Pendatang itu seorang wanita bertubuh mungil dengan celana tebal menggembung. Dia adalah Yin Yue, pelatih yang pernah kutemui di kamp pelatihan dulu.
Sebagai buronan, aku tak gugup melihat kemunculannya. Kukanggukkan kepala, lalu kubalikkan bungkusan di tangan kanan untuk diperiksa.
Tak ada yang lain. Pedang Lei Fa milik Si Berbulu tertancap miring di dalamnya.
Melihat aku hendak membuka bungkusan, Yin Yue segera menghampiri dan berkata tergesa-gesa: "Barang-barang Lao Xiao semua ada di dalam. Jangan dilihat dulu! Si kura-kura tua Xu Xiumei yang melihat situasi di sana sudah stabil sedang buru-buru ingin ke sini——sudah dua kelompok yang datang dari depan dan belakang, semuanya kusuruh mundur. Ikut aku dulu, nanti akan kuberitahu saat waktunya tepat!"
Tangan kanannya mengibas, debu hitam berhamburan menyelimuti tubuhku. Si Berbulu yang baru saja dibantu bangun oleh Xiaoyao di belakang juga terkena percikan.
"Untuk menghindari pelacakan! Di sini ada ahli pelacakan dari Sekte Tian Shi Jian Ge. Wu Linyi jatuh ke tangannya, kita harus waspada!" Terbiasa membantu Master Shixiong, gaya kerja Yin Yue tegas dan cepat. Matanya melirik ke belakang sebelum memimpinku masuk ke gang sempit, sambil bertanya: "Lu Zuo, tidak terluka kan?"
Kujawab baik-baik saja. Di samping, Duoduo mencekik leher burung nasar putih itu lalu melemparkannya ke udara. Binatang sialan itu langsung terbang menghilang.
Dengan suara lirih dia berseru: "Kakak Lu Zuo, aku gantikan si kucing kentut busuk untuk berjaga di udara ya!" Duoduo melayang tinggi sementara Xiaoyao membantu Si Berbulu naik ke punggungku. Gadis itu menggendong Tuan Kulit Harimau sambil berkata: "Ayo! Pasukan besar sedang mengejar dari belakang..."
Kulemparkan pandangan terakhir ke Hotel Hongbin yang masih berpendar lentera dengan suara alarm melengking, lalu tersenyum getir sebelum mengikuti Yin Yue menghilang dalam kegelapan.
Karena terburu-buru berjalan, Yin Yue tidak berbicara denganku. Postur tubuhnya bergerak cepat seperti rubah spiritual, menyusuri gang-gang Kota Tua ini dengan lincah tanpa jeda, bagaikan hantu.
Melihat keadaannya seperti ini, aku langsung tahu risiko bahaya dalam situasi ini sangat besar.
Ternyata Master Shixiong tidak ingin meninggalkan celah perbincangan orang, tidak ingin orang luar tahu ia ikut campur dalam hal ini dan menolong kami dua buronan, aku dan Si Berbulu.
Tapi ini bukan salahnya. Pertarungan sengitku dengan Mao Tongzhen tadi memang menghabiskan banyak waktu berharga. Pengejar di belakang semakin ganas, membuat situasi kami sekarang sangat genting. Sedikit saja berhenti, risiko terjerat akan mengintai.
Beberapa kali kami harus berhenti di gang gelap atau bawah jembatan batu, nyaris ketahuan para pengejar.
Selama ini, Si Berbulu yang telah memakai jade nasib dasarnya akhirnya mulai pulih napasnya. Semangatnya sedikit terkumpul, ia bersikukuh minta diturunkan. Dengan ditopangku dan siluman kecil, kami berlari ke barat.
Setelah berjalan sekitar setengah jam dalam kegelapan, melewati sebagian area kota, tak ada lagi jejak pengejar. Langkah Yin Yue melambat, barulah kubicara: "Jiejie Yin, berapa pasukan yang datang kali ini?"
Yin Yue menoleh, menatapku dalam-dalam: "Setelah menerima laporanmu, Lao Lin yang memimpin. Zhang Ligeng, aku, Bai He, dan Yu Jiayuan - lima pedang markas besar, semua dikerahkan."
Kukangguk, berkata "Oh", lalu tak banyak bicara.
Dengan kemampuan sebesar ini, Lin Qiming tentu memiliki banyak ruang gerak. Kemungkinan besar dia bisa menguasai anggota Sekte Iblis kali ini - pepatah mengatakan, "Tak ada angin tak ada hujan", Xiao Zhou yang menemukanku di jalanan Lijiang selain mencari asisten untuk bersama-sama menyelamatkan Wu Linyi, sebenarnya juga punya niat menyeretku ke kubangan masalah.
Teman-tema yang pernah membaca "Batas Air" pasti tahu, cara menyeret orang ke kubangan masalah itu bermacam-macam, sungguh keterlaluan. Tapi kenyataan seringkali lebih rumit dari fiksi, trik licik Wu Yong si penulis tega mungkin masih kalah dibanding Sekte Iblis.
