Dalam kegelapan hutan, suara cicit serangga terus mengitari telinga.
Kami yang berkumpul via terjun payung memandang burung besi raksasa itu terbang tinggi ke angkasa sebelum cepat menghilang di balik punggung gunung.
Menyadari jarak antar tim pasti melebihi 10 kilometer, kami tak perlu terlalu tegang. Dalam gelap, kami mengumpulkan semua personel: aku, Qin Zhen, Teng Xiao, Lao Zhao (Zhao Xingrui), Zhu Chenchen, Bai Lutan, dan Wang Xiaojia - tujuh anggota, ditambah pelatih pengawas Yin Yue. Semua berkumpul.
Berjongkok melingkar, kami menggunakan senter kuat, peta, kompas, dan landmark sekitar untuk memperkirakan posisi.
Selain barang pribadi, tas militer kami berisi: peta, tali panjat, botol minum, kompas, sekop sapper, ransum terkompresi 3 hari, korek api anti-air, senter kuat, kotak P3K, dan perlengkapan survival. Untuk senjata, selain sekop, kami membawa pisau belati D80-Taring Harimau untuk perlindungan dari ular/serangga.
Senjata api lainnya? Sama sekali tidak ada.
Setelah memastikan kondisi aman dalam gelap, kami mulai mendirikan kamp di dekat pohon besar, menanti kedatangan ujian resmi pukul delapan pagi.
Dan semua tindakan eksplorasi sebelumnya semuanya melanggar aturan.
Ada instruktur yang mengawasi di sini, tidak mungkin melakukan kecurangan.
Jarang ada kegiatan berkemah di hutan, beberapa orang di sebelahku terlihat sangat bersemangat, namun setelah kegembiraan itu datanglah ketakutan.
Memandang hutan yang gelap gulita, suara burung hantu dari kejauhan, serta ranting-ranting aneh yang bergoyang tertiup angin, membuat semua terlihat seperti tentara yang melihat rumput sebagai musuh.
Yang paling mereka takuti bukanlah musuh yang mungkin menyusup, melainkan ular dan serangga tak terhitung yang bersembunyi di hamparan rumput atau semak duri hutan ini.
Untungnya mereka berada dalam tim yang sama denganku. Sebagai pemelihara Gu, apalagi yang membawa Jin Can Gu, hampir tidak ada ular atau serangga yang bisa memasuki wilayah si kecil yang angkuh ini sendirian.
Sejak aku mendarat, di sudut-sudut gelap, banyak serangga dan ular panjang mengungsi sambil 'menangis', menjauhi diriku dan Jin Can Gu dalam tubuhku.
Dalam waktu sekitar setengah jam, kami berhasil membangun gubuk kayu.
Aku mengumpulkan ranting dan daun agak kering, menghamparkannya di tanah, lalu menyuruh anggota tim membungkus diri dengan selimut untuk istirahat dan menanti ujian resmi besok.
Aku berjanji pada Zhu Chenchen dan yang lain: akan menjaga mereka, tidak akan ada satu seranggapun yang mengganggu. Tenang saja, kumpulkan tenagamu.
Besok, kami akan menghadapi perjalanan darat intensif dan mungkin pertempuran kacau yang kejam.
Setelah beberapa waktu bergaul, semua orang tahu bahwa aku bukan tipe orang yang sembarangan memberikan janji, lalu mereka tidur dengan tenang sambil masih mengenakan pakaian.
Sementara itu, aku duduk di cabang pohon besar sambil berjaga untuk semua orang.
Aku mengusap pisau belati gigi harimau berwarna hitam di tangan kananku. Pisau sepanjang 32 sentimeter ini dibuat dengan presisi tinggi dan struktur yang kokoh, pantas disebut sebagai produk militer.
Yin Yue berdiri tak jauh dariku dan bertanya, "Kamu tidak tidur malam ini?" Aku menggelengkan kepala, "Tidak, cuma susah tidur saja."
Dia menengadah, matanya berkilauan, "Apakah karena semangat?"
Kubilang bukan. Dia bertanya lagi, "Gugup?" Kugeleng lagi. Melihat ekspresinya yang bingung, kujawab, "Ketakutan. Takut akan kematian."
Yin Yue tersenyum, "Ternyata kamu takut mati ya?"
Kuangguk, "Iya, aku sangat takut mati. Makanya aku benar-benar tidak ingin mati."
Selalu ada perasaan bahwa ujian kali ini akan dipenuhi masalah. Aku sudah terbiasa berjuang bersama saudara seperguruan yang akrab. Bagaimanapun, selalu ada dia yang melindungi di belakangku. Sekarang dia tiba-tiba tidak ada di samping, hatiku terasa hampa dan tidak nyaman...
