Situasi saat itu sangat genting. Mao Tongzhen dan Xu Xiumei bisa kembali kapan saja. Seharusnya segera kugunakan teknik menghilang, tapi saat melihat lelaki tua berbaju tahanan abu-abu sama seperti Lao Xiao ini, langkahku terhenti.
Lelaki ini ternyata Wu Linyi! Mantan profesor universitas kedokteran itu, salah satu ahli Gu utama Biro Barat Daya!
Bagaimana mungkin ia terjatuh dalam keadaan seperti ini, terpenjara di sini?
Apakah benar seperti dugaan kami sebelumnya - bahwa dialah anggota keempat Persaudaraan Hantu Berjubah, ahli Gu utama mereka?
Segudang pertanyaan memenuhi benakku. Kutatap tajam orang Miao tua berpenampilan janggal dan lesu ini.
Ia tidak sampai pingsan, namun seluruh tubuhnya lemas, wajahnya pucat lesu, sudut matanya dipenuhi kotoran mata yang menumpuk, seolah telah mengalami siksaan yang tak terucapkan.
Xia Yuxin yang melihat tatapan bertanya saya, dengan aura penuh kewaspadaan mengunci kedua orang itu, buru-buru menjelaskan: "Lu Zuo, Lu Zuo! Masih ingat Nyonya Liu yang menghubungimu? Saya adalah mata-mata dalam yang dia sebut! Kedatangan saya kesini adalah untuk membantumu menyelamatkan sahabatmu Xiao Keming. Jangan salah paham!"
Jadi begitu, akhirnya saya paham. Alasan Nyonya Liu dan Xiao Zhou menawarkan bantuan ternyata tujuan utama mereka adalah Wu Linyi.
Saya melihat matanya berkedip-kedip, mengandung keraguan - saya tahu dia terkejut, mengapa saya bisa menjadi lebih hebat dari yang dia bayangkan.
Tapi saya tidak peduli dengan psikologi orang kecil. Saya menunjuk Wu Linyi bertanya: "Anda, apakah anda ahli Gu utama dari Persaudaraan Hantu Berjubah?"
Wu Linyi wajahnya pucat pasi, tapi tetap tenang menjawab: "Benar."
Saya langsung merah padam karena malu dan marah. Andaikan tidak ada si Berbulu yang pingsan di punggungku, khawatir terjadi sesuatu padanya, pasti sudah kuhampiri dan kutampar tok! tok! pipi pengkhianat ini untuk melampiaskan kebencian di hati.
Harus diketahui, jika bukan karena rencana licik kura-kura tua Wu Linyi yang menjebakku ke Barat Daya, aku tak akan masuk Kuil Persembahan Yelang, tak akan berdarah-darah melawan anggota Persaudaraan Hantu Berjubah, tak akan memberi celah pada Huang Pengfei untuk menyelinap memberi jebakan, gagal membunuh malah terbunuh, apalagi mengalami rentetan pelarian dan fitnah setelahnya.
Semua hal ini, jika dilacak asal-usulnya, Wu Linyi si pencuri anjing ini bisa dibilang sebagai penggerak utama yang menjerumuskan kami ke dalam situasi menyedihkan ini!
Bertemu dengan musuh bebuyutan seperti ini, mana mungkin mata tidak merah membara?
Melihat kedua mataku menyala-nyala, Wu Linyi malah tersenyum, berkata: "Lu Zuo, kau merasa terzalimi, lalu apakah aku tidak? - Pikirkanlah, aku Wu Linyi yang berasal dari keluarga ahli Gu Miao terkemuka, sejak kecil sudah berbeda dengan orang biasa, menguasai ilmu kuno dan modern, memadukan Timur-Barat, merangkak selama 40 tahun lebih, seumur hidup berhati-hati, akhirnya bisa menduduki kursi keempat Persaudaraan Hantu Berjubah Sichuan yang berkuasa, kemasyhuran tak tertandingi di masanya.
Tapi Sekte Iblis melahirkan Jenderal Pemimpin Aliran Xiao Foye, jenius yang ditakdirkan langit, trik-triknya tak tertandingi, dalam waktu singkat bisa memangkas kekuasaan daerah dan memusatkan wewenang, sementara veteran-veteran pejuang seperti kami malah jadi batu pijakan..."
Suaranya tersengal pilu: "Ke mana aku harus mengadukan kezaliman yang kualami ini?"
