Tertimpa serangan roh binatang penjaga yang mengerikan itu, aku gagal melompat ke tebing seberang. Malah terjatuh bebas ke jurang hitam kelam.
Apakah keadaan jatuh bebas tanpa akhir itu terulang lagi?
Dengan panik kugerakkan tangan mencoba meraih sesuatu, tapi tak tertangkap. Tiba-tiba tubuhku melesat jatuh. Saat itu, pinggangku tiba-tiba ditarik kuat oleh sesuatu, menghentikan jatuhku. Bahkan tubuhku sempat terpental naik beberapa sentimeter.
Adalah tali pengaman, tali pengaman yang kupasang saat memanjat pulau terapung tadi berfungsi. Saat ini tali nilon itu tegang lurus, menggantungkanku di sisi pulau. Ujung tali yang lain perlahan bergeser, jelas pisau tentara palsu di ujungnya tidak tertancap kuat, atau bahannya memang tak mampu menahan berat badanku yang 130 kati lebih, nyaris putus, benar-benar nyawa di ujung tanduk.
Namun tali yang setiap saat bisa putus dan pisau tentara palsu itu bukan masalah terpenting sekarang. Ketika kumandangkan kepala, roh penjaga formasi sebesar kerbau itu ternyata menginjak awan hitam, mengeluarkan asap tebal, terbang menyerangku dari udara.
Formasi besar yang telah ada selama tak terhitung tahun ini melahirkan roh penjaga yang sangat mengerikan. Ia bisa mendapatkan pasokan kekuatan tak terputus dari operasi formasi. Bertarung dengannya sama seperti melawan formasi itu sendiri.
Benda semacam ini, seandainya di darat pun aku hanya akan kabur seperti tikus ketakutan, apalagi dalam kondisi nyawa di ujung tanduk seperti sekarang?
Tali pengaman yang setiap saat bisa putus itu membuatku tak berani bergerak sembarangan. Menahan sesak di dada, kukeluarkan Cermin Zhen, berkomunikasi dengan roh cermin, teriakkan "Wu Liang Tian Zun", sinar biru menyorot tepat mengenai roh penjaga kota yang menerjang ini.
Aura gelombang raksasanya langsung meredup, namun tubuh besarnya yang nyaris fisik itu terus meluncur ke arahku mengikuti inersia.
Seandainya tertabrak senjata berat ini, tali pengamanku pasti akan patah - apakah ini akhir hayatku?
Kuhela napas, tiba-tiba bayangan putih melesat dari tebing seberang dan mendorongku mundur satu posisi. Tubuh besar roh binatang penjaga formasi itu nyaris menggesek ujung hidungku. Kulihat, ternyata itu siluman kecil.
Ia mengatupkan gigi, menahan tiupan angin formasi yang berputar-putar di bawah, menggunakan momentum ayunan untuk mendorongku ke tepi tebing.
Tubuhku berayun di udara, tiba-tiba sampai di area ancang-ancang tadi. Duoduo yang berada di sisi ini langsung menyambutku.
Siluman kecil menyusul dari belakang, tangan putihnya melambai - tali pengaman yang kokoh itu langsung putus. Kupeluk Duoduo sambil berguling dua kali di tanah, kaki menapak bumi terasa sangat menyenangkan. Kubalikkan badan, melihat roh binatang penjaga formasi itu sudah muncul kembali dari jurang, mendongak mengaum ke langit sebelum menerjang kami sambil menginjak asap hitam.
Binatang sialan ini bisa berjalan di udara dengan bebas, kecepatannya tinggi, aura-nya kuat, memancarkan suhu panas menyengat. Tak ada niatku untuk bertarung, langsung kubalikkan badan dan kabur lewat jalur tadi. Dalam hati, kebencianku pada siluman licik Sekte Iblis bernama Luo Xiaobei sudah membuat gigiku gemeretuk.
Namun roh binatang penjaga formasi itu benar-benar mengerikan. Begitu muncul, langsung memancarkan aura haus darah. Mengejar kami dari belakang dengan kecepatan tinggi. Makhluk ini memiliki panjang tubuh tiga hingga empat meter, langkahnya lebar, dan hampir menyusul kami. Aroma anyir panasnya sudah menyembur ke belakang kepala kami.
