Saat masih ragu, siluet ramping melesat dari belakangku, menarik tanganku, lalu menerjang ke arah kolam.
Aku menunduk melihat, ternyata si siluman rubah itu dengan tangan kanannya menggenggam erat mutiara kelabu—bukankah itu Mutiara Tianwu?
Sebelum sempat kusadari kapan siluman kecil ini mencurinya dari pelukanku, tubuhku tiba-tiba terasa berat, tercebur ke dalam genangan darah anyir busuk ini.
Begitu masuk air, sesuatu tiba-tiba melecut ke arahku. Refleks kuraih benda itu—sebuah kepala manusia yang sudah membusuk tak berbentuk.
Benda ini bertenaga besar. Walau kuhadapi dengan satu tangan, tubuhku terpental mundur beberapa langkah.
Setelah beberapa langkah terseret, baru kudapatkan keseimbangan. Kulihat si siluman rubah menyelipkan Mutiara Tianwu ke pelukanku, lalu dengan gigi terkunci dan wajah penuh ketidakrelaan, menerobos keluar dari radius perlindungan mutiara.
Kuketahui niatnya menghadang Minmo yang hendak kabur. Namun mengingat aura mengerikan yang sebelumnya dipancarkan iblis itu, dadaku sesak oleh kecemasan. Kutekadkan mutiara pusaka untuk maju menyusuri arus.
Tidak berjalan beberapa meter, aku melihat Xiao Yao sedang bertarung dengan Minmo. Kembali ke kolam darah, Minmo sama sekali tidak menunjukkan kelemahan seperti saat di darat. Tanduk-tanduk daging di pinggang dan kakinya terus berterbangan seperti gurita, masing-masing menyerupai ular piton yang keluar dari gua, menyerang dari segala arah 360 derajat tanpa celah, mengurung tubuh mungil Xiao Yao Duoduo.
Namun sebagai siluman yang berani mengejar, Xiao Yao Duoduo tentu memiliki trik. Di tangannya terdapat tali kuning-putih yang terus diayunkan. Setiap tanduk yang menyerang terkena pukulan tali ini. Di ujung tali terdapat kekuatan misterius yang membuat tanduk-tanduk itu langsung menyusut begitu bersentuhan, sama sekali tak berani melawan.
Tali kuning-putih ini adalah hasil rajutan Otot Naga dari Kadal Naga Berduri Pedang yang ditambahkan oleh Si Berbulu pada Tali Pengikat Siluman Sembilan Ekor.
Pada otot naga tipis ini, Si Berbulu mengukirkan mantra sebesar titik-titik menggunakan teknik mikrograf. Daya penghancurnya memang hebat. Aku pernah dijadikan kelinci percobaan yang dikejar-kejar, tapi menolak mati-matian. Alhasil Minmo-lah yang menjadi yang pertama merasakan kekuatan tali ini.
Dengan Tali Pengikat Siluman Sembilan Ekor di tangannya, Duoduo Si Siluman menunjukkan aura bak ratu. Namun yang dihadapinya adalah Minmo yang mampu mengguncang seluruh dunia bawah tanah Provinsi Selatan hanya dengan menghentakkan kaki. Tetua ini memiliki kemampuan luar biasa sesuai reputasinya. Melihat siluman kecil di depannya yang berduri seperti landak dan sulit dihadapi, ia mengangkat satu tangan. Cahaya gelap yang menyelimuti air kolam menghantam tubuh Duoduo dengan tekanan dahsyat.
Tekanan maha berat membuat gerakan lincah Duoduo menjadi lambat. Setiap gerakan seperti menghabiskan seluruh tenaga.
Kehilangan momentum, ekspresi sedih mulai terpancar dari wajah Duoduo. Dengan gigi terkunci rapat, ia nekat menerjang ke depan.
Melihat situasi ini, aku dengan tegas berlari ke dekat siluman kecil, menempelkan tangan kiri di dada, mengaktifkan Mutiara Tianwu——Mutiara Tianwu ini juga dikenal sebagai Mutiara Penghindar Air. Di hadapannya, tekanan sebesar apapun dari sungai, danau, atau laut hanyalah seperti awan yang berlalu. Maka ketika aku mendekati siluman itu, tekanan air langsung lenyap seketika.
Melihat kami menyerang lagi, Minmo yang tadinya bersiap menyelam ke dasar kolam untuk mengaktifkan formasi magis langsung mengamuk. Dengan suara menggelegar ia memaki: "Anak ingusan! Berani-beraninya mengandalkan alat ritual di tubuhmu untuk mempermainkanku seperti ini! Jika hari ini aku tidak membantai kalian semua sampai habis, nama Min Hong ini akan kutulis terbalik seumur hidupku!"