Yin Yue berkata, "Saudara yang kamu maksud itu adalah adik seperguruan Bos Besar Chen, Xiao Keming kan?"
Kuangguk, "Kalian tahu ya."
Yin Yue menyeringai, "Basa-basi! Agustus tahun lalu kami buru-buru menyebrang ke celah-celah gunung di Myanmar, bahkan sampai menggunakan Jia Ma Kertas untuk lari cepat, semua demi si daoshi kecil itu."
Namun perlu disebutkan, meskipun Bos Besar Chen menempati posisi tinggi dan tampak rendah hati, ia memiliki kebanggaan dalam karakternya. Tak banyak orang yang sering ia sebutkan, adik seperguruannya termasuk salah satunya. Bos Besar Chen mengatakan Shishu Gong Li Daozi adalah legenda sepanjang masa Sekte Maoshan yang dihormati dunia. Tapi jika bicara tentang generasi ini yang mungkin melampauinya, mungkin hanya adik seperguruannya ini - pujian setinggi ini sungguh jarang terdengar.
Aku mengayunkan kaki yang mengenakan celana tentara tebal dan sepatu bot panjang sambil berkata: "Orang itu memang memiliki jurang dalam hatinya. Dulu aku mengira dia cuma ikan kecil penipu."
Yin Yue bertanya: "Kau tahu siapa lagi yang sering disebut-sebut oleh Bos Besar Chen?"
Aku menggelengkan kepala lalu bercanda: "Apa aku?" Yang mengejutkan, Yin Yue ternyata mengangguk dan berkata: "Ya! Bos Besar Chen yang ahli seni ramalan 'Da Liu Ren' kerajaan mengatakan kau pasti akan menjadi orang sakti yang menggemparkan dunia - kalau tidak, kenapa ia begitu baik padamu? Tapi aku heran, dengan kemampuanmu yang biasa ini, pantaskah menerima pujian sehebat itu?"
Aku merasa tidak nyaman dipandangnya, lalu berkata: "Sudahlah, menggemparkan dunia itu terlalu berat, juga bukan takdirku. Aku hanya berharap bisa kembali hidup-hidup dari ujian ini."
Yin Yue menggelengkan kepala sambil tersenyum, tak menjawab. Kami bersama-sama menatap ke arah bulan sabit tipis di ufuk barat.
Sunyi senyap, hanya desir serangga terdengar.
Ngomong-ngomong, serangga di hutan memang luar biasa banyak. Malam itu, serangga gemukku bertambah gendut satu lingkaran.
Pagi hari kedua, sinar matahari pagi berkilauan melalui dedaunan yang bergoyang di pepohonan, menyinari wajah setiap orang seperti emas. Para anggota tim yang sudah beristirahat dengan baik menunggu perintah Yin Yue dengan penuh semangat.
Kita harus berangkat tepat pada pukul delapan.
Sebelumnya, buah-buahan liar dan tanaman obat seperti Polygonatum yang dikumpulkan Duoduo dan siluman kecil telah menjadi santapan perut mereka.
Semua orang sangat puas dengan tindakan saya sebagai kapten sementara, memuji tanpa henti.
Hampir setiap orang di sini bisa menggambar Fu, memahami dasar pengusiran roh, tapi sedikit yang mahir mengusir serangga. Tim lain mungkin menggunakan ramuan herbal untuk obat pengusir serangga dan ular, tapi tak secepat efek metode saya. Hanya ini saja sudah cukup untuk memperoleh kepercayaan mereka.
Kepercayaan tak pernah hadir secara membabi buta, tapi terkumpul tetes demi tetel dari setiap detail.
Sebelum memulai aksi, tim kami terus mempelajari peta dan rencana yang didiskusikan kemarin, memutuskan untuk mengepung dari sisi gunung, mengambil jalan memutar untuk menghindari kemungkinan jebakan, tidak terlibat dalam konfrontasi paling sengit di awal.
Ingat, kita harus menempuh ratusan li jalan gunung. Membuang tenaga di awal untuk bentrok frontal adalah kerugian besar. Bahkan jika menang, tim lain bisa dengan mudah mengambil keuntungan.
Jika benar begitu terjadi, itu sungguh tindakan bodoh yang merugi.
