Ditanya begitu, Liu Ming tersenyum getir, "Bukan apa-apa. Hanya membunuh orang, ada bayangan psikologis yang tidak bisa dilewati, akhirnya pensiun."
Diam-diam kusuruh Jin Can Gu masuk ke tubuh Lao Guang untuk menyedot racun.
Merasa ada hawa dingin gatal di punggung, Lao Guang refleks meraba dan ingin berbalik. Kutampar tangannya lalu minta dua tentara memeganginya.
Melihat tidak bisa melepaskan diri, Lao Guang akhirnya tidak mempedulikan lagi. Ia menatap Liu Ming yang sedang muram karena kehilangan rekan seperjuangan, lalu menghela napas dan berkata: "Dulu di perbatasan, Liu Ge membunuh seorang raja narkoba. Tapi mentalnya tidak kuat menanggung, setelah itu selalu membuat kesalahan dalam misi, akhirnya pensiun dini. Waktu itu aku sempat menyesalkan lama. Tapi sekarang lihat, mungkin lebih baik daripada nasib Liang Wei dan Perintis."
Liu Ming langsung menitikkan air mata: "Lao Guang, aku ini cuma tentara pelarian. Jangan bicara begitu, nanti hatiku semakin sakit."
Seorang prajurit di sampingnya berkata pada Liu Ming: "Liu Ge, aku generasi belakang. Tapi pernah dengar cerita tentangmu."
"Aku tidak pandai bicara. Tapi sebagai tentara yang membunuh musuh, ini kewajiban. Kami tidak membunuh karena dendam pribadi. Kami cuma senjata paling tajam di tangan negara. Hanya dengan melakukan ini, orangtua kami, istri dan anak kami, tidak perlu melakukannya."
"Lihat orang-orang di kota, semua tertawa riang. Tidak perlu melihat keburukan, bukankah karena ada kami? Jadi ketika Liang Wei, Perintis dan yang lain mati, aku sedih. Tapi mereka pahlawan, martir. Kalau dipikir begitu, aku tidak sedih lagi."
Prajurit ini berasal dari Qiannan, bernama Xu Lei. Dialeknya kental, tapi kata-katanya mengguncang hati.
Bodhisattva Ksitigarbha pernah bersabda: "Jika aku tidak masuk neraka, siapa lagi?" Banyak hal di dunia ini yang tidak ada yang mau lakukan. Tapi harus ada yang melakukan. Seandainya bisa membuat sebagian besar orang hidup bahagia, meski mati, apa artinya?
Mendengar perkataan prajurit ini, Liu Ming terdiam sejenak, lalu memeluk kepala dan menangis sepuasnya.
Selain Lao Guang, dua prajurit lainnya hanya kehabisan tenaga. Kami menyiapkan makanan dan membiarkan mereka beristirahat di samping.
Saat serangga gemuk menghisap habis racun mayat dalam tubuh Lao Guang, kutepuk bahu veteran licik ini. "Kau beruntung bertemu aku, si tua. Pejamkan mata dan istirahatlah. Besok kau bisa jadi orang Yin yang tangguh lagi."
Lao Guang menjawab riang: "Oke! Aku berhutang nyawa padamu, dasar kurak! Kalau bisa pulang hidup-hidup, setelah pensiun akan kuantar ke Yi Hong Yuan atau semacamnya. Nona-nona di sana bisa kau pilih sesukamu!"
Melihat kelakuan veteran bermulut tajam ini, tiba-tiba aku teringat Si Berbulu yang jauh di Dongguan. Perasaan hatiku pun membaik tanpa kusadari.
Di sisi lain, Chen Qisheng dan Fang Yusheng yang tak tidur berhari-hari akhirnya tertidur lelap. Luka mereka telah dirawat Zhu Chenchen. Karena perban darurat habis, beberapa gadis bahkan menyumbangkan pakaian dalam mereka untuk dibalutkan.
Mengingat peringatan Wilson, kuperiksa tubuh keduanya dengan cermat. Namun tak kutemukan jejak mantra penunjuk arah apapun.
Mengenai bekerja sama dengan ajaran sesat, ini semakin menggelikan. Semua peserta yang bisa masuk ke pelatihan ini, kecuali siswa pindahan, telah melalui pemeriksaan tiga generasi dengan latar belakang bersih dan murni. Bahkan sepupu Chen Qisheng tewas dalam tragedi itu, permusuhannya begitu besar. Jika masih dicurigai seperti ini, pasti rasanya sangat tidak adil.