Aku tak bisa menahan senyum, Minmo yang terlihat menyeramkan bagaikan iblis ini ternyata masih memiliki sedikit kelucuan dalam nada bicaranya.
Meski aku tersenyum, aku menyadari ucapan iblis ini serius. Tak berani lalai, kukeluarkan pisau kecil yang kubawa, tanpa mengerutkan alis, langsung kugoreskan ke lengan.
Pisau ini adalah pisau Tibet pemberian muridku Mo Chi saat kami meninggalkan Tibet, disembunyikannya diam-diam sebagai kenang-kenangan. Sangat tajam, biasanya hanya kupakai mengupas buah. Saat kugoreskan, luka itu langsung mengerut sebagai mekanisme pertahanan, lalu darah mulai merembes keluar.
Tak lama, seluruh area satu meter di sekitarku tertutupi darah ini.
Meski encer, darah ini efektif. Saat kuhampiri Minmo, dia menjerit kesakitan seperti terkena asam sulfat di wajah. Wujudnya yang semula kokoh mulai retak, terus mundur - pemandangannya lucu: monster ganas bak raja iblis yang lari terbirit-birit, sementara seorang yang sebenarnya tak sebanding terus mengucurkan darahnya sendiri sambil memaksa monster itu mundur terpental.
Tapi Minmo yang berstatus Bintang Iblis Ke-12 ini, meski terluka parah dan berubah wujud, tetap jauh melebihiku. Saat kukejar sekitar sepuluh detik, tiba-tiba bayangan hitam menyerbu ke hadapanku, mencakar tepat ke arah kepalaku.
Dalam kondisi bertarung, kesadaranku sangat tajam. Dengan tegas aku mundur beberapa langkah menghindar, lalu mengayunkan tangan melakukan pukulan tebasan yang tepat mengenai penyerang. Ternyata itu adalah Hantu Kecil Nao Nao.
Nao Nao saat ini jauh lebih berbeda dibanding sebelumnya. Seluruh tubuhnya dipenuhi bulu kasar seperti cacing putih yang membentuk tongkat, kepala yang luar biasa besar sama sekali tidak mirip manusia. Kejahatan yang terpancar dari kedua bola matanya membuat orang hampir kehabisan napas.
Tak ada yang tahu mengapa Hantu Kecil Nao Nao menjadi seganas ini. Saat kuraih dadanya, mulutnya langsung menganga menampakkan nafas serangga dan gigi-gigi kecil sebesar butir beras yang secara tidak wajar mencoba menggigit punggung tanganku. Bersamaan itu, dia meronta dengan kekuatan hampir meremukkan tulang tanganku.
Sejujurnya, Nao Nao sekarang sudah bukan lagi roh biasa. Sepertinya dia telah berevolusi menjadi makhluk mengerikan yang baru - mungkinkah ini hasil sihir angker dengan memanipulasi zodiak kelahiran dan Lima Unsur, melalui perencanaan matang dan pembiakan, sehingga kematian berubah menjadi evolusi?
Aku tidak tahu pasti. Hanya merasakan bahwa jika tangan ini sampai tergigit, mungkin separuh tanganku akan hilang selamanya. Dengan cepat kuganti posisi tangan, mencengkeram punggung Nao Nao dan menghindari gigitannya.
Makhluk kecil ini memiliki kekuatan yang luar biasa, satu gigitan tak berhasil, meronta-ngamuk mati-matian, bahkan ada aliran kekuatan kejahatan yin yang merembes melalui titik kontak denganku, membuat panik dan seluruh tubuhku lunglai seperti tersetrum.
Namun semakin begini, tekad pantang menyerah dalam hatiku justru semakin membara, berniat untuk mendoakan arwahnya sampai tuntas agar tak membawa malapetaka di dunia manusia, sekaligus memberi ketenangan bagi jiwaku yang sejati.
Begitu niat ini muncul, segera kugerakkan energi dahsyat dari perutku, mengubahnya menjadi tenaga yang dibutuhkan Tangan Iblis Sihir. Tangan kiri sedingin es, tangan kanan membara seperti api. Ketika keduanya kukobarkan, tubuhku yang sempat oleng diterpa Hantu Kecil Nao Nao akhirnya stabil. Kurasakan kekuatan makhluk ini mulai memudar.