Seandainya aku berharap bisa bekerja sama dengan mereka sambil saling memanfaatkan, meski berhasil menyelamatkan Si Berbulu, pasti akan kena fitnah berat. Seumur hidup jadi buronan.
Makanya sejak awal bertemu Sekte Iblis, aku sudah merencanakan cara melepaskan diri dari kendali mereka sekaligus menyelamatkan Si Berbulu.
Satu orang kurang ide, dua orang lebih banyak akal. Sudah kuremas-remas kepala tapi tak ketemu solusi, akhirnya minta bantuan Master Shixiong.
Maka setelah persiapan matang darinya, situasi berubah: pihak yang tahu informasi menyergap markas Sekte Iblis langsung menarik tenaga dari Lin Qiming (pengganti posisinya) di markas besar ibu kota. Tanpa beri tahu siapapun, mereka datang menyergap dan berhasil menangkap basah anggota Sekte Iblis yang berusaha kabur setelah menculik.
Inilah yang kumaksudkan dengan tata letak sebelumnya, dan juga alasan mengapa aku lebih memilih merangkak masuk-keluar melalui selokan kotor yang berbau busuk dan dipenuhi air limbah, daripada mengikuti Xia Yuxin, Wu Linyi, dan lainnya melalui jalur hijau yang baru dibuka.
Karena melalui jalur itu, pasti langsung tertangkap.
Hatiku riang gembira, sebenarnya Yin Yue juga cukup bersemangat.
Karena serangan ke kamp pelatihan pertengahan tahun lalu dan insiden kaburnya narapidana Penjara Bai Chengzi yang terlalu menggemparkan, setelah dokumen resmi dikeluarkan dan penindasan besar-besaran dilakukan, Sekte Iblis bersembunyi dan memecah diri menjadi kelompok-kelompok kecil, membuat mereka semakin sulit dilacak.
Dengan informasi akurat kali ini, kami bertindak sesuai momentum dan hasilnya tentu sangat memuaskan.
Selain itu, melalui peristiwa ini mereka bisa melewati otoritas lokal dan langsung menguasai Wu Linyi.
Dengan demikian, harapanku untuk membersihkan namaku mendapat jaminan tambahan.
Setelah berbincang sebentar dengan Yin Yue, dia mengaku saat pertempuran pecah tadi, dia menyelinap ke ruang arsip, mengemas barang-barang Si Berbulu yang disita, lalu mencariku.
Tapi dia tertunda di perjalanan dan harus menguras tenaga menghadang pasukan pengejar yang mendekat ke arahku, makanya terlambat datang.
Mengenai pertempuran di sisi lain, dia juga tidak tahu, tapi seharusnya tidak ada masalah.
Sambil berbicara, kami tiba di sebuah rumah tunggal. Dia mengeluarkan kunci, melirik ke kiri-kanan, lalu membuka pintu dan mempersilakan kami masuk.
Melihat kebingunganku, Yin Yue menjelaskan bahwa kampung halaman Bai He ada di Lijiang. Ini adalah rumah lama keluarga Bai He. Orangtuanya kemudian pindah ke Kota Chuncheng, tapi rumah ini tidak dijual melainkan dipertahankan, dan mereka akan tinggal di sini beberapa waktu setiap tahun.
Karena baru pertama kali datang, mereka juga tidak punya tempat tinggal yang aman, jadi terpaksa tidur-tiduran di sini.
Bai He adalah salah satu dari tujuh asisten andalan Master Shixiong yang biasa disebut Tujuh Pedang. Aku pernah bertemu sekali di hutan Myanmar utara, tapi tidak terlalu akrab.
Rumah ini cukup besar. Setelah masuk, Yin Yue mempersilakan kami duduk di ruang tengah sambil bilang akan menelepon untuk menanyakan situasi pertempuran, menyuruh kami beristirahat sebentar.
Aku mengangguk, mengizinkannya pergi, lalu menoleh ke Si Berbulu sambil tertawa canggung, "Lao Xiao, penderitaan apa yang kau alami di dalam? Kok sekarang keliatannya lemes gitu?"
Aku selalu bicara dengan Si Berbulu pakai nada begitu. Dia juga tidak ambil pusing, langsung membalas, "Sial! Lemes apaan? Keputusan untuk melumpuhkan kekuatanku lagi cuma berani dilakukan si tua berbulu Yang Zhixiu. Dua sesepih Xu Xiumei dan Mao Tongzhen yang duduknya miring itu tidak akan segitunya nyali!"
"Paman cuma kebanyakan dibius dan dihipnosis, jadi kaki masih lunglai. Beberapa hari lagi akan pulih."
"Jarum Ajaib Pengunci Roh" di kepalanya sudah dihancurkan oleh Tuan Kulit Harimau. Meski wajahnya masih lesu, tapi sorot matanya sudah jernih lagi, membuktikan bahwa kondisinya memang tidak parah seperti katanya.
