Melihat bola mata aneh yang tiba-tiba muncul itu, dengan warna putih suram seperti kematian, nyaris saja aku berteriak histeris.
Tapi aku menahan diri. Refleks, kedua tanganku menyambar ke arah leher itu.
Makhluk yang muncul di hadapanku ini bukanlah orang asing bagiku. Semasa hidup, kami memiliki banyak konflik, dan setelah mati pun kami sudah beberapa kali bentrok. Bisa dibilang ini adalah musuh bebuyutan. Saat aku menyalakan Tangan Iblis Sihir dan mencekik lehernya erat-erat, Mao Tongzhen yang telah berubah menjadi hantu jahat Asura membuka mulutnya yang berkerut dan mengeluarkan suara mirip kambing kawin, rendah namun menusuk, bergema di tengah kesunyian hutan, menyedot perhatian semua orang.
Dalam sekejap, ia menghujani dadaku dengan tiga kali pukulan berturut-turut.
Meski sudah mati, ilmu legendaris "Telapak Api Membakar Tubuh" yang dikuasai Mao Tongzhen semasa hidup tidak ikut lenyap, melainkan berpindah ke tubuh Asura jahat di hadapanku ini. Hal ini membuatnya tidak kalah dari tujuh Asura pengguna pedang yang lama dipelihara Xiao Foye, malah sedikit lebih unggul.
Walau berwujud arwah Yin, karena pernah tercatat dalam Daftar Fengshen, kedua telapak tangannya tetap memancarkan panas menyengat yang membuatku gentar. Dengan teknik bela diri jarak dekat yang kupelajari selama pelatihan, kuhindari dua pukulan pertama. Pukulan ketiga tak bisa kuhindari karena posisi tubuh. Tepat di detik itu, terdengar suara "plak" saat seutas tali seperti cambuk ular melesat mencengkram tangan kanan Mao Tongzhen yang sedang mengayun, menggagalkan serangan penuh dayanya yang sudah lama dipersiapkan.
Pada saat inilah asap hitam mengepul, kedua tanganku telah menembus jauh ke dalam leher tebal Mao Tongzhen - karena tubuhnya telah berubah menjadi hantu, saat ini dia jelas berbeda dari masa lalu. Selain postur tubuh dan penampilan yang agak mirip, kulit pada anggota badan dan bagian tubuh yang terbuka dipenuhi sisik berwarna hijau pekat kehitaman seperti lumut. Leher dan wajahnya tertutup otot-otot licin berminyak yang lengket, dipenuhi bercak-bercak putih berlapis. Sudut mata tertarik ke atas, bibir bawah mencungap, deretan taring tajam berjejer, hidung bengkok seperti kait, telinga terkulai, sorot matanya memancarkan merah darah angker - benar-benar wujud hantu yin yang sempurna.
Tangan Iblis Sihirku secara alami efektif menekan tubuh roh jahat semacam ini. Dengan sekuat tenaga, bahkan bagian terkeras pun takluk, separuh telapak tanganku menyatu dengannya, hampir menyentuh tulang punggung yang menopang tubuhnya.
Aku tak tahu apakah dia merasakan sakit, tapi dia terus meraung kesakitan. Namun dalam area sempit ini, kamilah yang unggul. Tali Pengikat Siluman Sembilan Ekor milik siluman kecil mengikat tangan kanannya, sementara Duoduo menarik tangan kirinya sekuat tenaga, membuat makhluk ini tak bisa melawan. Ingin menendang dengan kaki, tapi sudah kuhalangi sebelumnya, tak sempat melancarkan serangan - memang bukan manusia hidup lagi, otaknya sudah tak waras. Karena nekat masuk sendirian, tak terelakkan harus menghadapi serangan beramai-ramai ini.
Sedangkan di tengah keributan pertarungan kami, anggota Sekte Iblis yang sedang mencari jejak kami akhirnya menemukan kami yang telah terbongkar. Namun setelah tragedi botak Wu Yingshan, mereka tidak langsung menyerbu. Pemimpin tertinggi di antara mereka, Jenderal Naga Luka si Pemimpin Makam Nanjing, mendekati tumpukan daging dan darah peninggalan si botak. Berdiri sekitar 7-8 meter, ia berteriak dengan konsentrasi penuh: "Jangan sembunyi! Menyerahlah, atau kami akan membuatmu hidup segan mati tak mau!"