Persis ketika cakar yang terjulur itu hendak menyentuh tubuhku, Duoduo berteriak keras ke arahku: "Kiri, belok kiri..."
Gadis kecil yang biasanya pasti tidak pandai navigasi ini, hari ini justru membuat orang terkesan. Kulihat celah batu yang tiba-tiba muncul di sebelah kiri, lubang gelap gulita ini hanya cukup untuk satu orang lewat, sementara roh binatang penjaga formasi yang besar itu jelas tak bisa menyusup masuk.
Memikirkan ini, hatiku tiba-tiba dilanda kegembiraan yang tak terbendung. Tanpa pikir panjang, kuterjang tubuhku melewatinya, menyelam masuk ke celah batu itu bagai anak panah yang melesat.
Benar-benar beresiko, baru saja aku menerjang masuk ke celah batu seperti angin puyuh, langsung terdengar suara benturan keras di belakang, "Boom...", udara di seluruh angkasa bergetar. Batu di belakangku pecah berhamburan ke arahku, kerikil-kerikil kecil memukul punggungku berderai-derai. Aku menggelinding di tanah, suara benturan raksasa itu bukannya berhenti malah semakin keras.
Aku bahkan belum sempat bangkit, melihat ke arah sana, roh penjaga formasi yang mirip Pixiu itu mengeluarkan teriakan aneh "Hou wa, hou wa", terus-menerus menghantamkan kepalanya ke celah batu sempit. Cakar raksasanya meraih sekuat tenaga ke arahku.
Makhluk ini sangat perkasa. Melihat uap putih yang keluar dari hidungnya, kuku hitam mengkilap di cakarnya, serta aura keseluruhannya, sama sekali tidak terlihat seperti entitas spiritual. Seolah benar-benar benda fisik.
Celah batu tempatku berlindung ini sebelumnya tidak terlihat, sepertinya baru muncul. Strukturnya tidak terlalu stabil. Dengan hantaman gila roh penjaga formasi, celah batu itu mulai goyah. Batu-batu terus berjatuhan dari atas.
Tempat ini tidak aman untuk berlama-lama. Kulempar pandang ke Duoduo dan Xiaoyao di sampingku, memastikan mereka aman sebelum berlari ke bagian terdalam celah batu.
Berlari hampir dua puluh meter, raungan dahsyat roh penjaga formasi masih bergema di belakang, memenuhi langit dan bumi. Tapi sekarang tidak terlalu menakutkan lagi.
Baru sekarang, setelah lolos dari maut, detak jantungku mulai mereda sedikit.
Melihat sekeliling, kusadari lorong sempit ini membentang lurus ke atas, seolah terkoyak oleh pergeseran lempeng bumi. Dinding batu di kedua sisinya mengandung kuarsa, memancarkan kilau samar dalam kegelapan. Entah dari mana sumber cahaya itu berasal.
Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Luo Xiaobei bilang dengan memutar saklar, akan muncul sebuah terowongan yang mengarah ke pintu rahasia tempat Si Berbulu dan yang lain pergi - Mungkinkah bagian pertama ucapannya bukan omong kosong?
Luo Xiaobei yang terlihat manis di luar tapi licik di dalam ini bicara antara fakta dan fiksi, membuat orang sulit membedakan. Tapi justru karena itu, hatiku mulai berharap, siapa tahu jika aku terus maju ke depan, mungkin bisa bertemu Si Berbulu?
Begitu pikiranku melayang, langkahku spontan dipercepat. Jalan berkelak-kelok, kadang lebar kadang sempit, tapi arahnya terus menanjak. Setelah seperempat jam, cahaya tiba-tiba muncul di depan. Angin segar menggelitik lubang hidung, membuatku yang terlalu lama di gua batu yang pengap ini merasa segar. Tanpa sadar kupercepat langkah, berlari cepat menanjak, dan tiba-tiba muncul di dasar lubang tanah. Mengangkat kepala, kulihat langit suram membentang.
Cakrawala mulai terang, bulan sabit itu tepat menggantung di tepi gunung. Bumi perlahan mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan kembali.
Astaga, apa aku benar-benar berhasil kabur dari gua batu itu?
Inikah jalan yang ditunjuk gadis bernama Luo Xiaobei itu? Jika benar, dia benar-benar ahli formasi tingkat tinggi!
