Makhluk yang bisa membuat rombongan pimpinan Yin Yue lari pontang-panting tentu bukan lawan sembarangan.
Melihat Baron Edward yang ditakuti Wilson, belasan pria berjubah hitam berkulit tembaga, beberapa orang Asia Tenggara berpenampilan familiar, serta sosok-sosok tak terlihat dalam kegelapan, di hatiku ada tekanan yang membuat sesak napas.
Tapi saat melihat sekelompok rekan di belakangku, hatiku pun menjadi lebih tenang.
Bukan karena Yin Yue dan kawan-kawan lemah, tapi dia harus menjaga dua "ikan yang lolos jaring" yang kehilangan jiwa dan babak belur. Pasukan khusus seperti Lao Guang juga tak berdaya menghadapi "mayat berpelindung tembaga" ini dengan senjata api, makanya terlihat berantakan.
"Dan dengan bergabungnya tujuh anggota tim kami, keseimbangan kekuatan berbalik secara dramatis, mengubah momentum pertempuran."
"Jika mengabaikan mayat berpelindung tembaga yang 'otaknya tak sampai satu kati', secara jumlah sebenarnya kami memiliki keunggulan mutlak."
"Namun Baron Edward menyeringai dingin. Ia memandangiku dengan tatapan penuh teka-teki, bagaikan elang perkasa yang melayang di angkasa mengintai mangsa di bawah."
"Medan Qi di sekitar mulai berubah seram. Bau manis darah segar bercampur dengan aroma busuk mayat dan rempah-rempah yang tak bisa disembunyikan."
"Suara langkah kaki berderap. Beberapa kawan muncul di sekitarku: Xingrui Zhao si Pengembara Barat Daya, Zhen Qin, Xiaoja Wang, dan pelatih Yin Yue."
"Yin Yue yang lama tak berjumpa tak sempat menyapa. Tangannya erat menggenggam pedang kayu persik kuno bertabur sinabar, matanya menatap tajam ke arah kegelapan hutan."
"Dari sana, terdengar kicauan mirip burung nightingale yang melengking menusuk keheningan malam."
"Aku tahu itu sinyal musuh untuk memanggil bala bantuan. Tapi aku tak bisa menghentikannya - tekanan seberat gunung dari depan menghimpitku."
"Setelah bertukar pandang dengan anggota kunci, kami memutuskan serangan kilat lalu mundur. Tanpa pikir panjang, kukeluarkan Cermin Zhen dari pelukan dan menyorotkannya ke arah Baron Edward."
"Wu Liang Tian Zun!"
Cermin Zhen bergetar sejenak, memancarkan sinar biru dengan pinggiran emas ke arah Edward dan pria berbaju hitam berarmor tembaga di sampingnya.
Edward sudah lama bersiap tempur. Posturnya bergerak cepat, bayangannya menghilang, dan sekejap kemudian muncul tepat satu meter di sampingku, mencakar ke arahku dengan cakarnya.
Melihat si pencuri ini mengabaikan semua orang dan hanya menyerangku habis-habisan, barulah aku menyadari bahwa "Ajaran Ketujuh" itu memang memiliki efek samping yang sangat konkret.
Tapi reaksiku cukup cepat. Pisau belati Gigi Harimau di tanganku sudah erat kugenggam, dan tanpa ragu kuhunjamkan ke pergelangan tangannya.
Aku cepat, Edward lebih cepat. Dalam sekejap mata, kukunya yang setajam kaca baja menyayat lengan kiriku meninggalkan luka panjang. Rasa panas membara langsung menjalar ke sistem sarafku.
Dalam pertarungan jarak dekat yang sesungguhnya seperti ini, aku memang bukan tandingan Edward.
Tapi Wilson di sampingku juga bergabung dalam formasi tempur. Pedang tikam di tangannya bagai tambahan lengan, gerakannya begitu lincah dan selalu muncul di momen genting untuk membantuku.
Jadi meski sejak awal sudah terluka, aku masih bisa bertahan dengan setengah hati.
Pertempuran ini sudah dimulai sejak aku meneriakkan "Wu Liang Tian Zun". Semua orang menemukan lawannya masing-masing, terlibat dalam keributan yang kacau balau.
