Jinxiu Ge adalah tempat legendaris di Dongguan untuk minum teh dan bernegosiasi, terletak di kawasan tua dengan ukiran mewah dan arsitektur megah. Meski tak bisa menyaingi kemewahan gedung-gedung baru, tempat ini sarat nuansa klasik dan sering dijadikan lokasi pertemuan para kalangan tradisionalis dengan sistem keanggotaan eksklusif.
Kami tiba pukul 08:50 pagi, saat sebagian besar tamu undangan sudah hadir lebih awal.
Mereka adalah tokoh-tokoh berpengaruh dari tiga perusahaan besar di bidang industri dan ekonomi yang diundang sebagai saksi, meski kebanyakan hanya datang untuk memenuhi undangan sekadarnya.
Bos Gu yang sudah datang dari Kota Peng sejak kemarin malam, bersama Ah Hung dan sekretaris pribadinya Zhao Yan yang cantik, langsung menyambut kami. Mereka mengantar kami melewati koridor dan lobi lantai satu menuju lantai dua sambil memperkenalkan para tamu VIP kepada saya dan Si Berbulu.
Mayoritas tamu adalah pengusaha properti, disusul perwakilan perusahaan keuangan dan perdagangan. Di era kekayaan instan yang penuh kegelisahan ini, para pebisnis mencari pelarian melalui kepercayaan pada feng shui yang dianggap "tidak nyata".
Selain mereka, ada beberapa tamu tak bernama yang berpakaian rapi, kemungkinan pejabat pemerintah.
Bos Gu cukup akrab dengan orang-orang ini, obrolan berlangsung lancar - Setiap orang memiliki lingkaran pergaulannya masing-masing, yang berubah sesuai status, posisi, atau minat. Jadi ketika mencapai tingkat tertentu, lingkaran ini sebenarnya tidak terlalu besar, bahkan bisa dibilang sempit. Misalnya, begitu kami masuk ke industri feng shui, pengaruh tiga perusahaan besar seperti Venus, Futongyuan, dan Cuijun tak bisa dihindari.
Ruang utama lantai dua luas dan terang, dengan perabotan klasik. Terdapat sekitar sepuluh meja delapan dewa, diisi oleh kurang lebih tiga puluh orang yang sudah duduk di tempat masing-masing.
Saat kami masuk ke ruangan, seseorang di pintu langsung berseru mengumumkan: "Konsultan Feng Shui Maojin, Xiao Keming dan Lu Zuo telah tiba..." Para tamu pendukung bertepuk tangan sambil berdiri. Kami membalas dengan anggukan hormat ke segala penjuru, lalu dipandang oleh seorang karyawan Futongyuan yang mengantar kami ke meja di dekat pusat ruangan.
Li Jiahui juga datang, duduk bersama Bos Gu dan lainnya di sisi diagonal meja kami.
Di sudut ruangan, Zhao Zhonghua dan Cao Yanjun melambaikan tangan ke arahku.
Selain orang-orang yang kusebut tadi, di ruangan juga sudah duduk beberapa tetua dengan ekspresi kaku - ada yang menyendiri, ada yang berbisik-bisik berkelompok dua tiga orang sambil sesekali menunjuk-nunjuk. Tampaknya mereka adalah pakar metafisika ternama dari kota-kota sekitar, atau praktisi terkait, bisa dibilang para ahli.
Di bagian tengah ada empat kelompok. Selain kami, tiga perusahaan masing-masing menempati satu meja. Yang memimpin pertemuan negosiasi ini adalah seorang kakek berjanggut putih bernama Li Junzeng - dikabarkan sebagai guru metafisika ternama di seluruh Provinsi Selatan, sangat dihormati dan aktif di dunia persilatan, sehingga diundang sebagai penengah.
Namun dalam hatiku, sesungguhnya orang pintar sejati adalah sosok rendah hati seperti almarhum Ouyang Zhijian. Mereka yang mengklaim diri "terhormat" dan giat mempertahankan monopoli serta kepentingan industri ini, sepertinya kebanyakan hanya pandai beretorika belaka.
Berkat data lengkap yang diberikan Zhao Zhonghua sebelumnya dan perkenalan dari Pak Li, aku bisa membedakan beberapa keluarga ini dengan cukup jelas.
