Bakpao sejak kecil memang anak yang nakal. Sebagai murid Penatua Pengajar, dia jarang diatur dalam keseharian sehingga suka berkeliaran. Terowongan bawah tanah ini merupakan jalur cadangan Mao Shan. Meski luas, sebenarnya tidak banyak yang mengetahuinya. Namun selama ada, pasti bakal ketahuan oleh Bakpao.
Setelah berbincang dengan Duoduo dan siluman kecil, emosi gadis kecil itu cepat pulih. Dalam euforia mendapat sahabat baru, dia langsung memimpin barisan depan, mengajak kami berjalan cepat melalui belokan-belokan terowongan yang berliku.
Karena khawatir bertemu dengan MAHIR dari Sekte Iblis di depan, kami berjalan sangat hati-hati. Cincin Pengasingan terus diaktifkan, dan kami bergantian mengirim pengintai untuk menghindari serangan mendadak.
Tapi Bakpao sangat paham medan di sini. Dia bisa menebak rute yang mungkin dilewati musuh lalu menghindarinya. Setelah melewati beberapa belokan dan persimpangan, dia membawa kami ke ujung terowongan yang menanjak. Matanya mengamati sekeliling dengan cermat, mengetuk dinding batu hingga terdengar gema nyaring.
Barulah dia menoleh ke kami dengan bangga: "Heh, waktu umur 5-6 tahun aku pernah ke sini. Ternyata masih ada sampai sekarang!"
Aku maju dan menyorotkan senter kuat ke dinding batu itu. Tampaknya ada bagian yang kosong. Aku mengernyitkan dahi ke arah Baozi. Gadis kecil itu berjongkok sambil meraba-raba dasar dinding. Beberapa detik kemudian, dia menemukan sesuatu dan menariknya. Tiba-tiba bagian dinding batu di depan kami ambruk ke tanah. Udara segar mengalir dari seberang, diiringi desiran angin malam yang menyegarkan.
Baozi tersenyum pada kami yang sedang mengintai dengan hati-hati. Dia menepuk tangan. "Di luar ada jalan setapak di hutan bambu. Ngomong-ngomong, Kakak Lu Zuo, tempat kamu dan Xiao Keming diserang tiba-tiba dulu ada di sekitar sini. Ayo kita keluar."
Setelah melewati berbagai rintangan, akhirnya kami berhasil naik ke permukaan. Tanpa ragu lagi, kami berbaris keluar melalui celah yang terbuka.
Pintu keluar ini berupa lereng kecil yang tersembunyi di balik semak berduri lebat. Rumpun bambu dan rumput liar menutupinya dengan rapat. Hampir tak mungkin ada orang yang menyadari keberadaan gua tanah ini. Bahkan jika terlihat, orang hanya akan menganggapnya sebagai lubang dalam kosong belaka.
Setelah keluar, Baozi kembali meraba-raba sekitar pintu masuk. Akhirnya dia berhasil menutup kembali dinding batu itu.
Melihat tatapanku yang penuh tanya, Baozi menjelaskan: "Ada banyak pintu keluar di bawah tanah. Yang kutahu saja ada empat atau lima. Kalau tidak ditutup, angin bisa membawa jejak kita. Nanti kalau mereka mengejar pantat kita, akan sulit menghadapinya..."
Melihat gadis kecil berwajah bakpao ini menganalisis dengan sangat detail, aku berpikir si Bakpao memang orang yang teliti. Ditambah tingkat kultivasinya juga bagus, siapa tahu dalam 10 atau 20 tahun lagi, dia akan menjadi tokoh puncak generasi baru di Sekte Maoshan - benar-benar sekte besar, meskipun era Degenerasi Dharma sudah menjadi momentum besar, mereka tidak pernah kekurangan regenerasi talenta. Warisan semacam ini jauh lebih unggul dibandingkan Gu Miao atau praktik Shamanisme.
Kembali ke permukaan tanah, alis Zhu Rui masih berkerut. Sebagai murid Xing Tang seperti dirinya, dalam misi besar seperti ini biasanya dibekali Ling Pengumpulan - yaitu sinyal cahaya merah yang dia tembakkan ke langit setelah Sun Xiaoqin jatuh ke ruang bawah tanah tadi. Namun terowongan itu sudah runtuh akibat arwah Mao Tongzhen, sekalipun ada bantuan yang datang cepat, pasti sulit masuk.
