Melihat saya yang duduk terpaku di kursi roda dengan wajah bodoh, Xue Rui yang mengenakan gaun panjang bergaya bohemia biru mulai tersenyum.
Sudah setengah tahun kami tak bertemu. Xue Rui kini semakin cantik. Gadis delapan belas tahun ini benar-benar berada di usia di mana bunga mekar dengan megah, kesuciannya mulai dihiasi aura kedewasaan. Wajah ovalnya dipenuhi senyum lembut bak air mengalir, manis namun tetap menyimpan kelincahan. Kulitnya halus bak mutiara, seputih salju. Untuk pertemuan kali ini, dia berpakaian santai. Rambut hitam legam berkilau dikepang menjadi kucir panjang ala gadis desa. Dia mendekat sambil mengerutkan hidung. Gadis ini mengenakan sandal tinggi warna aprikot yang membuat tingginya hampir setara denganku.
Menundukkan kepala dengan senyum menggoda, matanya yang indah berbinar saat berkata, "Kak Lu Zuo, tak menyangka kan yang datang aku?"
Pertama kulihat matanya - hitam jernih berkilauan laksana bintang paling indah di angkasa, memancarkan pesona magis yang memikat.
Melihat sorot bahagia di matanya, jantungku berdegup kencang. "Xue Rui, matamu... sudah sembuh?"
"Iya, Kak Lu Zuo. Berkat semangatmu, selama tiga bulan di Desa Zhaili Miao, Myanmar utara, akhirnya mataku bisa pulih total."
Kuraih dan usap rambutnya yang hitam. "Bagus. Matamu sekarang bersinar terang, mirip Yanzi."
Xue Rui melihat aku mengacak-acak kucirnya yang baru saja diikat, sedikit tidak puas. Ia mendorong perlahan tanganku sambil berkata bangga, "Aku memang selalu berkembang. Tapi kamu, sekarang malah sudah duduk di kursi roda. Hmph! Sama sekali tidak bisa jaga diri, sungguh menyebalkan..."
Aku tersenyum kecut, "Tiga puluh tahun di timur sungai, tiga puluh tahun di barat sungai. Roda fengshui kita berputar. Sekarang giliranmu yang jago beberapa hari."
Sambil bicara, mataku menunduk. Tiba-tiba kulihat saat Xue Rui membungkuk, bagian dada yang terbuka memamerkan kilatan putih salju yang sudah mulai montok dan menggetarkan. Refleks aku menelan liur—Gadis zaman sekarang nutrisinya berlebihan ya? Tapi gerakan menelan liur yang agak janggal ini ternyata tertangkap basah oleh Xue Rui. Gadis ini menghembuskan napas kesal sambil berbisik, "Brengsek!" Kemudian berdiri dengan pipi memerah, menyapa yang lain: "Halo Kak Xiao, Paman Su. Ini pasti sepupu Lu Zuo, Lu Yaoyao? Senang bertemu... Eh, kamu? Kamu siapa..."
Wilson maju dengan sikap gentleman, mencium tangan Xue Rui: "Wilson Gangero. Nona yang terhormat, setahun tak jumpa, pesonamu semakin memukau. Pujian untuk matamu, mengingatkanku pada Danau Garda tercantik di Italia. Ini sungguh keajaiban."
Dengan elegan Xue Rui menerima sapaan itu, lalu berbasa-basi sebentar dengan cowok ganteng asing itu, saling bercerita tentang perpisahan mereka.
Aku memperhatikan sikap siluman kecil tidak begitu antusias.
Li Jiahui berdiri dan memanggil kami untuk duduk di meja, sementara Bos Gu berlari menggantikan posisi siluman kecil. Dengan serius ia mendorongku ke kursi utama sambil mengumumkan bahwa hari ini Lu Zuo yang akan duduk di kursi utama, tapi semua jangan memaksanya minum. Setelah dia pulih, baru kita minum sampai mabuk - Ngomong-ngomong, meski sakit, Lu Zuo masih rajin datang ke kantor setiap hari. Ini patut dipuji dan membuatku serta Lao Li sangat tersentuh. Makanya, kami mengirim Xue Rui untuk membantu meringankan tekanan.
Aku tak bisa menolak dan akhirnya duduk di kursi utama. Siluman kecil merawatku di samping. Aku menunjuk kedua bos besar di sebelah sambil merintih: "Alasan aku tetap bekerja meski cedera ringan, bukankah karena kalian dua kapitalis ini terus mendesak di belakang? Siapa yang mau mati-matian begini kalau tidak?"