Tepat saat kusiapkan diri untuk menghancurkan arwah Hantu Kecil Nao Nao hingga hancur lebur, tiba-tiba kolam berguncang. Suara Minmo yang murka menggema: "Jangan!"
Begitu ucapannya meluncur, tekanan sebesar gelombang raksasa dari kolam langsung mendesak ke arahku.
Jantungku berdebar kencang, firasat buruk menghantui. Campur tangan Nao Nao tadi memberi waktu cukup bagi Minmo untuk merusak tata letak formasi penggerak yang ditancapkan Kucing Dewasa Kulit Harimau di area ini. Kekuatan mengerikan dari segala penjuru pun menyembur liar, membuatku sama sekali tak bisa berpijak.
Sebuah kekuatan hampa dari kedalaman kolam menyuntik tubuh Hantu Kecil Nao Nao. Tiba-tiba, makhluk itu meledak dengan kekuatan mengerikan dan kelincahan yang belum pernah terlihat sebelumnya, melesat licin seperti belut yang berminyak, langsung lepas dari kendaliku. Kedua tangannya menyilang, menghantam tepat satu meter di depan tubuhku.
Kurasakan kekuatan aliran air yang menakutkan menerjang tubuhku. Meski ada buffering dari Mutiara Tianwu, tubuhku terlempar ke udara dan jatuh telentang ke belakang.
Namun ini belum berakhir. 4-5 antena licin melilit leher, pinggang, dan pahaku, mencengkeram erat lalu menyeretku ke dasar kolam.
Adapun kedua tanganku, karena ada kekuatan Tangan Iblis Sihir yang menempel, justru tidak mengalami ikatan apapun.
Antena yang menempel di tubuhku - tunas daging sebesar butir beras yang tadinya lembut itu tiba-tiba bermutasi, berubah menjadi duri tulang tajam yang menusuk tubuhku. Rasa sakitnya melonjak seketika, membuatku menjerit-jerit kesakitan.
Namun semakin sakit tubuhku, semakin jernih pikiranku. Aku sadar betul: jika hari ini Minmo lolos atau berhasil menggerakkan Formasi, kami pasti akan binasa tanpa kuburan.
Membayangkan akhir itu, kukerahkan sisa tenaga dan merogoh ke dalam pelukan, mengeluarkan Cermin Zhen.
Saat ini kami sudah tidak berada di Kolam Darah lagi, melainkan terseret melalui terowongan bawah tanahnya ke tempat yang tak diketahui.
Kecepatan saat itu terlalu dashyat. Siluman kecil itu hanya bisa menggenggam ujung bajuku agar tidak terlepas.
Saluran air sempit, lebarnya tak lebih dari 1,5 meter. Andai bukan Duoduo Si Siluman yang menjaga keseimbanganku, dengan kecepatan setinggi ini mungkin aku sudah lama pecah di tebing batu saluran air.
Situasi kritis. Dengan Cermin Zhen di tangan, meski tak tahu apakah Minmo akan kena, terpaksa kuteriakkan: "Wu Liang Tian Zun!"
Begitu kata-kata meluncur, sinar biru menyambar. Minmo yang sedang berenang cepat di depan tiba-tiba terhenti. Aku yang terbawa momentum langsung memeluk erat tubuh kurusnya. Tak peduli darah dan daging busuk di sekujur tubuhnya, dengan kepala memanas kugigit lehernya.
Saat itu otakku setelah kecepatan tinggi agak tumpul, sama sekali tak terpikir jurus apa pun. Yang ada hanya niat membunuh makhluk ini.
Tapi saat rasa kenyal seperti urat sapi kering terasa di otak, baru kusadari yang kupeluk ini monster sejati. Dialah yang lebih mungkin menggigitku! Saat kucoba gunakan Tangan Iblis Sihir untuk menghancurkan sifat iblis pada tubuh Minmo, ia tersenyum kecut. Cermin Zhen direbutnya, lalu leherku dicengkeram sambil menyeringai: "Anak ini, sudah sampai sini, mau kurasakan hidup lebih sengsara dari mati?"
Tangannya mengibas ke kiri, muncul ruang kosong kabur. Badanku didorongnya ke depan. Kesadaranku langsung hilang sesaat.
Tidak tahu berapa lama, ketika aku bangun kembali, merasakan sakit tajam di anggota tubuh seolah ditusuk sesuatu, sementara seluruh tubuhku terpaku di tempat yang melayang, bergoyang tak henti.