Adapun Harimau Kucing Besar (Tuan Kulit Harimau) yang kehabisan tenaga, begitu diletakkan di meja teh, ia melihat sekeliling meja dan tidak menemukan apapun. Ia bergumam sambil memaki, lalu diam dan tertidur lelah.
Aku dan Si Berbulu yang telah lama berpisah akhirnya bertemu kembali, kami berbincang tentang berbagai hal yang terjadi setelah perpisahan kami.
Dari penuturan Si Berbulu, aku baru tahu bahwa hukuman yang ia terima bukan karena kesalahanku, melainkan karena Xu Xiumei dan Mao Tongzhen ingin mengetahui bagaimana ia mempelajari teknik rahasia memanggil petir dengan pedang suci itu.
Saat menceritakan ini, ia terlihat sangat bangga. Semua orang mengira teknik itu diajarkan langsung oleh Li Daozi atau gurunya, tapi kenyataannya tidak demikian.
Kala itu Li Daozi memberinya tiga jimat Fu, yang paling berharga adalah Fu Petir yang digunakan untuk membunuh tukang santet Bassong. Sedangkan kemampuan memanggil petir Si Berbulu sepenuhnya berasal dari pemahamannya terhadap pola-pola pada jimat Fu tersebut setelah delapan tahun mempelajari dan memvisualisasikannya.
Mendengar penjelasan Si Berbulu, aku tak bisa menahan kekaguman pada bakat luar biasa saudaraku ini.
Teknik rahasia yang dianggap mustahil dikuasai oleh sesama murid itu, ternyata dipelajarinya sendiri dari ukiran-ukiran mirip jimat aneh pada Fu. Benar-benar membuat orang merasa iri, cemburu, dan kesal!
Setelah mengobrol sebentar, Yin Yue kembali ke ruang tengah dan memberi tahu kami bahwa dalam pertempuran kali ini, Sekte Iblis mengirim enam orang. Setelah terkena jebakan, dua tewas, dua ditangkap, pemimpin mereka Siluman Memei mundur dengan luka parah. Hanya satu orang yang berhasil kabur utuh. Mata-mata Sekte Iblis Xia Yuxin berhasil ditangkap, sedangkan Wu Linyi yang melawan akhirnya putus lengan kiri dan sedang dalam proses penyelamatan darurat - seharusnya tidak masalah. Di pihak mereka, karena sudah mempersiapkan diri, korban tidak banyak. Namun tetap ada seorang murid Maoshan bernama Ma Chengming yang gugur...
Ma Chengming? Apa itu Ma Si? Pikiranku langsung sesak membayangkan Ma Si yang mulut berbisa tapi hati tetap baik itu telah tiada.
Yin Yue juga memberitahuku bahwa selama pertempuran dengan Sekte Iblis, Xu Xiumei beberapa kali kehilangan fokus hingga akhirnya kehilangan satu telinga akibat sabetan Memei. Sedangkan Mao Tongzhen terkena balasan formasi dan juga mengalami luka serius.
Dengan senyum manis, dia berkata bahwa kedua kakek tua ini di Sekte Maoshan memang tak pernah akur dengan Bos Besar Chen. Entah bagaimana reaksi Yang Zhixiu si tua berbulu itu melihat keadaan seperti ini.
Meskipun luka yang diderita Dua Sesepuh Maoshan bukan hanya karena aku, namun secara keseluruhan, akulah biang keroknya.
Akhir seperti ini bisa dianggap sebagai balas dendam atas kejadian sebulan terakhir dimana kami terus dikejar-kejar seperti tikus.
Kulihat Si Berbulu ingin bicara tapi ragu-ragu. Aku tahu dia ingin menanyakan mengapa penyakitku hilang dan kekuatanku meningkat drastis. Tapi di hadapan Yin Yue, rasanya tak pantas dibicarakan.
Setelah membicarakan semua ini, Yin Yue mengatakan bahwa sebelumnya dia keluar dengan alasan mengejar musuh, dan sekarang waktunya untuk kembali ke tim.
Dia menyuruh kami beristirahat di sini sebentar, dan besok pagi akan datang lagi untuk membahas rencana selanjutnya.
Kami mengangguk dan mengantarnya sampai ke pintu.
Meski rumah tua ini kosong, entah siapa yang berbaik hati telah menyiapkan makanan di ruang makan kamar samping: 8-9 piring lauk sayur dan daging yang bisa dipanaskan di microwave, hotpot tembaga kecil di tengah, juga ada anggur.
Aku dan Lao Xiao buru-buru membersihkan diri, lalu duduk. Setelah membangunkan Tuan Kulit Harimau, Duoduo, siluman kecil, serangga gemuk, dan Huo Wa, kami mengelilingi hotpot beruap panas itu, melewatkan malam Tahun Baru 2009 dalam pelarian.