Lubang tanah ini tingginya dua meter dari permukaan. Kuraba tepiannya dan memanjat keluar. Ternyata aku masih di hutan bunga persik yang sama. Di bawah rimbun kelopak bunga, pemandangan bunga persik yang megah memenuhi pandangan. Kulihat ke kejauhan, pepohonan persik bercabang-cabang memenuhi lereng gunung. Angin sepoi-sepoi menyapu wajah, sangat nyaman, membuatku merasa tenang luar biasa.
Setelah mengelilingi area, tiba-tiba dari depan kiri sekitar belasan meter, aku melihat pemandangan yang sulit kubayangkan: sepasang pria dan wanita sedang berpelukan di bawah pohon persik. Dari sudut pandangku, mulut mereka saling terkunci, tangan-tangan mereka menyusup ke dalam pakaian lawannya, saling memijat dengan gairah...
Adegan panas ini membuatku terpana. Beberapa detik kemudian baru kusadari identitas pasangan ini - Astaga, prianya ternyata Si Berbulu, sementara wanitanya tak lain adalah Utusan Kanan Sekte Iblis yang cantik, Luo Feiyu.
Apa... apa yang terjadi? Otakku kacau balau, seperti kekurangan oksigen, kehilangan kemampuan berpikir.
Entah berapa lama, saat kesadaranku pulih, seketika teringat Dewa Musang yang kami tangkap di Nanjing. Jangan-jangan Guo Yizhi menggunakan kelenjar bau di anusnya untuk membuat ramuan perangsang kelas atas, lalu memberikannya pada Si Berbulu saat inspeksi ke kantor konsultan?
Selain penjelasan ini, sulit kumengapaikan alasan lain yang bisa membuat dua musuh bebuyutan tiba-tiba mesra seperti ini... Jika terus begini, mungkin harus kusarankan Xiao Yao dan Duoduo masuk ke papan kayu pagoda dulu, sebelum mereka mendapat 'pelajaran' dini.
Saat pakaian kedua orang itu semakin berkurang, suasana pun semakin menggoda. Meski tak berniat mengganggu, ketika aku sepenuhnya merangkak keluar, Luo Feiyu yang mendengar suara itu akhirnya menemukanku.
"Siapa itu?" Sebutir kerikil melesat ke arah mataku. Luo Feiyu melepaskan diri dari pelukan Si Berbulu, cahaya putih berkilat, tubuhnya langsung menghilang di balik pohon persik.
Kerikil itu datang dengan kecepatan tinggi dari jarak jauh. Aku kaget setengah mati, teringat status gadis cantik ini, segera terjatuh ke tanah menghindari kerikil yang beterbangan.
Si Berbulu buru-buru mengenakan pakaiannya. Melihat keadaanku yang berantakan, dia berteriak: "Feiyu, jangan panik! Ini temanku!" Luo Feiyu yang sudah rapi berbalut pakaian, tangan kiri menutupi dadanya, tangan kanan menggenggam tiga kerikil siap melempar. Mendengar penjelasannya, alisnya berkerut: "Lu Zuo?"
Ucapan ini mengurangi permusuhannya. Dengan gesit dia kembali ke balik pohon persik merapikan pakaian.
Aku sama sekali tak paham situasi, penuh keraguan. Melihat Si Berbulu mendekat dengan jubah longgarnya, aku bangun sambil tertawa melihat penampilannya: "Bagus kau, Lao Xiao! Aku di dalam berjuang mati-matian, mengira kau ditahan sampai hidup-mati tak jelas. Ternyata malah dapat 'berkah' begini. Jadi akulah yang mengganggu kesenanganmu?"
## Si Berbulu baru saja merapikan pakaiannya, menatapku sambil tertawa canggung dan berkata: "Lu Zuo, bagaimana kau bisa sampai di sini?"
Aku memandangi saudara lama ini yang wajah dan lehernya penuh bekas ciuman membara, kepala terasa berkunang-kunang, tapi tetap kukatakan: "Aku baru bertemu adik Dharmapala Kanan Sekte Iblis, berkat bimbingannya aku bisa kabur dari formasi pembunuhan halusinasi itu. Jangan basa-basi, kau... ada apa ini sebenarnya?"
