Aku terkejut menerima buku tipis berwarna kekuningan ini, dijilid dengan tali, dari modelnya jelas sudah berusia lama. Saat kubuka sampulnya, di halaman pertama langsung terlihat sosok manusia aneh telanjang berkepala tiga dan berlengan enam. Gambar itu menggunakan garis-garis rumit untuk menggambarkan meridian dan aliran Qi, sangat kompleks.
Kuamati catatan kakinya, lalu memeriksa teks di halaman-halaman berikut. Meski tulisannya hasil salinan, gaya bahasa dan struktur kalimatnya benar-benar mencerminkan ciri khas Shan Gelao dari 《Dua Belas Metode Menekan Pegunungan》 dan 《Orthodox Wu Zang*Membahas Sihir Gu dan Teori Alam》, persis seperti tulisan leluhur spiritualku yang sudah tak terhitung generasi.
Mengenai isinya, seluruh kitab hanya membahas dua hal: "Metode Pemikiran Chiyou" dan "Metode Sirkulasi Qi Agung Kekuatan Sihir".
Bagian pertama membahas akumulasi kekuatan keyakinan melalui meditasi visual Chiyou - sosok berkepala tiga di halaman awal - untuk mengumpulkan tekad. Sedangkan bagian kedua berisi pedoman umum sirkulasi energi.
Dulu di Dua Belas Metode, kupelajari Metode Penguatan Tubuh sebagai latihan eksternal. Di Kitab Sihir Gu, kuuasai tiga teknik sirkulasi Qi: ortodoks, unik, dan mistis. Namun seperti kata Tao Jinhong, energiku tak stabil - kuat tapi kacau. Seringkali harus mengandalkan serangga gemuk dan aliran Qi di perut untuk serangan eksplosif, tak bisa dikendalikan halus. Tapi dengan menguasai "Metode Sirkulasi Qi Agung Kekuatan Sihir" ini, kekuatan eksternal bisa sepenuhnya terserap, tak lagi fluktuatif seperti Duan Yu.
Memikirkan hal ini, aku pun berdiri dan membungkuk dalam-dalam ke arah Tao Jinhong sebagai ungkapan terima kasih tulus.
Namun sebelum pinggangku benar-benar membungkuk, kekuatan lembut tiba-tiba menyangga tubuhku dari bawah, menghalangi gerakanku. Tao Jinhong memandangku dengan senyum manis, "Buku ini dulu kudapat secara tak biasa. Tak berguna bagiku, hanya jadi koleksi atau penambah wawasan. Tak kusangka kau adalah pewarisnya, bahkan bersahabat karib dengan Xiao Ming. Sungguh keajaiban. Kini kukembalikan ke pemilik aslinya. Tak perlu berterima kasih..."
Alisku berkedut, "Luo Shiba, leluhur spiritualku? Kalian saling mengenal?"
"Bisa dibilang begitu. Saat itu dia di Nanjiang yang penuh racun, sedang puncak kejayaannya. Sementara aku di jantung Tiongkok. Hubungan kami tak terlalu erat..." Suaranya mendadak berat, "Konfigurasi Takdirmu ganjil, diagram Sembilan Istana mengindikasikan keberuntungan luar biasa. Tapi jalan hidupmu penuh duri, tanggung jawab di pundakmu pun besar. Nanti akan kujelaskan saat waktunya tepat. Untuk sekarang, duduklah tegak!"
Tao Jinhong menyuruhku duduk tegak. Tangannya bergerak cepat membentuk cap rumit, menghubungkan langit dan bumi. Energi menggetarkan terkumpul di telapak tangannya. Beberapa detik kemudian, jarinya yang berbentuk pedang menghunjam ke titik Qihai di perutku.
Aku mendengar instruksi, duduk dengan sopan di atas bantal duduk tradisional (), seluruh tubuh kaku tak berani bergerak. Tiba-tiba Lao Tao mengeluarkan seberkas cahaya bintang dari ujung jarinya, gemerlap mempesona, langsung masuk ke perutku dan menyatu dalam tubuh.
Seluruh tubuhku bergetar seakan tersambar petir. Kurasakan dua kekuatan bertolak belakang - perkasa namun lembut - menyatu dalam diri. Kulitku serasa mati rasa, bulu kuduk berdiri tegak kaku bagai dialiri listrik. Tiba-tiba kudengar suara benda berbentuk telur pecah dalam perut, semburan energi aneh nan tandus tapi mengandung kehidupan melesat ke atas, menyapu bersih serat ototku.
Energi ini berganti-ganti seperti air mendidih yang menyiram babi, lalu berubah jadi amonia cair yang membekukan. Cacing gemuk dalam perutku menggeliat kesakitan sambil menciut-ciut. Aku tak kuasa menahan derita ini, berguling-guling di lantai mengikuti kesakitan sang cacing, berteriak sampai suara parau. Sembilan kali siklus es-api ini berulang. Saat akhirnya berhenti, rasanya seperti seabad telah berlalu.