Situasi yang kacau ini membuatku tak sempat mengurus orang lain. Hanya bisa mengatupkan gigi menahan serangan Baron Edward yang semakin mendesak.
Setelah kekacauan awal, aku menyadari serangan Baron Edward ternyata memiliki pola tertentu — dia selalu menyerang secara lurus. Meski mudah diantisipasi, kecepatannya yang luar biasa membuat lawan tak sempat bereaksi. Gerakannya yang tiba-tiba ke kiri-kanan membuat kesadaran tak mampu mengikuti ritmenya. Sedikit lengah, kuku tajamnya langsung menyambar.
Yang membuatku lega, Duoduo dan siluman kecil terus memberiku dukungan, sementara Wilson selalu siaga di sampingku.
Pedang tusuknya yang misterius selalu berhasil menahan serangan Baron Edward tepat pada waktunya.
Vampir memang paling paham cara bertarung sesama vampir. Senjata andalan Edward yang sebelumnya efektif melawan Yin Yue dkk, kini terkendali total. Amarahnya meledak hingga dia terus memaki Wilson sambil berteriak-teriak.
Kali ini dia menggunakan aksen London asli. Untungnya beberapa umpatan dalam bahasa Inggris masih kumengerti.
Sementara pertempuran di sektor kami stagnan, perkembangan di area lain lebih menggembirakan. "Mayat berpelindung tembaga" yang merepotkan Lao Guang dan pasukan khusus, ternyata lebih mudah ditaklukkan peserta pelatihan yang menggunakan jimat api.
Mayat berpelindung tembaga sebenarnya varian dari jumping corpse. Seluruh jaringan ototnya telah dimandikan energi Yin hingga sekeras besi. Ketika logam menabraknya, terdengar bunyi nyaring seperti genta.
Jenis mayat berpelindung tembaga ini sangat mengerikan, termasuk kelas utama di antara mayat melompat, memiliki kemampuan berpikir tertentu. Mendapatkan satu saja sudah sangat beruntung, apalagi memiliki sekelompok besar seperti ini, pasti menjadi penguasa wilayah yang disegani.
Namun mayat berpelindung tembaga di hadapan kami bukan jenis yang disebutkan tadi. Ini dibuat dengan metode jahat dimana cairan tembaga diolah dan dituangkan ke tubuh orang hidup, lubang hidung dan mulutnya ditutup, rohnya dikurung agar tidak bisa keluar, kemudian melalui berbagai ritual rahasia cairan tembaga disebarkan ke seluruh tubuh hingga mencapai efek kebal senjata.
Namun metode ini berbeda bagaikan langit dan bumi dibandingkan mayat berpelindung tembaga asli yang dipersiapkan selama puluhan tahun di tanah pemakaman resmi.
Meski demikian, mayat tembaga palsu ini tetap merupakan makhluk yang sangat berbahaya, tidak ada yang berani meremehkannya.
Pakaian mereka compang-camping, tubuh penuh lubang bekas peluru dan pecahan granat yang membuatnya rusak parah. Beberapa bahkan kehilangan separuh kepala, menyisakan tengkorak cacat yang menatap ke arah kami.
Kuku di tangan zombie-zombi ini hitam beracun, gigi-gigi tajam, lubang hidung dan mulut mengeluarkan lendir hitam pekat berbau anyir, terlihat sangat mengerikan di kegelapan malam.
Lao Guang dan pasukan elitnya yang biasa beroperasi di hutan Sungai Nu memang terbiasa dengan adegan berdarah, namun situasi mengerikan seperti ini jarang mereka temui, sehingga hati mereka pun berdebar-debar.
Namun kami sudah terbiasa dengan situasi ini. Kecuali sebagian orang yang berjaga di belakang untuk mencegah serangan mendadak, mayoritas maju ke depan. Yang paling mencolok performanya justru Qin Zhen dari daerah lama Guangnan Baise.
Cowok berjanggut lebat ini tidak terlalu menonjol selama ujian, terutama karena sejak awal tim Huang Pengfei yang dijuluki Fu Niu sudah menyergapnya dengan panah beracun yang mengenai pahanya.
