bangkit! Haha, sini, peluk satu kali!"
Duoduo Si Siluman meringis jijik sambil meludah: "Cium dulu parfum murahanmu ini! Mandi dulu sana, jorok!"
Si Berbulu tak peduli. Langsung berlari memeluk erat Duoduo yang setinggi anak kecil, senyum bahagia tapi jangal merekah: "Tinggi lolita wajah yujie, ajaib sekali... Duoduo, kenapa sekarang jadi cerewet gini?" Usai memeluk Duoduo, dia berbalik memeluk gadis kecil itu: "Sayang, kenapa cemberut? Sini, ayah angkat peluk..."
Tuan Kulit Harimau juga tak mau ketinggalan, terbang mendekat minta dipeluk. Tapi Duoduo malah menendangnya hingga terjatuh.
Makhluk perkasa itu terpaku di sofa sambil merengek: "Kwek-kwek... Tidak adil! Si Berbulu boleh peluk, kenapa aku tidak?!"
Duoduo Si Siluman keluar dari kepompong Qilin Tai adalah hal yang membahagiakan. Seperti musim gugur yang ditunggu-tunggu, akhirnya buah matang jatuh dari pohon, panen tiba. Suasana sangat meriah, kami ngobrol dan bercanda di sofa kain ruang tamu, saling bercanda. Kelucuan Duoduo dan kenakalannya, sikap serangga gemuk yang tak punya rasa takut, sikap galak dan aura ratu manja Duoduo Si Siluman yang menyandarkan tangan di pinggang, kesombongan Harimau Kucing Besar (Tuan Kulit Harimau) dan makiannya yang tajam, membuat waktu malam ini berlalu sangat cepat.
Yang ingin kukatakan adalah, itu malam paling bahagia bagiku di tahun 2008, dipenuhi persahabatan yang pekat dan memabukkan.
Perasaan ini, bahkan malam yang kulewati bersama Huang Fei kemudian, tidak bisa menandingi kebahagiaannya.
Sampai jam satu pagi, setelah kami menghabiskan bakso malam yang dimasak Duoduo, Duoduo Si Siluman yang menghabiskan dua mangkuk (karena sudah pulih tubuh iblisnya, jadi bisa makan) tiba-tiba berkata: "Setelah makan, aku harus bersiap pergi..."
Senyumanku menjadi kaku, keriuhan sekitar langsung berubah sunyi senyap.
Duoduo menarik tangannya dan berkata, "Kakak Siluman, apa yang kamu bicarakan? Bukankah kita semua baik-baik saja bersama? Mengapa harus pergi?" Xiao Yao memeluk Duoduo yang mendadak menangis, mencium lembut dahinya yang putih bersih. "Tidak ada pesta yang tak berakhir di dunia ini. Ada pertemuan, pasti ada perpisahan. Meski aku sangat merindukanmu Duoduo, merindukan Feifei, si berbulu bau, Tuan Kucing Kentut Busuk, dan Lu Zuo yang menjengkelkan, tapi aku punya urusanku sendiri. Jadi aku harus pergi."
Duoduo menggelengkan kepala sekuat tenaga, butiran air mata mulus berhamburan: "Kenapa? Kenapa? Kenapa..."
Aku merasa mulutku kering. Melihat Si Berbulu mengedip-mataku dengan gencar, akhirnya aku bersuara: "Xiao Yao, kalau ada urusan yang harus dikerjakan, katakan saja. Kita semua bisa cari solusi bersama..." Si Berbulu dan Tuan Harimau Kucing langsung mengangguk setuju: "Iya, iya."
Xiao Yao Duoduo tertawa terbahak, mengulurkan tangan untuk mencubit pipi tembem Duoduo, lalu mengacak-acak bulu indah Tuan Harimau Kucing. Dengan bangga dia berkata: "Nona kecilku yang kembali sebagai raja ini punya beberapa urusan... Tentang apa? Haha, takkan kuberi tahu! Urusan pribadi, misalnya ada teman masa kecil yang menungguku. Ya, tak perlu kalian urusi. Aku harus pergi, tak boleh ada yang menahan!"