Begitu berani bersumpah, tentu ia punya keyakinan penuh. Tangannya melambai, dari tubuhnya memancar tujuh sinar pelangi merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu yang membuatnya berkilau seperti dewa yang baru diberkati, menyengat hidung dengan bau anyir darah.
Aku sedang berusaha menambah tenaga untuk mendoakan arwah siluman jahat Mao Tongzhen, tiba-tiba tubuhnya menjadi samar-samar berusaha lolos dari kendaliku.
Transformasi wujud nyata menjadi energi kosong membuatku kehilangan jejak Mao Tongzhen secara tiba-tiba. Tapi Xiao Yao ahli dalam hal ini. Saat siluman itu mulai bergoyang, gadis itu langsung mengguncang Tali Pengikat Siluman versi upgrade-nya. Seberkas energi putih menyambar, mengikat erat sosok Mao Tongzhen yang hampir menghilang itu.
Meskipun berstatus sebagai hantu yin dan asura, insting bertarung makhluk hidup tetap ada. Saat kabur, gaya jatuh Mao Tongzhen luar biasa kuat. Siluman kecil tak sanggup menahan, terpaksa tertarik hidup-hidup ke arah anggota Sekte Iblis.
Tapi siluman kecil mana bisa diremehkan? Langsung murka, menjerit nyaring sambil berubah jadi lolita kecil berdaya super. Menggigit gigi mutiaranya, kedua kakinya terbenam dalam tanah. Cahaya hijau menyinari tanah, tanaman merambat hijau dan rumput langsung melilit, mengunci kakinya agar Mao Tongzhen tak kabur.
Pada saat itu, gaya tarik kedua pihak begitu kuat hingga Tali Pengikat Siluman Sembilan Ekor yang legendaris pun berderit "creek" tegang.
Waktu secepat sentilan jari. Di satu sisi tamu Daftar Fengshen legendaris, semasa hidup pernah menjabat Sesepih Mao Shan ke-10. Di sisi lain siluman misterius lahir dari tubuh Qilin Tai. Pertarungan puncak kekuatan ini membuat darah bergejolak, tak tahan ingin berteriak kencang.
Aku tentu tak mau siluman kecil kewalahan. Menerjang ke depan, meraih kedua kaki Mao Tongzhen. Di saat yang sama, Penatua Pengajar berteriak ke muridnya: "Bakpao, masih ingat 'Kembali ke Yuan Asli' yang kuajarkan?"
Bakpao menjawab ingat, memahami maksud Shifu. Kedua tangannya membentuk mudra aneh sambil berseru: "Kembalilah!"
Baru saja kata-kata orang hina ini selesai, dia sudah menerjang ke hadapanku. Sebuah mudra langsung menghantam perut Mao Tongzhen.
Mao Tongzhen yang berwajah biru dengan taring panjang awalnya masih meronta-ronta. Tapi setelah terkena serangan mudra ini, seluruh tubuhnya bergetar seperti ayakan. Tenaga perlawanannya semakin melemah.
Di saat yang sama, cahaya pelangi yang dihamburkan oleh monster tua dari utara Jiangsu, Naga Bekas Luka, mulai bergulung ke depan. Jarak antara kami pun terwarnai oleh kilauan warna-warni. Dalam cahaya ini, terlihat banyak pusaran energi - ada yang seperti angin puyuh, hembusan angin tajam, bahkan pintu gerbang menuju kekosongan - semuanya tergambar jelas.
Dengan memetakan ruang kacau ini, jarak di depan kami bukan lagi ladang ranjau berbahaya, melainkan jalan mulus menuju langit. Naga Bekas Luka dari utara Jiangsu memimpin anak buahnya dan empat hantu yin yang tersisa, menghindari perangkap mematikan yang tak kenal ampun, lalu menerjang ke arah kami.
Melihat kondisi ini, Master Chenqing segera berteriak: "Cepat, mundur ke belakang!"
——Mundur?
Aku segera paham. Meski awan pelangi Naga Bekas Luka bisa sementara menandai perangkap mematikan di depan, tapi ini butuh waktu. Jika kita mundur selangkah demi selangkah, pasti bisa mengulur-ulur sampai mereka kehabisan tenaga.
Memikirkan hal ini, aku tanpa menunggu sempat mendoakan arwahmu Mao Tongzhen yang sedang mabuk kesakitan, mendorongnya perlahan, menarik bakpao di sebelah kiri, lalu berteriak ke arah Duoduo dan siluman kecil: "Pergi!"