Pria berusia 50-an dengan rambut disisir ke belakang adalah Li Yonghong, ditemani kakek kurus beruban; Zhu Yi dari Futongyuan adalah pria paruh baya berperut buncit bertubuh besar seperti aktor Hong Kong "Fat Cat", dengan dua ahli feng shui berbaju sutra putih dan seorang pria berkulit pucat yang terlihat familiar; Sedangkan Wu Cuijun adalah wanita kompeten berusia 30-an yang berpakaian ala karyawan kantoran dengan gaya serius dan rapi, ditemani dua pria berjas rapi berkacamata beraura akademisi layaknya profesor, serta seorang kakek pendek kurus berpenampilan janggal di belakang meja...
Di atas meja kayu huanghuli terpajang beberapa cangkir keramik tulang putih bak giok, dengan piring buah segar. Baru saja duduk, pelayan cantik berbaju cheongsam motif bunga biru segera menyodorkan teh yang baru diseduh.
Setelah acara minum teh selesai, kami memberi hormat dan saling bertukar basa-basi. Zhu Yi dengan senyum lebar memuji kami setinggi langit, mengatakan karena satu kota dan seprofesi, dia nekat mengundang kami. Tujuannya agar rekan sejawat dan tokoh masyarakat bisa menyaksikan kharisma dua guru besar ini, sekaligus memberi gambaran jelas.
Aku benar-benar tak pahap kenapa tiga perusahaan ini membuat gebrakan sebesar ini. Hanya karena satu proyek real estate Qianmei International saja mereka sudah segila ini?
Di mana kewibawaan perusahaan feng shui premium? Di mana kharisma master feng shui senior? Di mana sopan santunnya?
Baiklah, aku cuma ingin mengeluh sedikit saja.
Tiba-tiba nada bicara Zhu Yi berubah mulai menyerang kami. Dia berkata, "Dua orang semuda ini katanya profesor kehormatan China Zhou Yi Institute, masih masuk 100 Elite Global Yi Jing. Bagaimana perasaan Tuan Weng dan Tuan Jiang yang namanya tercantum di sana, tiba-tiba dapat 'rekan sejawat' tanpa pemberitahuan? Kami ingin meminta pembuktian dan diskusi bersama."
Aku mengenakan setelan jas hitam tailor-made yang terkesan tenang namun berenergi. Si Berbulu memakai jubah Tao hijau kebiruan ketat, sayang rambutnya belum cukup panjang untuk disanggul ala Taoist.
Gaya berpakaian kami ini mungkin tidak terlalu sok, tapi cukup mencerminkan aura tenang dan stabil.
Zhou Yi Research Institute itu sebenarnya sekolah korespondensi, sama sekali tidak punya izin operasional. Asal bayar, gelar apa saja bisa diurus.
Perbedaan kami dengan dua master bawahan Zhu Yi hanya pada cara: kami langsung ambil gelarnya, sedangkan mereka bayar tunai.
Dalam situasi ini, semua yang hadir adalah orang-orang pintar yang tentu memahami aturan tak tertulis di baliknya. Serangan Zhu Yi terhadap kami bagaikan menggaruk gatal, sama sekali tidak mempan.
Si Berbulu paling ahli dalam sofisme. Dengan tangan tergenggam, dia melontarkan ucapan berbelit-belit yang mistis, membuat semua orang pusing. Dalam sekejap, masalah pun teratasi. Selanjutnya, Kakek Li berjanggut putih mengusulkan perlombaan ilmu pengetahuan.
《Menekan Pegunungan Dua Belas Metode》 yang kupelajari memang mencakup bab tentang feng shui, namun sangat berbeda dengan feng shui modern. Ilmu ini fokus pada penekanan gunung-gunung besar dan aliran sungai yang megah.
Seperti dikatakan Su Menglin, aku memang tokoh perwakilan metafisika praktis yang lebih banyak bertindak daripada berbicara. Untuk pertarungan literasi, Si Berbulu lah yang maju berdebat dengan tiga guru besar.
Menurutku, metode debat mereka mirip ujian imperial jaman dulu. Mereka menulis esai delapan bagian secara spontan, saling menyetujui dan mengutip kitab klasik.
Si Berbulu sangat pintar berbicara. Mantra 10 menit bisa dilafalkannya dalam 3 menit. Terbiasa bergaul dari pejabat hingga pedagang kaki lima dan buruh kasar, korban bujukannya bisa mengelilingi lapangan dua setengah putaran. Dengan setengah kitab 《Jin Zhuan Yu Han》 pemberian Harimau Kucing Besar (Tuan Kulit Harimau) yang penuh kebijaksanaan, mana mungkin trio ini bisa menyainginya?