Sekarang Ling Pengumpulannya sudah hilang, maka dia harus menyelam kembali ke Zhenlingdian untuk meminta bantuan. Sementara itu di area formasi gunung belakang, juga diperlukan tenaga untuk memberi tahu dan memperkuat kewaspadaan.
Aku dan Zhu Rui berunding singkat di hutan bambu, akhirnya memutuskan Zhu Rui akan kembali ke Zhenlingdian, sedangkan aku dan Bakpao pergi ke formasi gunung belakang untuk memberitahu penjaga formasi Xiao Yingyan agar meningkatkan kewaspadaan.
Mempertimbangkan bahwa saat ini Mao Shan mungkin sudah disusupi banyak anggota Sekte Iblis, serta keterlibatan Mei Lang dan pembiaran Yang Zhixiu yang membuat situasi menjadi rumit, aku dan Zhu Rui sepakat untuk tidak berinteraksi dengan murid Mao Shan di sepanjang jalan. Sebaiknya kita menyusup ke Zhenlingdian untuk menemui beberapa sesepih yang bertahan, atau Master Shixiong dan Fu Jun. Jika tidak, kemungkinan besar akan terjadi kecelakaan, dan kita harus terus-menerus khawatir dikhianati.
Waktu mendesak. Setelah berdiskusi, kami saling mengucapkan selamat tinggal dan berpisah bertindak. Zhu Rui membungkukkan badan, jubah hitamnya segera menyatu dengan kegelapan malam. Sementara kami, dipimpin Baozi, bergerak menuju gunung belakang.
Entah ingin menunjukkan kemampuan di depan teman baru atau karena khawatir pada bibinya, Baozi berjalan sangat cepat. Hanya ujung kaki yang menyentuh tanah, bayangannya melesat dengan kecepatan yang bahkan membuatku kewalahan.
Tak lama kemudian, kami telah melewati hutan bambu dan jalan gunung yang panjang. Di depan mulai terlihat bayangan samar Hutan Pagoda.
Saat mendekati Hutan Pagoda, langkah Baozi tiba-tiba berhenti. Ia menoleh dan menghentikan kami: "Berhenti! Sepertinya ada gejolak di sana!"
Kucoba mendengar. Bukan hanya ada gejolak, keributan di Hutan Pagoda sudah sangat besar dengan suara pertarungan yang sengit.
Tapi aku masih merasa aneh. Suara ini tidak samar-samar, tapi tiba-tiba muncul. Jelas, pasti ada yang menggunakan trik untuk memblokir area ini agar sinyal Bibi tidak keluar. Hanya yang masuk ke wilayah ini yang bisa mengetahuinya.
Memikirkan hal ini, jantungku langsung berdebar kencang. Perkiraanku, kedatangan kami sudah diawasi oleh seseorang.
Karenanya, kami pun tak berani berlama-lama. Kami masuk ke dalam pepohonan hutan dan merayap menuju arah pagoda.
Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya sampai di tepian pagoda. Kuberkas hutan lebat dan mengintip. Di atas hutan pagoda, angin kencang bertiup kencang membawa aura negatif yang membuat dingin merayap di hati. Melihat ke bawah, terlihat belasan naga air berkaki tiga yang berpendar keemasan berenang di udara, memancarkan aura naga yang menakutkan.
Naga-naga ini merupakan hasil peracikan roh suci ular naga. Yang panjang mencapai lima enam meter, yang pendek tiga empat meter. Setelah matang melalui perjalanan musim yang berganti dan dikombinasikan dengan formasi magis yang ketat ini, tak perlu disebut bertarung sengit — bahkan sekilas pandanganku saja membuat jantungku berdegup kencang.
Lawan naga-naga ini adalah delapan orang — tepatnya bukan delapan manusia, karena di antara mereka kulihat Mao Tongzhen, dan di sampingnya berdiri arwah-arwah roh halus yang serupa dengannya.
Arwah-arwah ini memiliki ciri-ciri yang sama: ekspresi kaku, bola mata hanya putihnya yang terlihat, namun kemampuan bertarungnya masing-masing luar biasa...
Secara kesimpulan, karakteristik umum mereka adalah pernah melewati Daftar Fengshen milik Xiao Foye yang termasyhur itu.