Mendapat perintahku, dua Duoduo mundur cepat. Saat aku menarik diri, kulihat Mao Tongzhen yang kaku tiba-tiba menoleh dan menatapku.
Aku yang sedang mundur terpaku melihat Mao Tongzhen yang menoleh itu. Di bola mata hitamnya, cahaya suci dan kilatan air mata terlihat - senyum getir penuh penyesalan dan keengganan tergambar di wajahnya.
Pada detik itu, aku yakin sepenuhnya: kakek keras kepala yang menjaga formasi magis Mao Shan seumur hidup ini telah kembali.
Namun hanya sedetik kemudian, ia memutar kepala dengan tegas, lalu merangkul dua hantu yin Asura yang telah mendekat.
Sejenak kemudian, aku sudah sampai di sisi Liaochen Zhenren. Siluman kecil menggendong bibi yang pingsan. Saat hendak kabur, kulihat nyala api hitam paling megah merekah dari dada Mao Tongzhen.
Boom—Sesepih Mao Shan yang tadinya dikendalikan ini, di detik terakhir kehidupannya, bangkitkan jati diri lalu memilih mengakhiri hidup dengan cara paling heroik.
Gelombang kejut ledakan diri Mao Tongzhen mengguncang angasa, membuatku terjungkal dan jatuh seperti anjing menjilat tanah.
Situasi kritis, aku tidak sempat menengok lagi, menopang sesepih Mao Shan yang lemah konstitusinya naik ke punggung Ermao yang terus mematung, lalu berlari cepat menuju pepohonan hutan.
Dalam pelarian, tiba-tiba air mataku mengalir tanpa kusadari...
Sebelumnya, aku sangat membenci Mao Tongzhen. Namun ketika ia hancur menjadi debu saat ini, tiba-tiba kusadari bahwa pria kikuk berusia paruh baya yang tak pandai mengekspresikan diri ini jauh lebih mulia dibandingkan Mei Lang atau Yang Zhixiu yang licik dalam hatinya. Andai saja bukan karena pengaruh Yang Zhixiu, mungkin kami bahkan bisa menjadi sahabat.
Di detik terakhir hidupnya, Mao Tongzhen memilih meledakkan diri untuk mempertahankan harga dirinya, memilih mati dengan mulia alih-alih hidup suram sebagai budak. Ini membuat seluruh diriku diliputi luka batin dan gejolak emosi yang tak terkatakan.
Ermao terus berlari kencang sementara Zhenren Chenqing berteriak-teriak berkomunikasi dengan binatang sialan ini agar tidak salah jalan. Para anggota Sekte Iblis seperti Naga Bekas Luka yang porak-poranda akibat ledakan Mao Tongzhen terlambat mengejar. Tepat saat kami mengira hampir keluar dari penglihatan musuh, tiba-tiba terdengar dengusan dingin di atas kepala. Sepasang kaki jenjang muncul tiba-tiba di kepala Ermao yang sedang berlari, menghentak tubuhnya dengan keras.
Ermao sepertinya tidak tahan menerima pukulan ini, keempat kakinya kacau lalu terjatuh ke dalam lumpur. Sementara Sesepih Chen Qing yang memimpin di depan terikat oleh cambuk kulit hitam, tubuhnya terangkat tinggi ke udara. Sekali lagi terjadi kekacauan, aku melindungi anak-anak di sekelilingku namun akhirnya sendiri terbanting ke batang pohon raksasa. Braak! Seluruh dunia tiba-tiba menjadi gelap. Aku merasakan darah mengalir dari hidung dan mulut, rasa pahit menyengat di lidah.
Dengan ditopang oleh dua Duoduo, aku berdiri goyah. Kulihat Ermao tertindih tak bergerak di tanah, sementara Ibu Tua Minshan yang diselimuti kabut hitam membelit leher Penatua Pengajar. Ia menatap kami dengan dingin sambil menyeringai: "Bisakah Sun Wukong lolos dari genggaman Buddha Sakyamuni? Tidak! Jadi, jangan kabur!"
Kulihat guru si tukang bakpao, pendeta Tao yang jorok itu mengeluarkan darah dari hidung dan mulut. Kondisinya sangat lemah, seolah akan mati seketika.
Tiba-tiba, Lu Zuo dan kawan-kawannya membelah semak dan muncul di jalan yang kami lalui tadi.