Li Jiahui tertawa hehe. Sejak negosiasi di rumah teh kemarin, Kantor Mao Jin tidak hanya membuka situasi di Dongguan, tapi juga terkenal sampai Hong Kong, Taiwan, dan daerah lain. Banyak mitra bisnis yang memuji. Semua kehormatan ini sebenarnya bukan jasa kami. Semua adalah hasil kerja Lu Zuo dan Taoist Xiao. Jadi hari ini, mari kita semua bersulang untuk dua pemimpin utama!
Ayo, ayo, ayo...
Bos Gu mengatur semua orang untuk berdiri dan bersulang. Karena tak bisa bangun, semua orang menghampiriku. Li Jiahui, Bos Gu, Xue Rui, Su Menglin, Wilson, dan Duoduo Si Siluman bersama-sama mengangkat gelas dan meminum anggur dalam gelas.
Meski kondisi tubuhku belum pulih sepenuhnya, anggur merah sedikit masih bisa kucicipi. Di sampingku, Duoduo si Siluman seperti asisten rumah tangga yang sangat bertanggung jawab, terus merawatku dengan menyuapi lauk dan menuangkan air tanpa lelah.
Sejujurnya, aku selalu merasa gadis ini tidak beres, seolah antusiasmenya berlebihan.
Setelah tiga putaran minum dan lima rasa lauk terhidang, Li Jiahui mulai mengeluh tentang rencana Xue Rui bekerja di kantor konsultan, dahinya berkerut khawatir.
Ia bercerita bahwa di usia Xue Rui sekarang, seharusnya dia berkuliah. Namun sejak dua tahun lalu kesehatannya memburuk, tahun lalu mengobati mata menghabiskan waktu lebih dari setahun. Tahun ini kondisinya mulai membaik, rencananya akan dikirim ke Amerika atau Kanada untuk studi. Tapi gadis ini membangkang, bersikukuh ingin terjun ke masyarakat selama setahun untuk pengalaman sebelum serius ujian. Setelah berdebat lama, akhirnya malah ingin magang di kantor konsultan ini.
Awalnya Li Jiahui tak setuju, tapi setelah putrinya sakit selama 2-3 tahun, ia mulai legawa. Ia paham bagi gadis seperti Xue Rui yang sudah melewati banyak penderitaan, bisa melakukan hal yang disukai itu sudah baik. Apalagi Xue Rui adalah murid Sekte Utara Tian Shi Dao di bawah bimbingan Luo Enping, jadi cukup profesional dan tak akan merugikan bisnis kantor konsultan.
Di sini, Li Jiahui si rubah tua ini mulai berbelit-belit, berbicara kepada saya dan Si Berbulu dengan tulus: "Kalian berdualah pemimpin sebenarnya Kantor Mao Jin, saya dan Lao Gu cuma membantu saja. Soal mau terima wanita ini atau tidak, terserah kalian berdua. Bisa diuji dulu, kalau tidak lulus ya jangan direkrut, biar tidak merusak reputasi kantor kita, bukan?"
Melihat Xue Rui melototi saya dengan kesal, saya menunduk. Putri Li Jiahui, mana mungkin kami berani menolak? - Si rubah tua ini malah berharap kami menolak, supaya putrinya bisa mengikuti rencananya.
Lagipula, kantor kami sibuk sekali. Tambahan satu pewaris Sekte Utara Tian Shi Dao paling cuma jadi tenaga kasar tambahan, kami tentu senang menerima.
Si Berbulu mengangkat sumpit sambil tertawa hehe: "Xue Rui mau bergabung, ini kehormatan bagi kami."
Hmm... Begini saja, ruang di perusahaan terbatas, tapi kantor Lu Zuo yang paling luas.
Belakangan dia sering absen karena sakit. Lao Su, besok tambah satu meja di kantor Lu Zuo. Mereka berdua numpang berdesakan dulu ya? Nanti kalau keuangan kami membaik, baru kita beli area kantor sebelah - Lu Zuo, setuju?
Saya melototi dia. Kenapa tidak numpang di kantornya sendiri? Tapi Li Jiahui sedang memperhatikan, akhirnya saya mengangguk: "Boleh, lagipula saya jarang ke sana."
Li Jiahui cepat-cepat geleng tangan: "Jangan! Xue Rui baru datang, biar kerja di ruang umum saja. Buat apa dibuat seremoni besar-besaran?"