Wu Linyi terlihat sangat terpukul, ratapannya tak putus-putus. Melihatnya kehilangan kendali seperti ini, Xia Yuxin berusaha menenangkan: "Guru Wu, sudahlah jangan terlalu sedih. Bukankah Xiao Foye mengutus kami untuk menyelamatkanmu? Tahukah Anda? Untuk menyelamatkanmu, Xiao Foye bahkan mengerahkan iblis wanita yang baru bebas dari penjara. Lihatlah, ini adalah kehormatan yang luar biasa..."
Sambil berbicara, dia memapah Wu Linyi menuju pintu tangga, sambil membujukku: "Kalian berdua, ikutlah. Aku akan mengantar kalian keluar. Permusuhan masa lalu biarlah berlalu. Saat ini, kita berada di pihak yang sama..."
Aku mengabaikannya, menyusul ke depan, dan bertanya pada Wu Linyi: "Bagaimana kau bisa masuk ke sini?"
Wu Linyi tersenyum getir: "Bukankah karena kau? Si Xiao Laopao dan Chen Motou bersekutu memaksaku. Tim investigasi pusat datang, skandal terungkap. Mereka memaksaku kabur hingga akhirnya tertangkap di sini."
Melihat Wu Linyi yang lemas, mungkin dia juga telah disiksa, kupikir menyimpannya bisa jadi saksi untuk pembalikan kasus. Aku tak lagi berniat membunuh, sambil menggendong Si Berbulu, berbalik menuju ruang mesin di sudut.
Xia Yuxin yang melihatku bergerak berlawanan arah langsung panik: "Hei, kalian mau ke mana?!"
Yang menjawabnya adalah suara pintu besi yang dibanting keras.
Reputasi Sekte Iblis ini terlalu buruk. Sekali tersentuh, akan seperti cacing lendir yang sulit dilepaskan.
Aku punya terlalu banyak konflik dengan Sekte Iblis. Sejak awal hubungan kami hanya saling memanfaatkan, tak pernah berniat menyatu dengan mereka, apalagi dianggap bagian dari kelompok mereka.
Aku bisa bersabar dan tak berkonfrontasi karena telah menyiapkan jebakan sebelumnya - mereka mustahil lolos dari kendali pihak berwenang.
Orang seperti Wu Linyi yang mati di tanganku, lebih baik diserahkan ke pemerintah.
Nantinya, dia akan seperti duri yang tertancap dalam di hati para pejabat tertentu.
Kukunci pintu besi itu dari dalam, mengikatnya dengan kabel listrik sampai tak bisa dibuka.
Mereka yang pernah menggendong pemabuk tak sadar mungkin paham: tubuh orang pingsan lemas seperti tak bertulang, sangat sulit digendong.
Akhirnya aku membaringkan si berbulu dan mencekik titik renzhong-nya.
Kucekik beberapa kali, tak ada reaksi. Siluman kecil maju dan menyalurkan Qingmu Yigang ke tubuhnya. Seluruh tubuhnya bergetar, tapi tetap tak siuman.
Pasrah, aku menyatukan tangan dan berseru lantang: "Kumohon kehadiran Tuan Jin Can Gu..."
Sepuluh detik kemudian, si berbulu siuman sambil merintih. Matanya melihatku dan langsung memaki lemah: "Dasar p****n, Si Racun Kecil..."
Kutersenyum hehe, tak sempat berpanjang cerita. Kugendong dia dan melompat ke saluran pembuangan.
Di saluran sempit ini, satu orang saja sulit merayap. Aku memimpin di depan, sementara siluman kecil dan Duoduo di belakang membawa si berbulu yang lemas dengan kekuatan magis.
Perjalanan pulang jauh lebih cepat daripada saat datang.
Sel penjara yang diobrak-abrik ini, meski ada Xia Yuxin sebagai mata-mata, pasti dijaga ketat. Alarm pasti sudah berbunyi dan serangan balik akan ganas.
Meski Xia Yuxin dan Wu Linyi mengalihkan perhatian di luar, jika tak segera kabur, kita akan dikejar habis-habisan seperti ular menggigit ekornya.
Perlu diketahui, meskipun Nona Liu—yaitu Liu Zihan si iblis yang disebut Xia Yuxin—baru saja diselamatkan Xiao Foye dari Bai Chengzi, bahkan dengan dukungan Sekte Iblis yang memiliki pondasi kuat, kondisinya pasti belum pulih ke puncak. Kekuatan tempurnya mungkin tidak jauh lebih tinggi dari Mao Tongzhen atau Xu Xiumei.
Lagipula di wilayah kekuasaan organisasi, mereka pasti tidak berani berlama-lama. Tentu saja ritmenya hanya menarik perhatian sebentar lalu segera kabur.