Cedera di kaki dan aktivitas yang terus-menerus membuat Qin Zhen terlihat kurang menonjol.
Tapi setelah istirahat seharian, dia yang sudah pulih total mulai menari dengan irama drum yang aneh di tengah gerombolan mayat berpelindung tembaga palsu.
Disebut tarian karena gerakannya—menoleh, menghentak kaki, menarik tubuh, berjongkok—seolah memprediksi semua serangan zombie. Tangannya bergerak lincah, sesekali menepuk dada-perut dan tiga cun di bawah pusar mayat-mayat itu.
Ajaibnya, gerakan mayat-mayat itu mulai mengikuti ritme tariannya.
Adegan lucu pun tercipta: Zombie yang tadinya ganas seperti air bah kini berhenti menyerang dan menari bersama Qin Zhen dengan gerakan misterius yang serempak, membuat semua orang terpana.
Bisakah kalian membayangkan sekumpulan zombie menyeramkan berhenti menyerang manusia, malah menari-nari di bawah pimpinan seorang cowok berjanggut lebat?
Tariannya pun kaku seperti robot, Braak, gesek-gesek... Braak, gesek-gesek...
Suasana menjadi semakin aneh, semuanya terasa sangat teatrikal. Melihat ini, tiba-tiba aku teringat saat Qin Zhen pertama kali memperkenalkan diri padaku, dia pernah menyebut tentang "Tarian Mayat" dan "Dian Gu Suku Zhuang". Tak disangka metode yang baru saja dia gunakan ternyata adalah Tarian Mayat itu.
Sungguh ilmu Tao yang luar biasa — tidak, ini lebih pantas disebut sebagai seni!
Saat Qin Zhen sendirian menahan kekuatan utama musuh, dengan bantuan Duoduo, siluman kecil, dan Wilson, aku mulai meraih keunggulan inisiatif melawan Baron Edward.
Tentu saja, ini terutama berkat Qingmu Yigang yang ditaburkan oleh dua harta kecil kami.
Meski persediaannya tidak tak terbatas — kemarin dini hari mereka sudah menghabiskan banyak untuk membelenggu tiga vampir dari Manchester, Inggris — tapi sekarang dengan bersatu padu melawan satu vampir ini, semuanya menjadi sangat mudah.
Namun dibandingkan Eric, Henry, dan Alfred, Baron Edward ini jauh lebih hebat.
Vampir heterodoks yang pernah membuat banyak Shen Guan dari Inkuisisi Vatikan pulang dengan tangan hampa ini memiliki kesadaran bertarung yang melampaui saudara sejenisnya. Semak liar yang terus merambat di tanah sama sekali tak bisa membelenggunya. Ia selalu bisa memindahkan postur tubuhnya lebih cepat, membuat bayangannya mustahil ditangkap.
Ketika menyadari tak bisa mendapat keuntungan dari kami, ia malah berbalik arah dan menerjang Lao Guang serta yang lain yang sedang beristirahat di belakang.
Tampak jelas, ia masih sangat menghormati para tentara bersenjata lengkap itu.
Senjata api di tangan pasukan khusus inilah ancaman sebenarnya bagi para makhluk yang selama ini tak berani menampakkan diri.
Menyaksikan makhluk ini menyerang, Lao Guang dan kawan-kawan yang memanah dari belakang tak berani menembak langsung karena khawatir cedera tak sengaja. Mereka menarik pisau belati sambil mundur cepat. Chen Qisheng dan Fang Yusheng yang sedang istirahat melangkah maju untuk menghadang.
Namun perbedaan kekuatan terlalu besar. Saat bertabrakan, Chen Qisheng - penerus ilmu bela diri dari Keluarga Chen - terhempas oleh satu serangan total ke arah semak duri di belakang.
Aku yang sedang mengejar lawan mengulurkan tangan dan akhirnya berhasil meraih Baron Edward yang terpental kembali ini. Saat hendak melepaskan Tangan Iblis Sihir, tiba-tiba Bai Lutan berteriak panik: "Lu Zuo, Pelatih Yin! Banyak orang asal-usul meragukan datang bergegas dari utara. Harus bagaimana?"