Jadi setelah duduk berdiskusi tentang Tao selama setengah jam, para "guru besar" dari tiga perusahaan besar ini meneteskan keringat berminyak di dahinya yang mengalir ke pipi.
Di wilayah selatan pada bulan Maret yang sudah memasuki musim semi, keringat yang mengalir seperti ini adalah hal wajar.
Biasanya mereka hanya berinteraksi dengan rekan seprofesi di balik tembok rumah megah, mengandalkan reputasi atau status untuk mengintimidasi orang. Terbiasa hidup nyaman dan sangat memperhatikan gengsi, mana bisa menandingi kemampuan tempur Si Berbulu yang terasah dari pengalaman meramal di jalanan?
Bahkan Guru Liu sang Peramal Besi yang termasyhur dan dikabarkan telah diundang ke istana pun mewajibkan murid-muridnya turun ke masyarakat, sering meramal di lapak-lapak jalanan agar bisa terus berkembang.
Makanya Guo Yizhi yang sudah punya rumah, mobil, perusahaan, dan sekretaris cantik tetap menyempatkan diri membuka lapak ramal di alun-alun Jalan Xuefu Nanjing - ini semua demi prinsip tersebut.
Melihat gurunya mulai terdesak oleh retorika Si Berbulu, Zhu Yi tak sabar lagi. Ia berdiri menghentikan pertandingan yang membosankan ini, mengusap keringat di dahinya: "Debat kusir takkan memberi hasil nyata. Seperti diketahui umum, profesi kami fokus mempelajari materi mikro dan lingkungan makro yang menjadi dasar kehidupan manusia - 'Qi, terbawa angin akan tercerai, terhalang air akan berhenti. Leluhur mengumpulkannya agar tak tercerai, mengalirkannya agar terkendali. Maka disebutlah feng shui.'"
Alasan orang Tionghoa menghargai feng shui dan metafisika adalah untuk memanfaatkannya melayani kita: menghindari kesialan, mengubah nasib, menghitung peruntungan, bertindak sesuai momentum, sehingga kekayaan mengalir lancar dan tercapai penyatuan manusia dengan alam semesta.
Setelah bicara panjang lebar, akhirnya dia menyentuh inti: "Seorang Guru metafisika yang hebat mampu membedakan Yin-Yang, memahami hidup-mati, dari petunjuk rumit bisa melihat aliran masa lalu dan masa depan, algoritmanya menembus segala batas.
Mari kita bahas hal-hal yang bisa langsung terlihat hasilnya?"
Si Berbulu mengangkat cangkir teh seputih giok, menyesapnya dengan nikmat, lalu berkata sopan: "Silakan bicara."
Melihat kerjasama kami, Zhu Yi awalnya terkejut, lalu hatinya makin sesak - keyakinan diri mereka justru membuatnya mempertanyakan kebenaran mengadakan perundingan ini.
Tapi bagai "menunggang harimau", Zhu Yi pun memaksakan diri melanjutkan: "Menghitung bazi adalah keahlian wajib praktisi feng shui, dari sehelai daun tahu datangnya musim gugur. Inilah alasan kami dihormati.
Setiap tamu di sini menulis bazi mereka, serahkan ke Tuan Li Junzeng. Perwakilan setiap pihak akan mengambil satu dan menghitungnya. Yang paling akurat dan cepat adalah pemenang!"
Pernyataan ini langsung menimbulkan keributan. Ini bukan lagi diskusi spiritual, tapi pertarungan. Bukan tiga lawan satu, tapi empat pihak saling berkompetisi.
Jelas proposal Zhu Yi ini tak didiskusikan dengan Jin Xing dan Cui Jun sebelumnya. Kedua pihak lain menunjukkan ekspresi terkejut dan kesal.
Aku dan Si Berbulu saling pandang sambil tersenyum. Karena kekalahan sudah jelas, si pencuri kecil ini pasti akan melakukan langkah bodoh.
Zhu Yi menggerakkan bibirnya yang tebal sambil bertanya, "Bagaimana? Mau bertanding atau tidak?"
Si Berbulu mengangguk sambil tersenyum, namun Li Yonghong dari Jinxing yang selama ini diam tiba-tiba berseru, "Tunggu dulu!"