Jadi satu-satunya cara adalah aku harus cepat lari, keluar dari formasi tempur, baru bisa menghindari pemburuan berikutnya.
Dengan urgensi seperti ini, kami segera merayap melalui pipa sempit di bawah gedung, sampai di saluran pembuangan utama gedung pertemuan.
Melewati area tempat aku menguping percakapan Xia Yuxin dan Ma Si sebelumnya, dari atas saluran pembuangan terdengar gemuruh pertarungan internal. Daya penghancurnya dahsyat, getaran medan Qi yang mengerikan merambat dari atas.
Dengan bantuan serangga gemuk, Si Berbulu mulai pulih kesadarannya dan bisa mencengkeramku. Tanpa menunda lagi, dengan bantuan dua Duoduo, aku menariknya kabur melalui jalan yang sama.
Di tengah perjalanan, ribuan kecoa berlarian di depan. Tiba-tiba aku merasakan seseram misterius, refleks menoleh ke belakang. Dari kegelapan, dua lampu hijau kehijauan menyala tiba-tiba.
Xiao Yao juga merasakan keanehan. Saat dia menyorotkan senter kuat ke belakang, jalan mundur langsung terang benderang.
Cahaya hijau redup itu mulai meredup, sementara seekor roh ular Hantu Yuan raksasa telah muncul di belakang kami.
Saat lampu siluman kecil menyorot ke arahnya, roh ular ini tiba-tiba membuka mulut raksasanya. Panjang bibir ularnya hampir satu meter, dipenuhi deretan gigi tajam putih berkilau yang saling bertautan, sungguh menakutkan.
Roh ular ini pernah kami temui di hutan perbatasan Sichuan-Yunnan. Saat itu kami memberi pelajaran keras hingga tak berani lancang.
Tapi situasi sekarang berbeda. Di ruang sempit ini, kami bahkan sulit berbalik badan. Bagaimana bisa leluasa bergerak? Sementara roh ular ini bak ikan di air. Dengan mulut menganga lebar dan tubuh sepanjang beberapa zhang yang bersembunyi dalam kegelapan, ia meluncur deras ke arah kami.
Situasi kritis ini mencapai puncaknya. Namun aku berusaha tenang, mendorong tubuh si berbulu ke depan sambil berteriak: "Duoduo, jaga Paman Xiao baik-baik..."
Belum selesai ucapan, angin anyir langsung menerpa. Cermin Zhen di tanganku berputar, "Wu Liang Tian Zun!" Sorot biru menyilaukan. Saat itu juga, kepala ular raksasa sudah menyambar di depan mata, mulutnya yang menganga hampir menelanku bulat-bulat.
Dengan setengah duduk, saat rahang raksasa itu hendak mengatup, kutekan titik di atas-bawah mulutnya hingga terkunci membeku.
Gedebuk! Cermin Zhen berjatuhan ke lantai, sementara aku menggunakan tangan dan kaki untuk menahan daya gigit yang mengerikan ini dengan sekuat tenaga.
Manusia dan roh ular. Dalam ranah kekuatan, kami bukanlah lawan yang setara. Namun saat ini, kurasakan aliran energi sepi mulai berkumpul dari Dantian bawah di bawah perut menuju telapak tanganku - Harapan di kiri, Kehancuran di kanan. Kedua simbol ini tiba-tiba mulai bergerak dalam hatiku, energi yang bergelombang terkonsentrasi di telapak tangan, berubah menjadi dingin membeku dan panas menyengat.
Auuung——
Roh ular itu menggeliat. Gigi tajam seperti pisau belati di mulutnya bergetar, lidahnya terus menjilati pipiku. Tapi lemah, jelas terintimidasi oleh sepasang tangan iblis sihirku.
Tubuh roh ular sepanjang 4-5 zhang itu menggelepar kesakitan, mengaduk-aduk seluruh saluran pembuangan seperti lautan terbalik. Lumpur dan najis beterbangan, batu bata mulai berjatuhan deras dari atas.
Siluman kecil di depan berteriak: "Si Racun Kecil, kalau tidak segera membunuhnya, kita akan terperangkap!"
Aku tertegun. Heh, si siluman rubah ini berani tidak sopan? Emosiku meluap, tenaga di kedua tangan langsung berlipat ganda. Saat mencapai titik kritis, kuterjang dengan sekuat tenaga, menghancurkan semua hambatan.
Kedua tanganku menyilang. Kepala besar roh ular itu terkoyak, tubuhnya kolaps.
Di angkasa, bergema teriakan mencekam penuh penderitaan - Suara ini kukenal!
Itu teriakan Xu Xiumei, si belut tua itu!