Tak ada yang tahu apakah itu cinta sejati atau kepura-puraan. Aku dan Si Berbulu sama-sama berseru: "Terus terang saja, terus terang saja."
Pipi Xue Rui merekah senyum. Tanpa menunggu Li Jiahui menolak lagi, dia berpaling ke Su Menglin: "Paman Su, aku ingin memilih sendiri meja kantor. Saat kamu belanja besok, jangan lupa ajak aku ya?"
Melihat kami semua tidak keberatan, Su Menglin mengangguk: "Baik, tidak masalah."
Duoduo Si Siluman tak sengaja mencebikkan bibirnya.
Setelah urusan serius selesai, suasana mejapun semakin meriah. Sebagai tamu kehormatan yang abstain minum, Li Jiahui dan Bos Gu - dua jagoan minuman - mulai mengepung Si Berbulu bergantian.
Dibandingkan denganku, kemampuan minum Si Berbulu memang biasa saja. Tapi kepiawaiannya meracau sambil menolak minuman dari dua rubah tua itu justru menciptakan keriangan tersendiri.
Di tengah pesta, sebuah panggilan tak dikenal dari nomor Tongren menyela.
Dugaan ku ini pasti telepon dari Wu Linyi. Karena suasana terlalu berisik, kusuruh Duoduo Si Siluman mendorong kursi rodaku ke area istirahat ruang VIP.
Begitu tersambung, suara tua itu memang milik ahli Yin She Gu dari suku Miao: Wu Linyi.
Awalnya si kakek ini cukup dingin padaku. Tapi kesan nya berubah setelah peristiwa Perbatasan Gunung Hijau.
Karena sifatnya yang pendiam, basa-basinya singkat: "Ada keperluan apa?" Kuceritakan kejadian siang hari dan analisaku, lalu kutanya apakah dia pernah mengalami hal serupa dan biasanya ditangani bagaimana?
Wu Linyi terdiam sejenak, lalu menjawab ada. Dia pernah mengalaminya di tahun 05, bahkan dua kasus berturut-turut.
Aku berdegup kencang, buru-buru bertanya bagaimana kejadiannya saat itu?
Wu Linyi bercerita bahwa di tahun 05 saat masih mengajar di Universitas Kedokteran Zunyi, dia pernah menemukan kasus seperti ini. Salah satunya bahkan memposting foto ke internet yang terlihat sangat mual.
Saat itu dia sangat serius meneliti penyakit ini. Setelah mempelajari kitab-kitab kuno, ditemukan kemiripan dengan legenda Gu tubuh teratai dari suku Dan di Quanzhou, Fujian - keluarga Dan adalah komunitas sungai yang hidup di atas perahu, disebut juga Longhu atau Tinghu, menyembah roh ular.
Dukun suku Dan yang mahir ilmu air biasanya menggunakan trik ini untuk mengancam pejabat dan melawan pajak kejam pemerintah, sering berhasil. Hingga akhir Dinasti Ming dan awal Qing, ketika Kantor Tongkat Lengket Qing membantai banyak orang, ilmunya pun punah. Tak disangka tersebar ke negara-negara Asia Tenggara.
Kutanyakan cara pengobatannya. Wu Linyi terdiam lama, lalu berkata kedua pasiennya itu akhirnya meninggal dua bulan kemudian dengan seluruh tubuhnya dipenuhi belatung, kondisi mayatnya seperti batu bara sarang lebah yang mengerikan. Petugas kamar mayat rumah sakit sampai mengalami mimpi buruk selama tiga bulan, bahkan ada yang bunuh diri.
Mendengar suara berat Wu Linyi, emosiku langsung turun. Setelah berbicara seadanya, aku pun menutup telepon.
Seringkali, ketika kita menghadapi tatapan penuh harap orang lain namun harus mengatakan "Tidak", selalu ada perasaan malu bukan main. Bagaimanapun juga, Fu Xiaoqiao adalah kehidupan yang hidup-hidup. Ketika menghadapi kepergiannya dari dunia ini sementara aku tak berdaya, perasaan bersalah itu selalu muncul tanpa alasan jelas.
Saat menyodorkan kembali telepon ke Duoduo Si Siluman, aku tak bisa menahan desahan panjang, wajahku tampak diliputi kesedihan.
Apakah Fu Xiaoqiao benar-benar hanya punya Jalan Buntu?