Di antara kami, Qin Zhen yang berjanggut lebat dan ganteng berasal dari Baise, Guangnan, memiliki pengalaman bergerak di hutan. Lao Zhao yang juga sering tinggal di pegunungan terpencil tahu cara menyembunyikan diri dan mendeteksi musuh. Mereka akan bergantian menjadi pasukan terdepan. Bai Lutan dan Zhu Chenchen ditempatkan di posisi tengah. Saya berada di tengah bertanggung jawab atas koordinasi dan komando. Wang Xiaoja dan Teng Xiao bertugas menjaga garis belakang.
Inilah formasi pergerakan kami saat sedang berjalan.
Sebagai wakil komandan, setelah mempertimbangkan berulang kali, aku memutuskan untuk menyerahkan tugas ini kepada Wang Xiaoja yang terlihat kurus namun sangat tenang.
Sedangkan pelatih Yin Yue, sebagai personil luar, dia berada dalam kondisi mengambang di luar tim kami.
Bagi dia yang masih muda namun sudah berpengalaman, ini sebenarnya hal yang sangat mudah - apalagi wanita ini sepertinya memiliki banyak barang berharga di tubuhnya, benar-benar gadis kaya.
Waktu berlalu perlahan, penantian ini mulai terasa menyiksa, tapi kami semua bisa mengontrol emosi dengan baik dan mempergunakan waktu untuk istirahat.
Tepat pukul delapan, Yin Yue mengangguk ke arahku, sementara aku menggenggam erat kepalan tanganku.
Qin Zhen dan Lao Zhao lebih dulu masuk ke jalan di depan, berjarak sepuluh meter, kami mulai berjalan maju.
Seperti pernah dijelaskan sebelumnya, Gunung Gaoligong memiliki perbedaan ketinggian yang ekstrem. Dalam feng shui, termasuk kategori gunung besar dan air besar. Jarak lurus mungkin hanya beberapa kilometer, tapi jalur sebenarnya bisa mencapai belasan bahkan puluhan kilometer. Medannya sangat sulit dilalui dengan kemiringan yang curam.
Kami sejak awal sudah berjuang melawan jalan gunung yang licik dan jahat ini, memulai perjalanan sulit di lingkungan yang lembap dan panas.
Untungnya karena pemilihan rute, di depan tidak bertemu siapa pun, kami berjalan dalam keheningan selama beberapa jam.
Namun saat tiba sekitar jam sebelas malam, Lao Zhao di depan tiba-tiba berhenti, kami semua segera menyembunyikan diri.
Setelah beberapa saat, Qin Zhen kembali sambil melapor bahwa mereka menemukan jejak aktivitas manusia di depan. Menurut penilaian Lao Zhao, jika kami terus maju, mungkin akan menemukan lokasi perkemahan tim lain semalam. Dia bertanya apa yang harus dilakukan?
Aku tertegun, tak menyangka setelah berputar jauh, ternyata kami malah menyusup ke jalur belakang orang lain. Sungguh kebetulan yang luar biasa!
Yang pertama bersemangat adalah Zhu Chenchen. Dia menghasutku untuk maju memeriksa: "Kalau ketemu si Huang Pengfei, habisi saja dulu!" — Sebagai orang dari provinsi yang sama, sebelumnya Zhu Chenchen bersikap biasa saja terhadap Huang Pengfei. Tapi selama hari-hari di kamp pelatihan, ketika Huang mulai menunjukkan permusuhan, Zhu langsung berubah menjadi pemberang dan mulai memandang rendah anak itu.
Tapi ketika sahabat-sahabat terdekat menaruh kepercayaan mereka di tanganku, perasaan pertama yang kurasakan adalah tanggung jawab berat, bukan emosi semata.
Setelah berpikir sejenak, kusuruh Lao Zhao dan Qin Zhen bergantian maju untuk mengintai lalu kembali.
Keduanya mengangguk dan pergi. Setelah lebih dari sepuluh menit, mereka kembali dan melaporkan memang ada lokasi perkemahan, tapi sudah sepi. Dari situasinya, ditinggalkan sekitar dua jam yang lalu.
Aku mengangguk, menuju tujuan pertama dalam rencana yaitu "Lereng Hantu". Di arah ini hanya ada satu jalan, kami harus terus maju, tapi tetap harus ekstra hati-hati.
Kami melanjutkan perjalanan, melewati sebuah lembah kecil. Tiba-tiba terdengar suara aneh dari dalam hutan. Aku mendengar jeritan tertekan Qin Zhen bergema dari depan.
Aku menengadah ke atas. Di depan, asap tebal bergulung-gulung dan bayangan pohon bergoyang, sepertinya ada yang sedang mengganggu.
Dadaku berdebar kencang, menyadari kami terjebak dalam penyergapan.
