Aku mulai tertarik dan bertanya bagaimana ceritanya.
Xiao Jing mengatakan dia juga tidak tahu jelas, hanya dengar dari orang lain.
Aku memutar kepala dan melihat ke arah Guru Xiao Wang.
Guru Xiao Wang menjilat bibirnya, mengatakan memang ada kejadian seperti itu bulan lalu.
Ada seorang mahasiswi pascasarjana di kampus yang cantik. Suatu malam saat pulang ke asrama pascasarjana melewati pinggiran hutan, dia diseret ke bagian terdalam hutan dan diperkosa. Pelakunya sangat kejam, tidak hanya memperkosa tapi juga membunuhnya. Saat otopsi, dokter forensik menemukan janin berusia tiga bulan di perutnya - satu jenazah membawa dua nyawa.
Kampus berusaha menutupi kasus ini, tapi akhirnya tetap terungkap ke media.
Saya mengerutkan alis dan bertanya, "Apakah pembunuhnya sudah ditangkap?"
Guru Xiao Wang menjawab tidak. Kasus ini memiliki sifat yang sangat kejahatan. Saat itu polisi membentuk tim investigasi khusus, melakukan penyelidikan lama, menimbulkan kepanikan masyarakat. Banyak tersangka, namun setelah lebih dari sebulan investigasi, tetap tidak menemukan pelakunya. Belakangan ini sekolah mengalami banyak masalah, kasus-kasus kejahatan seperti ini sering terjadi, membuat para pimpinan di berbagai level merasa terpojok, bahkan mempengaruhi penerimaan murid baru. Jadi tekanan mereka sangat besar, berharap bisa diselesaikan dan mencegah kejadian serupa terulang.
Saya menatap tajuk berita yang dilingkari dengan spidol merah di koran itu, mengangguk penuh pertimbangan, dan berkata sudah mengerti.
Guru Xiao Wang tampak gelisah, bertanya lagi apakah ada hubungan antara semua kejadian ini.
Saya tersenyum, "Saya bukan Sherlock Holmes, mana mungkin tahu? Sudahlah, cukup. Saya sudah paham alur kejadiannya. Mari bubar. Kami mungkin akan tinggal di Kota Nanfang beberapa hari ini. Pertama kita ke hotel untuk menaruh barang, nanti malam kembali ke sini untuk melakukan ritual Zhaohun bagi siswa bernama Yang itu, memulihkan kesadarannya."
"Xue Rui, bagaimana menurutmu?"
Xue Rui mengangguk, "Ikuti rencanamu. Hal-hal seperti ini baru bisa diketahui hasilnya malam nanti."
Setelah itu kami keluar dari kamar. Xiao Jing masih ada kelas siang ini, jadi tidak menemani kami. Dia janji menghubungi kami sore nanti, lalu pergi bersama Hu Xueqian, Che Hongbao, dan Yang Yi.
Guru Xiao Wang menjabat tangan saya, memberikan nomor telepon, dan berkata akan melaporkan hal ini ke atasan. Untuk ritual Zhaohun siswa Yang malam nanti, dia juga akan ikut serta, menanyakan apakah ada keberatan dari saya.
Aku mengangkat bahu, berkata itu tidak masalah, dengan dukungan pihak sekolah, siapa tahu hal ini akan berjalan lebih lancar.
Setelah berpamitan dengan Guru Xiao Wang, aku menggandeng tangan Xiao Yao, berjalan keluar kampus bersama Xue Rui.
Aku bertanya pada Xue Rui, tadi meski tidak menggunakan komas, tapi menurut pengamatan Mata Langitmu, seharusnya bisa melihat sesuatu yang berbeda?
Xue Rui melotot padaku, berkata tadi kau pura-pula tidak tahu jalan keluar, aku sampai benar-benar percaya.
Kak Lu Zuo adalah orang yang sangat licik, kenapa sebelumnya aku tidak menyadarinya?
Kedekatan mengurangi rasa hormat. Dulu saat aku menyelamatkan Xue Rui, dia sangat menghormatiku. Tapi semakin sering berinteraksi, sikapnya semakin santai. Bahkan kadang bergabung dengan barisan Xiao Yao dan Harimau Kucing Besar (Tuan Kulit Harimau) untuk menjatuhkanku.
Untungnya hatiku kuat dan muka tebal, kuhadapi seperti angin sepoi-sepoi, tak kuhiraukan.
