Baru saja lolos dari kepungan serigala liar raksasa dengan mengorbankan nyawa dan tenaga, napas pun belum sempat teratur, kini malah bertemu anggota Sekte Iblis. Dengan cacing gemuk dalam tubuhku yang belum siuman, aku dalam hati mengeluh sambil merasakan jantung berdebar kencang.
Meski panik, wajahku tetap tenang. Setelah kuperhatikan baik-baik, napasku pun lega.
Rupanya di tepi mata air kolam dingin ini hanya ada satu pria bertubuh pendek berbaju hitam. Utusan Kanan Sekte Iblis Luo Feiyu dan Zhou Lin dari Dua Belas Bintang Iblis yang kutakuti tidak terlihat.
Sementara aku gugup, pria pendek Sekte Iblis itu juga kaget melihat serigala raksasa muncul dari hutan gelap dengan dua penunggang di punggungnya. Tubuhnya mundur dua langkah cepat, lalu mengambil posisi sambil mengacungkan bendera ritual penuh talisman. Pola di bendera itu menggambarkan siksaan di Neraka Pohon Besi - pohon-pohon berpisau dengan hantu bergelantungan menjerit-jerit. Kabut hitam dari bendera menyelimutinya, membuat penampilannya semakin mengerikan.
Serigala raksasa yang kami tunggangi menerjang ke tepian mata air Han Tan, tiba-tiba menghentikan gerakannya, tenggorokannya mengeluarkan jeritan mengerikan yang tak terbendung.
Berhenti mendadak ini membuat tubuhku terlempar ke depan, untungnya Luo Xiaobei yang berpengalaman segera merebahkan diri ke belakang, menetralisir gaya dorong tersebut.
Aku yang terhimpit di belakang Luo Xiaobei sama sekali tak terlihat. Si pria pendek melihat penampilan Luo Xiaobei lalu tersenyum kecut: "Kelelawar Hitam ternyata masih hijau, sampai bisa meloloskan orang. Biar Laozi yang urus! Dasar anak-anak kemarin sore, senior-senior kalian punya arwah belum jauh perginya. Turunlah, biar Kakek Mao Yijiu temani kalian bermain, lalu antarkan kalian menyusul!"
Pria bermarga Mao ini melihat pakaian khas Luo Xiaobei langsung tahu itu murid Lao Shan yang lolos jaring, lalu merasa aman. Ia tertawa canggung ke arah kami.
Melihat sikap gegabahnya, kusimpulkan pria ini pastilah jagoan terkenal di wilayah Ludong. Mao Yijiu? Aku menyembunyikan kegelisahan sambil mengingat-ingat - setelah kami tiba di Ludong, Master Shixiong pernah menyuruh Dong Zhongming mengirimkan daftar nama yang perlu diwaspadai. Nama ini tercantum di sana.
Mao Yijiu adalah ahli Jalan Hantu dari Sekte Iblis cabang Honglu di Binhai. Berasal dari keluarga nelayan laut, kemampuannya diwarisi dari seorang pertapa laut. Metodenya kejam, otaknya cerdik, dan sikapnya rendah profil. Data tentangnya sangat minim, namun dalam serangan mendadak Xiao Foye ke Bai Chengzi tahun lalu, ada bayangannya terlibat.
Saat itu pihak berwenang mengerahkan pasukan besar. Dalam operasi penyelidikan berikutnya, mereka menghantam keras kekuatan Sekte Iblis di timur laut. Master Shixiong dan Zhao Chengfeng "Penjaga Dua Kota" menjadi bintang dalam peristiwa ini, terus mencetak prestasi gemilang sehingga mendapat posisi penting di perbatasan dalam restrukturisasi besar berikutnya.
Fakta bahwa dia bisa bertahan hidup dalam pembersihan gila-gilaan Badan Pusat, dan sekarang masih bisa bersantai-santai, sudah cukup membuktikan betapa hebatnya orang ini.
Luo Xiaobei yang duduk di atas serigala raksasa itu melihat pria bertubuh besar namun pendek ini. Matanya menyemburkan api, giginya gemeretak: "Apakah kau salah satu yang membunuh shixiongku tadi?!"
Mao Yijiu mengibaskan bendera ritualnya, tersenyum kecut: "Si pembunuh shixiongmu sudah kabur ke dalam gua. Gerakannya terlalu cepat dan licik, aku tak sempat mencegatnya. Tapi..." Senyumnya melebar, "Untuk membunuh dua tikus sialan yang lolos seperti kalian, tak ada yang akan merebutkan dariku!"
