Berjalan hingga ujung jalan, yang muncul di hadapan kami adalah mulut air terjun dengan jurang tak berdasar di tengahnya. Air terjun seputih kain sutra mengalir keluar dari sungai bawah tanah di kedua sisi, lalu menghempas ke bawah menuju jurang hitam legam tak berdasar. Diameter mulut gua yang gelap itu mencapai belasan meter, dengan banyak batu mencuat di bawahnya yang membuat air terjun tersebut memercik ke segala arah saat menghantam, kabut pun mengepul.
Kabut yang mengepul ini menopang sebongkah batu semi lingkaran berdiameter sekitar delapan meter, membuatnya melayang stabil di udara.
Mungkinkah embun yang muncrat ini mampu mengangkat platform batuan seberat beberapa ton hingga belasan ton?
Secara fisika, pertanyaan ini pada dasarnya adalah paradoks semu, karena sulit membayangkan ada kekuatan stabil dan kontinu sebesar itu. Namun ketika kami melihat tak terhitung talisman misterius yang diukir di batuan tersebut, yang secara samar beresonansi dengan medan Qi di sekelilingnya, serta memanfaatkan embun yang muncrat ini untuk mengakumulasi energi dan mentransmisikannya secara teratur ke tempat-tempat tak terlihat, kami pun paham bahwa segala hal menjadi mungkin.
Angin di tepi Jurang Lubang Hitam bertiup kencang dari bawah ke atas, menderu-deru menerbangkan rambutku berantakan.
Dengan hati-hati aku berdiri di tepi jurang yang licin ini. Angin tak hanya menerbangkan rambutku tinggi-tinggi, bahkan seluruh tubuhku serasa ringan seolah ingin terbang.
Memejamkan mata memperhatikan ke bawah sejenak, aku menoleh ke belakang dan melihat Luo Xiaobei sedang menatap tak berkedip ke arah platform batuan yang melayang di udara di tengah. Matanya yang besar dipenuhi kegembiraan, bibirnya gemetar seolah mengucapkan sesuatu yang tak terdengar.
Setelah menatap lubang hitam di dasar jurang, jantungku berdebar kencang diliputi ketakutan akan terjatuh. Aku memutar badan dan menggenggam bahu Luo Xiaobei: "Apakah mata formasi dari 'Formasi Pembunuhan Halusinasi Dongyi' ini berada tepat di sini?"
Luo Xiaobei bergumam sendiri, "Keajaiban... keajaiban..." Setelah mengagumi cukup lama, barulah dia menjawab: "Ya, benar di sini..." Ucapannya kacau-balau. Melihat alisku mengerut, dia menjelaskan: "Formasi sempurna! - Memanfaatkan aliran air yang konstan untuk menggerakkan formasi besar, menyelesaikan masalah pasokan energi melalui talisman Dongyi yang menyambungkan labirin seperti jembatan - seluruh tempat ini hidup! Hebat! Pasti masih ada level lain di bawah ini, mungkin lebih banyak lagi. Menarik bukan?"
Aku menopang dagu sambil berpikir: "Yang kuinginkan hanya tahu dimana Xiao Keming sekarang. Cepat temukan dia!"
Meski bicaraku kasar, Luo Xiaobei tak tersinggung. Dia menunjuk platform batuan melayang dengan dagu terangkat: "Naik ke sana. Hanya di pusat kendali itu kita bisa memahami detail seluruh formasi. Disini, mana mungkin ku jelaskan?"
Setelah mendapat jawaban Luo Xiaobei, aku mulai mengamati "pulau terapung" yang menggantung di udara—sebuah batu besar yang bentuknya mirip Menara Karin, tempat suci tempat tinggal Dewa Karin dalam serial Dragon Ball, seperti mangkuk yang diletakkan terbalik.
Karena posisinya lebih tinggi dari pandangan kami, pemandangan di atasnya tidak bisa kulihat jelas. Tampak ada banyak batu yang menyerupai nisan, seluruh permukaan batu itu dipenuhi talisman rapat-rapat, seperti binatang yang telah dikikis habis oleh semut.
Jaraknya 4-5 meter dari tanah, dan sekitar enam meter dari tebing tempat kami berdiri.