Kami saling menggoda sebentar. Saat membahas urusan serius, wajah Xue Rui berubah tegas. Dia berkata melihat empat orang sepupumu itu, asap hitam sudah merasuk dahi, sangat pekat. Untung kita datang tepat waktu, bisa jadi ada korban lagi.
Barang jahat itu sangat sial. Entah berapa dendam terkumpul sampai kebencian sebesar ini. Kau tanya tentang kasus pembunuhan mahasiswi itu, apakah menurutmu arwah penasarannya belum bubar dan sedang mengganggu di sini?
Aku mengangguk, berkata entah mengapa, saat melihat judul yang dilingkari di koran sore itu, tiba-tiba hatiku berdesir, memikirkan dua hal ini mungkin ada keterkaitan.
Tapi firasat keenamku mengatakan, hubungan di balik ini sepertinya tidak sederhana.
Xue Rui Pshh tertawa, bertanya apa itu firasat keenam, pria juga punya firasat keenam?
※※※
Aku dan Xue Rui naik mobil ke hotel yang sudah dipesan, lalu melalui internet mencari detail kabar kematian mahasiswi pascasarjana itu.
Kami meneliti sepanjang siang, informasi yang didapat tidak banyak. Laporan terkait mirip dengan yang kubaca di koran, tapi kulihat foto mahasiswi itu: alis melengkung seperti dedaunan, mata seperti biji aprikot, mulut ceri mungil, wajah oval seperti biji semangka - memang seorang kecantikan.
Wajahnya terasa familiar, kurenungkan cukup lama, baru sadar mirip Zhou Xun.
Menurut Xiao Jing, dulu di BBS kampus banyak beredar kabar selingan, tapi kemudian moderator menghapus semuanya demi 'harmoni'.
Xue Rui cepat berpikir, mencari forum sekolah, menggulir ke bawah hampir sepuluh halaman, akhirnya menemukan beberapa post terkait.
Postingan-postingan ini juga berisi berbagai gosip. Ada yang mengatakan mahasiswi pascasarjana yang tewas itu terlihat seperti gunung es di depan umum, namun diam-diam sering mengunjungi klub eksklusif untuk bisnis terlarang; Ada juga yang menyebutkan dia punya pacar misterius yang menjalani hubungan cinta platonik, namun akhirnya sang pacar marah besar setelah tahu dia hamil tiga bulan lalu memperkosa dan membunuhnya; Bahkan ada yang mengklaim pelakunya adalah buronan kelas A yang sempat bermain internet di warnet dan membual di chat, dengan rekaman percakapan sebagai bukti...
Semua ini cuma rumor tak berdasar yang tidak bisa dipercaya. Kami pusing membacanya, sedang mempertimbangkan apakah akan menggunakan koneksi untuk mendapatkan data dari tim investigasi.
Duoduo Si Siluman menyeringai dingin mendengar ideku, "Kamu benar-benar babi! Urusan yang tidak bisa diselesaikan pihak berwenang malah berhasil kamu atasi? Apa kamu mau pamer kemampuan atau mempermalukan mereka?"
Aku tersadar. Melampaui batas wewenang itu berbahaya. Aku bukan Master Shixiong, mana mungkin punya kekuasaan sebanyak itu.
Tapi sungguh mengejutkan, Duoduo yang masih kecil sudah mengerti seluk-beluk birokrasi. Benar-benar jelmaan siluman pintar.
Sore itu, di bawah arahan Xiao Jing, kami makan malam di kantin staf. Melihat asap hitam pekat di dahinya, kukeluarkan kertas jimat shen dari pelukan dan kuserahkan padanya.
Ini adalah karya Si Berbulu, aku masih punya banyak sisa. Kuserahkan pada Xiao Jing untuk berjaga-jaga, agar tidak ada kelalaian dalam perawatan yang menyebabkan kecelakaan.
Malam itu kami duduk di bangku koridor rumah sakit cabang. Hu Xueqian, Che Hongbao, Yang Yi, dan Guru Xiao Wang menemani mengobrol. Setelah lewat pukul sebelas malam, kami masuk ke kamar pasien.
Karena orangtua Yang Zixi sudah meminta izin pada pasien sekamar sebelumnya, semua diam-diam saling menopang keluar ruangan. Sesuai perintahku, siluman kecil mengusir semua orang termasuk orangtua Yang dari kamar.