"Hahaha! Kukira jaga pintu tak akan memberiku keuntungan. Ternyata ada dua anak bawahan merah muda menungguku! Benarlah kata pepatah, langit tak mengkhianati orang bertekad! Ayo, adik kecil, paman Mao akan 'menyayangi' kalian baik-baik!"
Makhlak ini mengeluarkan lidah merah darahnya yang bercabang seperti lidah ular, mampu menyentuh hidungnya sendiri. Penampilannya yang mengerikan ini selaras dengan sorot mata haus darahnya yang penuh keganasan, membuat bulu kuduk merinding.
Begitu ucapannya selesai, bendera hitam di tangannya dikibarkan ke arah kami. Kabut hitam seketika memenuhi udara, mengubah tepi kolam dingin menjadi neraka yang menyeramkan. Rintihan hantu dan bau anyir ikan laut memenuhi udara. Situasi seperti ini pasti akan membuat pemula takut sampai mengompol, bahkan tak bisa melawan. Tapi Luo Xiaobei yang dipenuhi kebencian justru menjepit kedua kakinya, membuat serigala raksasa itu melesat seperti panah sambil mengacungkan pedang hijau dengan gaya serangan kavaleri.
Sebagai pemelihara Gu, pantatku sudah sakit akibat guncangan. Begitu tiba di lokasi, aku segera melompat turun dari punggung serigala dan menyelinap pergi.
Duoduo terbang di atas kami, mengacungkan kedua tangannya. Asap dan hantu yang menyerbu kami tiba-tiba mandek di tempat.
Dengan kebencian dan momentum serigala raksasanya, Luo Xiaobei menghujamkan pedang ke arah Mao Yijiu dengan kekuatan yang menggentarkan.
Meski pria bertubuh pendek itu MAHIR dunia persilatan, ia tak berani menerjang momentum serangan itu. Badannya menyamping menghindar, umbul-umbul ritual hitam legam itu langsung menghujam ke arah Luo Xiaobei yang berada di atas serigala.
Luo Xiaobei yang memiliki Cincin Kendali Hewan Lingbao pemberian gurunya, sudah biasa menunggang berbagai hewan. Dengan lincah ia memiringkan badan menghindar, Pedang Qingfeng langsung menusuk dari sudut yang presisi. Waktunya hanya sekejap mata, darah segar sudah mengucur dari luka menganga di lengan kanan Mao Yijiu.
Walau Mao Yijiu yang berpengalaman itu sempat menghindar ke samping, momentum serangan tetap melukainya parah. Darah menggenangi lengan bajunya yang hitam hingga basah kuyup.
"Aaaarrgghh!" teriak pria itu sambil terguling dua setengah putaran. Ia melompat bangun dengan mata penuh kebencian: "Sial! Kau gadis kecil ini benar-benar orang sakti! Ilmu pedangmu luar biasa! Paman Mao sudah lama tidak terluka, ternyata kehilangan perawan di tanganmu! Baik, baik, baik! Sekarang kalian akan melihat kehebatanku! Nanti setelah kumeramu jadi roh bendera di umbul-umbul ini, jangan mengeluh lagi!"
Darah mengalir deras dari lengan kanannya, tapi ia tak peduli. Dengan melemparkan bendera ritual ke langit, mulutnya mulai melantunkan mantra tak dikenal.
Luo Xiaobei melihat aura yang begitu kuat darinya di bawah umbul-umbul ritual, sejenak terkesima oleh momentum dahsyat yang seolah membentuk gelombang raksasa. Mengetahui makhluk ini akan menjadi sangat berbahaya jika ritualnya berhasil, dia panik dan berteriak ke arah tanah lapang: "Kakak di sana, cepat tolong! Jika ritualnya berhasil, kita semua celaka!" Aku paham betul bahayanya situasi ini. Dengan kewarasan yang kustabilkan diam-diam, aku langsung menerjang Mao Yijiu.
Tiba-tiba Mao Yijiu berteriak keras: "Haha, terlambat! Kalian semua akan mati, semuanya! Aaa..."