Teman-teman yang pernah belajar geometri mungkin bisa membayangkan: panjang sisi miring lebih jauh. Seandainya aku berlari dan melompat ke sana, kemungkinan sembilan puluh persen akan gagal mencapainya, lalu terjatuh ke jurang dengan nasib hidup-mati yang tak jelas.
Aku teringat ilusi pertama yang kualami dalam formasi ini—penderitaan dan rasa kehilangan saat terjatuh tanpa henti di udara—bulu kudukku meremang ketakutan.
Haruskah aku melompat?
Sambil menengadah merenung, aku menyuruh Duoduo untuk terbang ke atas.
Gadis kecil itu patuh. Begitu kuperintahkan, dia langsung melesat menuju pulau terapung di atas kepala kami.
Tapi Duoduo belum terbang jauh ketika angin kencang tak kasat mata menyapu, mendorongnya ke samping.
Melihat ini, Luo Xiaobei berteriak menghentikan Duoduo: "Di pulau pusat ini ada formasi mantra talisman. Arwah seperti Duoduo pasti tidak bisa mendekat..."
Bisakah siluman kecil itu? Aku menatap siluman kecil itu, si siluman rubah ini sama sekali tidak mencoba, langsung menggelengkan kepalanya: "Tidak bisa, di atas sana ada kekuatan samar yang menolak dari luar, tanpa perlu berpikir pun aku bisa memperkirakan—hanya dengan mendekat, akan ada bahaya tewas. Kecuali tubuh fisik manusia sepertimu, selain itu mungkin akan terganggu dan dibatasi oleh formasi itu."
Kalau begitu, benarkah kita hanya bisa menerjang dan melompat ke atas?
Aku menarik kembali pandanganku, di samping Luo Xiaobei memegang Kompas Emas, matanya terpaku pada jarum penunjuk di kolam langit, tidak sempat memperhatikan hal lain, sementara suaranya perlahan terdengar: "Jika kamu bisa naik ke atas, tekan prasasti ketiga di sebelah kiri, kamu akan menemukan pemandangan di pintu rahasia, dalam chaos mungkin akan terbuka terowongan penghubung, untuk pergi atau kembali, dari sana kamu bisa melihat semua informasi di pintu-pintu rahasia..."
Dia berbicara dengan yakin, seolah sangat memahami tempat seperti ini, seakan-akan formasi besar ini adalah tata letak buatannya. Aku juga tidak bisa melihat pola apa pun, mundur dua langkah, mengukur-ukur area ini sambil diam-diam merasa mungkin aku bisa memanjat ke pulau terapung itu.
Setelah lama mensimulasikan di pikiran dan mengambil napas teratur selama belasan menit, aku teringat tali nilon pendakian yang kami beli di toko alat outdoor sebelum masuk gunung. Barang ini sekarang akhirnya bisa berguna.
Saat itu aku tak lagi ragu, mengeluarkan tali dari tas, melilitkan pedang tentara markasku pada kait logam di ujung tali. Setelah mengayunkan dan mencoba teksturnya, aku memutar tali seperti kincir angin besar lalu melemparkannya ke pulau terapung.
Kreek— Pisau belati dengan lancar tersangkut di celah batu. Setelah kukencangkan dan yakin kokoh, aku mengikat ujung tali ini di pinggang. Setelah mencoba beberapa saat, aku mundur beberapa langkah lalu tiba-tiba berlari kencang, tubuhku terangkat ke udara.
Tubuhku melesat menuju pusat pulau terapung. Saat hampir mencapai tepian, sorotan cahaya dari atas menyambar tubuhku.
Sama sekali tak sempat menghindar, hanya bisa memejamkan mata dan menahan paksa.
Tapi cahaya ini ternyata tak memiliki daya penghancur. Setelah meresap ke tubuhku, efeknya pun lenyap.
Dengan daya dorong yang besar, aku terbang mencapai tepi pulau terapung yang melayang. Tangan tepat mencengkeram tepian pulau.
Pulau ini jauh lebih stabil dari perkiraanku. Genggaman tanganku tak membuatnya goyah sedikit pun, seolah material padat. Hampir tanpa tenaga, aku cepat dan merangkak naik ke pulau udara berdiameter delapan meter ini.