Sebelumnya kuperingatkan semua orang di luar: apapun keributan di dalam, jangan sembarangan masuk. Jika arwahnya kabur, Yang Zixi bisa jadi pasien gila seumur hidup.
Mereka serentak menjawab tak berani, hanya akan menunggu dengan patuh.
Setelah ruangan kosong, kuperhatikan sekeliling lalu tersenyum pada Xue Rui: "Kekuatanku belum pulih. Kali ini aku jadi penonton saja. Kau yang memanggil arwahnya?"
Xue Rui memandangi Yang Zixi yang mengerut di kasur, tak menolak: "Baik, tapi metode Tian Shi kami ini membutuhkan bantuan Lu Yaoyaomu."
Kujawab: "Boleh, kau bisa negoisasi dengan siluman kecil."
Xue Rui berbisik pada siluman kecil. Sementara itu kurapikan persembahan di meja, menyalakan lilin dupa. Asap kehijauan membubung, memenuhi ruangan dengan aura mistis.
Yang Zixi awalnya masih meringkuk ketakutan di kasur pasien. Saat kami mematikan lampu dan menyiapkan ritual, tiba-tiba dia mulai gelisah. Otot wajahnya berkerut-kerut. Ketika aku menancapkan dupa di empat sudut ruangan, dia tiba-tiba melompat dari tempat tidur hendak mencakar wajahku sambil mengeluarkan suara "he he" seperti ada dahak menyumbat tenggorokannya.
Tapi Xue Rui sudah siap. Tangan kirinya membentuk segel, menghalangi Yang Zixi yang berwajah mengerikan itu. Tangan kanannya mengibaskan selembar Fu kuning, memutarnya tiga kali, lalu menempelkannya dengan keras di dahi Yang Zixi.
Jurus ini tepat dan keras, mengantisipasi serangan lawan, sangat khas gaya Xue Rui.
Di dahi Yang Zixi yang berkeringat, Fu itu menempel erat tak bergerak.
Seperti di film zombie di drama TV, gadis dengan Fu menempel di dahinya ini tak bergerak. Bola matanya menatap tajam seakan hendak copot, mulut setengah terbuka memperlihatkan gigi putih bak salju.
Xue Rui menggelengkan kepala. Katanya, bukan hanya rohnya yang terlepas, tapi dia juga terkena kutukan jahat. Bixian yang dipanggil itu entah makhluk apa, sangatlah angker.
Setelah menghela nafas, kami mendudukkannya tegak di kasur. Baru hendak memulai proses, terdengar suara lemah dari luar pintu. Ibu Yang, karena hubungan hati ibu-anak, lupa janjinya setelah mendengar jeritan tadi.
Aku berjalan ke pintu kamar pasien dengan wajah masam, berkata tegas pada kerumunan orang di luar: "Ini terakhir kalinya, kalau masih ada lagi, aku benar-benar akan marah..."
Ibu Yang dengan rasa bersalah mengangguk sambil menoleh ke belakang, seolah mencari sesuatu.
Aku mengabaikannya, menutup pintu rapat-rapat dan kembali ke sisi tempat tidur. Xue Rui sudah mulai melantunkan mantra pemanggilan arwah.
Suara Xue Rui jernih membacakan metode Tian Shi Dao: "Delapan penjuru dewata, jadikan aku alam semesta, perintah Lingbao Fu, umumkan ke Sembilan Langit, Qianluo Dana, Donggang Taixuan, hun pulanglah, jangan tertinggal di luar..."
Suaranya merdu seperti kicau burung oriole, jauh lebih enak didengar dibanding mantra cepat-beruntun ala Si Berbulu.
Setelah selesai melafalkan mantra, Xue Rui membersihkan tenggorokannya lalu berseru: "Yang Zixi, cepatlah pulang~"
Xiaoyao Duoduo segera menyambut: "Baiklah, aku sudah kembali!"
Xue Rui berseru lagi: "Yang Zixi, pulanglah lebih cepat~"
Xiaoyao Duoduo menjawab: "Mengerti, aku kembali~"
Setelah dialog berulang 7-8 kali, tiba-tiba mata Yang Zixi di tempat tidur melotot. Batuk keras menyemburkan cairan asam berbau anyir dari lambungnya.
Fu yang menempel di dahinya jatuh sendiri ke tumpukan najis di seprai, mengeluarkan asap mistis.
Mata Yang Zixi menatap tajam ke arah kami, tiba-tiba tersenyum padaku: "Kamu datang?"