Si Berbulu membantu aku berdiri. Tao Jinhong melihat tubuhku basah kuyup oleh keringat, hingga bisa diperas airnya, lalu berkata dengan senyum manis: "Cangkang shidan (mutiara mayat) di dalam tubuhmu terlalu keras, sulit dihancurkan dan diserap. Kini dengan menggunakan sedikit energi pedang yang terkumpul di tubuhku, kuhunjamkan ke titik Qihai di perutmu untuk memecahkan shidan ini, lalu kustabilkan kecepatan penguraiannya. Mulai sekarang akan mengalir seperti sungai kecil, merawat tubuhmu."
Ia berpikir sejenak, lalu melanjutkan: "Jin Can Gu di dalam tubuhmu sepertinya mengalami kerusakan parah akibat kekuatan luar yang mengerikan, inilah penyebab utama hilangnya jati dirinya. Namun tubuhnya kuat, ditambah kamu yang merawatnya dengan mengorbankan diri, perlahan bisa pulih. Tapi sifatnya menjadi agak kejam, kukendalikan sementara dengan aura dari shidan ini. Kini kamu bisa memerintahnya sesuka hati - tapi ingat, kemampuannya turun, hanya sedikit lebih kuat dari sebelum tertidur. Dalam kondisi normal tidak masalah, jika ingin kekuatan penuh, saat bertarung lepaskan ikatannya dan gunakan tenaga maksimal - tapi juga lebih berbahaya. Sifat buasnya harus dikendalikan, aura shidanmu hanya bisa menahannya selama satu menit saat mengamuk. Lebih dari itu dia akan tidak bisa membedakan kawan dan lawan. Baru setelah kamu menguasai kekuatan dalam tubuhmu dan menjadi kuat, bisa leluasa menggunakan tenaganya - Ah! Hukum langit dan prinsip-prinsipnya terletak pada keseimbangan. Sungguh luar biasa!"
Tao Jinhong di sini merenungkan hukum langit, sementara aku dengan gembira memanggil Jin Can Gu. Begitu teriakan ku keluar, tubuh gemuknya perlahan muncul dari dalam tubuhku. Kulihat penampilannya, sepertinya lebih gemuk dari sebelumnya, memancarkan warna emas tai hao yang mewah dan berkelas. Semua mata yang menghiasi tubuhnya kini tertutup, namun dari dalam memancarkan kilatan sinar tajam yang menyeramkan; Di atas dahinya, tonjolan daging telah berubah menjadi zat tanduk, membentuk mahkota raja yang sempurna.
Seolah tahu kesalahan sebelumnya, begitu si kecil ini terbang keluar, dia langsung menjilat dengan menggesekkan dahinya ke ujung hidungku. Berdecit-decit memanggil, mata hitam seperti biji kedelai berusaha membuka lebar-lebar, memancarkan ekspresi memelas dan tak bersalah yang membuat hatiku tersayat.
Aku sangat merindukan Jin Can Gu. Syaratku sederhana, selama makhluk kecil ini bisa bangun saja sudah cukup. Tentu takkan memarahinya. Tapi Xiao Yao yang di samping, melihat Jin Can Gu yang lama tak muncul, langsung berteriak kencang. Menyergap saat lengah, mencengkeram ekornya tanpa basa-basi, menjentik-jentik pantatnya sambil memaki keras: "Si pemalas kecil, tidur saja seminggu! Aku jentik sampai mati kau!"
Cacing gemuk itu merintih kesakitan, sepasang mata hitamnya hampir bengkak karena menangis. Tao Jinhong tersenyum melihat adegan lucu ini, baru setelah beberapa saat berpesan padaku: "Pedang Yuan yang kuhunjamkan ke tubuhmu mengandung pemahaman dan cap pribadiku, juga bisa membantumu memadatkan energi dalam. Manfaatnya akan kau pahami nanti. Sudah, lihat keringatmu yang mengucur ini, mandilah dan beristirahatlah!"
Aku agak bingung dengan maksud Tao Jinhong bersusah payah menanamkan Pedang Yuan di tubuhku. Tapi sebagai dewa bumi, kudengarkan saja. Pasti dia takkan membahayakanku.
Pintu terbuka, seorang asisten ritual masuk dan mengajakku keluar. Sementara untuk Si Berbulu, Tao Jinhong masih perlu berdiskusi panjang sehingga tak ikut keluar. Ia hanya melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan.
Dibimbing asisten ritual itu, aku mandi di tempat peristirahatan. Air bak mandi yang penuh menjadi asam dan busuk karena tubuhku, harus kuguyur dua kali dengan air bersih baru agak layak.
Usai mandi, tak kulihat Si Berbulu di luar. Malah kudapati Master Shixiong sedang berbincang dengan seseorang di koridor sayap. Kupasang telinga - terdengar samar kata "peti es" dan "pengembalian roh", entah ilmu apa itu. Tapi saat ku mendekat, Master Shixiong yang mendengar langkah kakiku segera menghentikan pembicaraan. Ia menepuk bahu biksun Tao berbaju putih itu, menyuruhnya pergi.