Cukup beri tahu beberapa orang tepercaya untuk mengawasi dengan hati-hati.
Kondisi kami sekarang adalah jalan depan tertutup, jalan belakang adalah jurang yang sangat dalam. Ini bisa disebut situasi genting. Begitu persediaan habis, praktis hanya ada jalan buntu.
Meski beberapa anggota lama mungkin berpikir menyelamatkan orang malah menambah beban dan risiko, kerugian lebih besar daripada keuntungan, tapi setelah inspeksi, kondisi mental semua orang masih cukup baik. Di mata mereka masih terlihat semangat juang dan harapan.
Selama manusia tidak putus asa, segala kemungkinan tetap ada.
Saya kumpulkan semua yang masih sadar dan jelaskan situasi saat ini: Pintu keluar diledakkan, banyak ahli menghadang di pintu. Mustahil keluar dari sini.
Tapi WN asing Wilson sedang memeriksa jalan di tebing belakang. Jika memungkinkan, besok siang kita akan menuruni lembah melalui tanaman rambat, lalu mencari jalan keluar.
Ini satu-satunya pilihan yang harus disetujui semua. Ada kekhawatiran apakah korban luka bisa bertahan sampai dasar lembah. Apakah perlu menunggu mereka sembuh dulu sebelum memutuskan waktu turun.
"Setelah berdiskusi dengan Lao Guang dan lainnya, kami memutuskan untuk menggunakan metode saling menjaga saat waktunya tiba. Jika terjadi masalah, kita bisa saling membantu."
"Setelah perundingan selesai, kecuali yang bertugas jaga bergiliran, sebagian besar orang mulai tidur untuk mengumpulkan tenaga, menanti datangnya hari esok."
"Aku menemui Bai Lutan dan bertanya apakah dia tahu situasi di luar. Apakah Baron Edward dan kawanannya sudah pergi atau sedang mencari alat untuk menggali terowongan ini? Bai Lutan menggelengkan kepala, berkata tidak bisa. Tampaknya ada MAHIR yang datang berjaga di luar, dia sama sekali tak bisa berkomunikasi dengan dunia luar."
"MAHIR? Seperti apa tingkatannya?"
"Bai Lutan mengaku tidak tahu pasti, tapi pastilah lebih kuat dari Baron Edward, setara dengan Dagongfeng itu, atau mungkin melebihi mereka."
"Aku mengangguk tanda paham, menyuruhnya segera tidur."
"Mendengar perkataan Bai Lutan, hatiku makin gelisah tapi tak berani memperlihatkannya. Aku mendekati pintu keluar terowongan batu, memandangi lorong sempit itu dengan cemas. Bagaimana jika terowongan ini dibuka? Bagaimana kita menahan serangan mereka? Metode Bai Lutan sudah tidak efektif. Kulihat si penjaga operasi kepungan di luar itu takkan memberi kita banyak waktu untuk persiapan."
"Lao Zhao dan Teng Xiao yang berjaga di mulut gua melihat alisku berkerut, lalu tersenyum. Lao Zhao berkara, 'Lu Zuo, jangan khawatir. Telinga kami menempel di tebing batu. Sedikit saja gerakan akan langsung terdengar. Jangan terlalu stres.'"
Teng Xiao juga berkata benar, di bagian depan ini, aku dan Lao Zhao sudah memasang Formasi. Seandainya Arwah roh halus itu datang, pasti akan masuk tapi tidak bisa keluar.
Masalah ini rumit, tapi dengan dua saudara tepercaya ini yang berjaga, aku sedikit lega. Aku berlari kembali ke batu tempat tidur, mengeluarkan Taring Macan, lalu mulai menghancurkan prasasti batu 《*》 peninggalan Shan Gelao sedikit demi sedikit, memastikan tidak ada jejak tersisa yang bisa dilihat musuh.
Setelah selesai, aku tutup mata dan tidur. Lebih dari dua jam kemudian, Wilson kembali ke Ruang Batu, seluruh tubuhnya basah oleh embun dingin.