Di atas kepala, roh penjaga formasi naga air itu ganas, namun Mao Tongzhen dan kawan-kawannya juga tak kalah hebat——Tujuh orang di sisinya seolah telah meramu formasi pedang tingkat tinggi mirip Tujuh Pedang di bawah komando Master Shixiong, menyatukan serangan dan pertahanan. Bahkan sudut tebasan pedang dan langkah kakinya memiliki kemiripan yang mengejutkan. Dalam pertarungan bergerak, aura mereka sekuat gunung. Meski Mao Tongzhen yang berasal dari sesepih Mao Shan telah tewas dan rohnya dikendalikan, ingatannya masih utuh. Keakraban dengan formasi Mao Shan ini telah menyatu dengan instingnya. Di bawah koordinasinya, meski roh penjaga formasi naga air itu sangat kuat di puncak, akhirnya hanya bisa terjebak dalam kebuntuan.
Kedua belah pihak bagai ujung jarum vs ujung gandum, bara api menghantam bumi——pertarungan sengit antara naga dan harimau yang memukau dengan kemegahan sesaat, membuat penonton terkesima.
Di tengah situasi genting ini, tiba-tiba terdengar suara seram dari belakang kami: "Mencari sepatu besi hingga aus, ternyata dapat tanpa usaha. Lu Zuo, kembalikan nyawa anakku..."
Suara itu seolah datang dari ujung langit, namun juga seperti bisikan di telinga. Dadaku berdebar. Saat menoleh, yang kulihat justru lima cakar tajam menyambar wajahku dengan cepat.
Intuisi tajam yang terasah di tepian kematian menyelamatkanku. Saat itu, dengan gerakan jingkat besi, aku menekuk pinggang menghindari serangan itu lalu berguling di tanah. Ketika bangun kembali, kulihat Duoduo dan Xiao Yao sudah bertarung dengan pemilik cakar tersebut.
Orang yang datang tak lain adalah Lao Shi Zi Lao Mu yang sebelumnya menyuruh Sun Xiaoqin memasang jebakan untukku. Meskipun wanita ini sempat kabur karena reputasi Liu Xuedao, kemampuannya tak bisa diremehkan. Serangannya kejam, dan kuyakin dialah yang memasang perisai di perimeter.
Syukurlah setelah melalui proses pertumbuhan yang panjang, Duoduo dan siluman kecil telah menunjukkan kemajuan signifikan. Mereka masih bisa bertahan menghadapi serangan gila-gilaan wanita ini.
Namun meski begitu, kami tak boleh berlama-lama di sini. Mengingat kita tidak tahu berapa banyak musuh yang datang, jika tetap bertahan bisa-bisa terkepung pasukan musuh yang datang beruntun.
Kulemparkan pandangan ke arah Baozi. Gadis kecil ini langsung paham maksudku. Dia membentuk lingkaran dengan jempol dan telunjuk tangan kanannya, lalu meniup peluit keras dari mulutnya. Beberapa detik kemudian, seekor naga air sepanjang enam meter turun dari langit di atas kepala kami.
Naga air ini bersisik hitam berkilauan dengan cahaya keemasan, berkaki tiga berekor panjang dengan kumis menjuntai. Baozi yang pertama kali menungganginya, disusul olehku. Naga itu segera terbang tinggi. Kuteriaki Xiao Yao dan Duoduo yang masih bergulat dengan Ibu Tua Berjubah Hitam untuk segera naik. Mendengar teriakanku, mereka langsung membuat gerakan pancingan, melepaskan diri sambil terbang ke arah kami dengan tetap waspada. Ibu tua di bawah itu mengamuk histeris tapi tak bisa berbuat apa-apa.
Duduk di atas roh penjaga formasi naga air ini, pantatku merasakan ilusi seolah makhluk ini nyata, bahkan sisik kasarnya terasa begitu autentik.
Roh penjaga formasi naga air terus membumbung tinggi, berputar-putar bagai terbang di awan dan kabut, telah meninggalkan medan perang menuju ruang dalam.
Bakpao duduk di paling depan, satu tangan mencengkam sisik punggung naga, tangan lain melambai ke dalam: "Bibi, aku kembali! Cepat bukakan pintu!"
Sorotan cahaya menyapu tubuh roh penjaga formasi naga air ini. Kegelapan di depan tiba-tiba tersibak, memunculkan ruang seluas lapangan basket dengan lantai batu bata hijau berpola bagua yang bertumpuk konsentris, tepiannya dipenuhi lampu minyak berukuran bervariasi dengan api yang menari-nari.
Di atas podium tengah, bersila seorang biarawati Tao berjubah putih berpenampilan elegan - tak lain adalah Xiao Yingyan, bibi Si Berbulu.