Sebelum sempat melanjutkan ancamannya, aku sudah sampai di depannya dan menghujani serangan tanpa ampun – Saat ini Mao Yijiu tampaknya telah menyatukan roh bendera ritual ke dalam tubuhnya. Seluruh tubuhnya dikelilingi asap mengepul, kulitnya berubah menjadi hijau kehitaman dengan bulu-bulu kasar sekeras jarum baja yang tumbuh di permukaannya. Posturnya juga membesar meski tetap pendek, memancarkan aura mengerikan layaknya tank perang.
Dalam kondisi seperti ini, aku bertarung frontal dengan Mao Yijiu. Namun yang mengejutkannya – setelah dua kali benturan keras, tubuh Mao Yijiu yang awalnya penuh percaya diri justru mulai gemetar. Meski masih unggul, kehancuran total yang dia duga tak kunjung terjadi.
Situasi ini membuat kewarasannya mulai goyah. Semangatnya mulai pudar, ekspresinya tak lagi tenang.
Setelah beberapa kali bertarung dengan Mao Yijiu, kedua tanganku terasa kaku dan kesemutan. Aku berpikir jika energi di perutku tidak meledak, pasti takkan bisa membunuh makhluk ini. Mula-mula aku mundur dua langkah, lalu dengan cepat membacakan Sembilan Mantra Suci, akhirnya memilih satu karakter. Tanganku membentuk "Mudra Roda Vajra Agung", dengan geram kuteriakkan: "Biao!"
Mudra itu melesat tepat ke telapak tangan Mao Yijiu. Pria mirip Manusia Kerdil ini memiliki kuku tajam di tangannya yang semula hendak dicabut untuk menerkam. Tapi kekuatan pukulanku melampaui dugaan-nya, membuat seluruh tubuhnya terlempar ke belakang.
Tiba-tiba dari belakang muncul bayangan hitam yang menyergap cepat. Terbang di udara dengan tubuh lunglai dan sumsum tulang bergetar, Mao Yijiu - veteran Sekte Iblis yang berpengalaman - langsung menyadari situasi gawat. Ia menggigit lidahnya keras-keras untuk memulihkan tenaga, lalu memutar tubuh dan terjun ke kolam.
Namun langkahnya terlambat. Luo Xiaobei yang mengendarai serigala mengayunkan pedang panjangnya dengan keras. Percikan darah segera muncrat.
Dalam kepanikan aku tak sempat melihat jelas. Saat kumaju selangkah, ternyata itu adalah sepotong lengan yang terputus.
Luo Xiaobei berhasil mencabut lengan ahli ternama itu.
Tubuh Mao Yijiu jatuh ke kolam dingin. Di bawah sorotan bulan purnama, permukaan air kolam mulai mengalirkan darah deras yang menodai mata air. Di tanah, lengan terputus itu masih berkedut dengan kabut hitam mengelilinginya.
Aku menstabilkan postur tubuh, mengambil napas dalam-dalam, lalu menerjang ke tepi pantai. Di bawah kolam yang gelap gulita, tak terlihat apa-apa.
Luo Xiaobei melompat dari serigala raksasa, berteriak ke arahku: "Sudah mati dia?"
Aku menggelengkan kepala, hendak mengamati lebih dekat. Tiba-tiba seluruh permukaan kolam dingin mulai mengeluarkan gelembung gluk-gluk seperti air mendidih. Keadaan ini bertahan selama tiga detik, lalu terdengar ledakan "Boom!" dahsyat. Percikan air menyembur setinggi lebih dari tiga meter, diikuti suara mengaum yang menggema di telingaku: "Matilah! Mati semua! Lenganku...!"
Bayangan hitam menyambar ke arah kami dengan kecepatan mengerikan. Sudah kusiapkan Cermin Zhen dari pelukan. Dengan mengucap "Wu Liang Tian Zun", sinar biru berpendar. Mao Yijiu yang dipenuhi energi mengerikan dari bendera tak bernama itu langsung terpaku. Kuayunkan langkah maju, telapak tanganku menghantam ubun-ubunnya. Krak! Tengkoraknya remuk. Mao Yijiu terjatuh ke tanah.
Ia berlutut, masih tersisa nyawa. Dengan sinar bulan ia menatapku, berdesah: "Jiao takkan pisah dari Meng, Meng takkan pisah dari Jiao.
Xiao Keming muncul, pasti Lu Zuo juga ada. Rupanya aku terlalu gegabah..." Kalimat terakhir terputus. Tubuhnya merosot ke kanan.
Kutatap arah yang ditunjukkannya. Di sana tumbuh pohon persik tua.
Di bawah pohon persik itu, tersembul mulut gua yang gelap gulita.