Ia memberitahuku bahwa dia sudah menjelajahi jalan ke bawah. Di sana, tanaman merambat saling terhubung lapis demi lapis. Di bagian yang tidak ada tanaman merambat, telah dipahat tempat pijakan. Turun vertikal 300 zhang (±1000 meter), setiap langkah menggetarkan, tapi dirawat dengan sangat teliti. Sepertinya orang yang menggali gua ini sering melewati terowongan belakang menuju dasar lembah.
Wilson bahkan curiga bahwa tanaman merambat tebal ini sengaja dipindahkan oleh orang itu.
Mengenai dasar lembah, ada udara beracun ringan, lembap dan hangat. Di mana-mana terdapat hutan hijau dan lumut. Dia tidak berani menjelajah jauh, hanya memeriksa sekilas lalu kembali, sambil memperbaiki beberapa bagian yang rusak selama bertahun-tahun agar besok pagi saat kami turun, tidak ada yang terjatuh dari tebing dan mati, lalu menyalahkannya karena gagal memetakan jalan.
Aku menyatakan mengerti, menghiburnya dengan suara lembut, dan mewakili semua orang untuk berterima kasih padanya. Ia tersenyum licik, berkata tak perlu, hanya jika menemui barang yang ia sebutkan, sisakan bagian untuknya.
Semalam hingga subuh, giliran jaga berganti. Pagi ini kami menyantap sedikit makanan kering dan air, lalu mulai membahas hal yang dirundingkan tadi malam. Sebagian dari rombongan Wilson kami suruh ke platform jurang di sana, mempersiapkan pendakian menuruni tebing.
Selain itu, aku memanggil Lao Guang. Setelah tahu mereka masih punya cukup bahan peledak, kusuruh ia pasang titik ledakan di Ruang Batu. Nanti kita runtuhkan tempat ini, menyulitkan musuh melacak jejak kita, menyegel lokasi.
Jika tidak, meski sudah sampai di lembah, jika mereka mengejar masuk, kita akan terkepung rapat.
Sekadar membayangkan Bai Lutan bilang ahli selevel Pemuja Besar Persaudaraan Hantu akan datang, hatiku langsung campur aduk, memeras otak mencari solusi.
Mendengar kabar itu, masing-masing menjalankan tugasnya.
Chen Qisheng dan Fang Yusheng tidur nyenyak semalaman. Pagi hari kami tinggalkan sebagian besar makanan untuk korban luka ini, sehingga kondisi mereka agak membaik, mulai melakukan latihan pemulihan di kamar.
Sedang kukonfirmasi persiapan turun ke lembah nanti, tiba-tiba dari mulut gua batu terdengar teriakan Lao Zhao: "Ada situasi darurat!"
Aku mengerutkan alis, bergegas berlari mendekat, melihat Lao Zhao keluar terburu-buru, berteriak padaku bahwa mereka sudah mulai menggali tanah. Entah metode apa yang digunakan, prosesnya sangat cepat. Kami harus bersiap evakuasi?
Mendengar itu, aku segera mengangguk, mendesak Lao Guang dan krunya yang sedang memasang titik ledakan di ruang utama dan sekitarnya untuk mempercepat pekerjaan. Kemudian memanggil sisa orang di ruang utama untuk segera melewati mulut gua, merayap ke platform tebing di seberang, bersiap melakukan transfer ke lembah bawah.
Yin Yue mendekatkan telinga ke tebing batu itu, mendengar suara gesekan berdesir. Alisnya berkerut, "Ini kondisi apa? Tenaga penggalian orang biasa mana mungkin mengeluarkan suara seperti ini?"
Aku terdiam tak bisa menjawab. Tiba-tiba terdengar gejolak di area reruntuhan, suara gesekan halus. Saat kulihat, dua makhluk melompat keluar dengan tubuh bersisik coklat seperti zirah. Binatang sialan ini panjangnya 1,5 meter, kepala kecil berbentuk kerucut, moncong panjang tanpa gigi, mata kecil memancarkan kilau kejam. Kaki pendek gemuk dengan lima cakar kuat. Begitu muncul, mereka langsung menerjang ke arahku. Di belakang mereka, asap kuning pekat bergulung-gulung mengeluarkan bau belerang busuk. Asap berat ini menyapu lantai, membuat yang menghirupnya pusing tujuh keliling hingga hampir roboh.
Teng Xiao mundur sambil berteriak kencang: "Serangan musuh! Cepat minggir..."