Duoduo menggenggam erat ujung baju Duoduo Si Siluman sambil menangis: "Wu wu... Kalau begitu bawa aku pergi."
Aku langsung berkeringat di dahi: Tadi si gadis kecil masih menghiburku, bilang takkan meninggalkanku, kenapa sekarang berubah pikiran? Tapi sebelum aku mulai sedih, Duoduo menarik ujung bajuku dengan tangan satunya: "Juga harus bawa Kakak Lu Zuo!"
Harimau Kucing Besar (Tuan Kulit Harimau) segera menyela: "Juga harus bawa Kakak Kulit Harimau..."
※※※
Berbincang sampai lewat pukul dua dini hari, akhirnya kami berhasil membujuk Duoduo untuk melanjutkan latihan spiritual. Semua orang bubar. Duoduo Si Siluman bertanya padaku, mana kalung giok yang dijanjikan? Aku buru-buru mengambil kotak perhiasan dari kamar, menyambung rantai dan liontinnya, lalu menyodorkannya ke hadapannya. Dia menerimanya dengan gembira, membandingkannya di lehernya, lalu bertanya penuh percaya diri: "Cantik tidak?"
Aku mengangguk, berkata memang cantik, giok cocok dengan orangnya, orangnya cocok dengan giok, saling melengkapi.
Dia tersenyum bahagia, bilang tak menyangka kau bisa bicara manis seperti ini. Aku terdiam sejenak, bertanya apa kau benar-benar mau pergi? Dia mengangguk membenarkan, "Ya, nanti setelah Duoduo mulai mengantuk, aku akan pergi. Maaf sudah merepotkanmu selama ini." Sikap sopan si siluman rubah ini malah membuatku tidak nyaman. Kutanya tak bisakah kau tetap tinggal? Lihatlah Duoduo juga tak bisa lepas darimu. Dia menoleh memandang Duoduo yang sedang bermeditasi di dekat jendela, "Tidak bisa, aku benar-benar punya urusan penting. Tapi dia ingat nomorku, kalau ada waktu akan menelepon."
Aku berkata "Oh", namun di dalam hati tiba-tiba terasa sesak, samar-samar, tak tahu harus berkata apa.
Kami terdiam lama, hingga Duoduo mulai melakukan "ayam mematuk beras". Duoduo Si Siluman mengangkat kepala dan berkata padaku: "Kakak Lu Zuo, harus semangat ya! Kuharap saat bertemu lagi nanti, kau sudah menjadi sangat hebat... Semangat!" Setelah berkata demikian, dia membawa untaian Qilin Tai yang sudah rusak itu dan menghilang dari pandanganku. Aku menatap tempat menghilangnya Duoduo Si Siluman itu, hati seperti direnggut erat, merasa kehilangan yang menyadarkan, sebuah kepedihan tak berdasar mengambang di sanubari.
Refleksku membawa ke jendela, kulihat Duoduo yang seharusnya sedang mengantuk itu justru diam-diam menatap keluar jendela dengan air mata membasahi pipinya.
Duoduo Si Siluman, siluman rubah kecil itu akhirnya meninggalkan kami. Sejak muncul di tubuh roh Duoduo setelah Festival Musim Semi tahun ini - dari rasa takut, waspada, hingga menjadi sahabat dan keluarga - begitu banyak kisah terjadi di antara kami. Namun akhirnya dia harus pergi...
Akankah dia kembali? Entah mengapa, air mataku mengalir deras. Menatap kota yang terlelap ini, aku termangu bisu.
Dua hari kemudian, telepon dari ibuku mengabarkan nenekku meninggal mendadak karena pendarahan otak. Aku harus segera pulang untuk pemakaman.
## JILID XVI BALAS DENDAM MANUSIA KERDIL