Dari bawah tadi hanya bisa menatap kosong, kini terlihat jelas: Ini adalah platform raksasa dengan prasasti-prasasti menjulang. Yang tengah tertinggi mencapai empat meter lebih, sementara yang paling pendek di pinggir hanya sekitar dua puluh sentimeter lebih.
Aku teringat instruksi Luo Xiaobei, melihat ke sebelah kiri. Batu prasasti ketiga dari depan adalah monumen setinggi orang yang diukir dengan talisman bunga yang rapat dan rumit, lebih kompleks dari sekitarnya.
Aku mendekat untuk memeriksa, tapi tidak menemukan area yang bisa ditekan. Akhirnya aku menuju tepi dan meminta bantuan Luo Xiaobei di bawah kaki.
Dia mengerutkan alis menyuruhku mendeskripsikan batu itu. Dengan bahasa singkat kujelaskan, sementara dia terus menerka sambil berkomunikasi. Setelah beberapa menit, dia mengangguk dan menyuruhku memeriksa bagian dasar batu - apakah ada makhluk suci berbentuk Pixiu.
Kukiyakan ada. Dia menyuruhku menekan mata yang menonjol pada patung itu untuk membuka terowongan.
Memandangi mata aneh Pixiu itu, aku menjilat bibir. Entah mengapa ada perasaan tidak beres, tapi tak tahu pasti sumbernya.
Kuatur napas, berusaha menahan kepanikan ini. Dengan gigih kugigit gigi, mengangkat tangan tinggi-tinggi lalu menamparnya dengan kuat.
Pukulan ini menekan ke bawah, krak, bola mata yang menonjol menjadi cekung. Aku langsung merasakan pulau terapung yang kupergoki ini mulai bergetar samar. Awalnya kukira sistem kendali pusat memang telah aktif, membuka terowongan. Namun saat mencium angin anyir busuk mengepul dari bawah, aku sadar ada yang tidak beres. Berlari ke tepi pulau terapung dan melongok ke bawah, kulihat Luo Xiaobei yang terikat di pinggang tiba-tiba menggeliat-geliat, melepaskan diri dari kendali siluman kecil, lalu melompat ke mulut gua jurang, menghilang dalam kegelapan.
Sial, terjebak lagi!
Dahi ini langsung mengernyit. Luo Xiaobei benar-benar aktor berbakat. Dia memanfaatkan sifat baikku dan keenggananku untuk berkonflik, berpura-pura lemah sepanjang perjalanan sambil mengarahkan kami ke pusat formasi besar. Kemudian membiarkanku salah memicu perangkap, dan di saat-saat terakhir ketika semua perhatian tertuju padaku, dia berhasil kabur dari pengawasan Duoduo dan menghilang dalam kegelapan.
Sebelum sempat memikirkan hal ini lebih jauh, batuan di bawah kakiku tiba-tiba bergetar, seolah ada makhluk mengerikan sedang mendekat. Kulihat ke arah Duoduo dan siluman kecil di tepi jurang. Mereka baru saja lepas dari keterkejutan kaburnya Luo Xiaobei. Melihatku, wajah mereka langsung dipenuhi ketakutan, berteriak: "Kakak Lu Zuo, hati-hati di belakang!"
Pada detik itu, jantungku tiba-tiba menyusut tajam. Tanpa sempat berpikir panjang, tubuhku berguling ke samping. Tempatku berdiri sebelumnya dihantam benda berat dengan suara gemuruh.
Aku berguling ke samping lalu bangun terbalik. Terlihat seekor binatang raksasa berbalut asap hitam dan api. Ukurannya sebesar Harimau Darah Si Berbulu, berpenampilan aneh yang mirip patung Pixiu batu yang kusentuh tadi.
Makhluk ini memancarkan panas menyengat bagai matahari. Sama sekali tak kuberani melawan, langsung kulompat ke tepi pulau terapung. Tapi saat itu juga, punggungku ditampar cakar kasar hingga darah muncrat dari tenggorokan. Tubuhku terjatuh ke jurang.
"Kakak Lu Zuo..."