Aku sudah beberapa hari di Mao Shan, tapi jarang melihat daoshi yang mengenakan jubah Tao putih. Karena penasaran, aku memperhatikannya lebih lama. Ketika Master Shixiong mendekatiku, tanpa sadar aku bertanya apa yang sedang mereka bicarakan tadi?
Master Shixiong menggelengkan kepala, mengatakan itu hanya urusan rumah tangga sepele yang tak penting untuk diceritakan.
Ia bertanya apakah Guru Tao sudah selesai berbicara denganku. Aku mengangkat hadiah dari timur di tanganku, mengangguk dan berkata, "Ya, Guru Tao benar-benar dermawan, Tai hao (orang kaya baru)."
Master Shixiong menepuk bahuku, mengatakan semua ini pantas kuterima dan tak perlu dipermasalahkan.
Ngomong-ngomong, ada kabar dari luar bahwa surat buronanmu dan Xiao Ming sudah dicabut. Kelak saat kau pergi, tak perlu lagi bersembunyi.
Refleks aku bertanya, "Apakah Lao Xiao ikut pergi denganku?" Master Shixiong menatapku sejenak, berpikir lalu menggeleng, "Aku tak tahu. Semuanya tergantung keputusan Guru Tao."
Mendengar ini, hatiku sesak. Bertahun-tahun aku dan Si Berbulu (Xiao Keming) sehidup semati bagaikan Jiao takkan pisah dari Meng. Kini harus berpisah, sungguh menyedihkan.
Tapi karena Si Berbulu sudah kembali ke gerbang gunung, dia harus memikul tanggung jawab. Tinggal di Mao Shan di bawah bimbingan Tao Jinhong jelas lebih baik daripada mengembara bersamaku.
Dengan pemikiran ini, keinginanku untuk menahannya pun berkurang. Biarlah semua mengikuti takdir.
Master Shixiong terlihat tak acuh, tak menyadari kesedihanku. Ia malah menawarkan, "Mau ke Yangxin Dian untuk mengambil obat?"
Aku tertegun sejenak, baru teringat bahwa bibi Si Berbulu, Xiao Yingyan, masih terbaring sakit. Kutanyakan kondisinya. Master Shixiong menghela napas berat, dengan nada agak kesal: "Ah, dia selalu hati-hati, tapi hanya terhadap bakpao tak ada kewaspadaan. Akhirnya musuh menyusup lewat celah—Mei Lang si tua bangka itu, kenapa malam itu aku tidak membunuhnya! Sekarang roh Xiao Yan tercerai-berai. Tanpa bantuan luar, bahkan Guru Tao tak berani sembarangan menanganinya. Ah..."
Ini pertama kalinya kulihat Master Shixiong menunjukkan ekspresi ganas dan tak berdaya. Meski hanya sesaat, aku tahu hanya kisah yang tak terungkap antara mereka berdua yang bisa membuat pria setenang gunung ini kehilangan kendali emosi.
Kutanya dengan tegas: "Barang apa yang sebenarnya dibutuhkan?"
Master Shixiong berkata sambil menggeleng: "Percuma kuceritakan, benda itu sudah punah... Tunggu saja beberapa waktu. Jika kondisi Guru Tao cepat pulih, mungkin bisa membangunkannya—atau mungkin dia akan sadar sendiri."
Kukekeuh bertanya. Setelah berpikir sejenak, dia menjawab: "Rumput Anhun."
Setelah hari itu, aku menjalani pemulihan di Mao Shan selama setengah bulan lebih. Selama itu kugunakan buku pemberian Lao Tao untuk mulai melatih sirkulasi Qi dan peleburan energi.
Asrama belakang Mao Shan benar-benar gua surgawi dan tanah suci untuk kultivasi. Gunung indah, air jernih, pemandangan memukau, energi spiritualnya melimpah. Pedang Yuan yang disuntikkan Tao Jinhong juga banyak membantuku. Aku cepat menguasai tekniknya, setiap hari bisa mengedarkan energi dalam tubuh menyelesa satu siklus langit penuh.
Aku merasa seiring waktu berlalu, kekuatan yang bisa kumiliki di tangan mulai perlahan meningkat. Energi ini terkumpul dalam tubuhku, menjadi bagian dari diriku sendiri, kekuatan yang bisa kukendalikan.
Selain itu, aku pergi membantu Penatua Pengajar menetralkan racun dan membubarkan Gu. Dengan bantuan serangga gemuk, progresnya cukup cepat. Penatua Pengajar ini mulai pulih sedikit demi sedikit, sudah bisa mengedarkan Qi lagi; Si Berbulu sibuk setiap hari, katanya dia sudah diperintahkan pindah ke Istana Qingchi. Menurut Master Shixiong, dia sepertinya sedang mempelajari ilmu Tao dari Tao Jinhong, sampai-sampai jarang bertemu; Duoduo, siluman kecil dan bakpao setelah mengalami berbagai perubahan malam itu, menjadi teman akrab. Dengan payung Langit Hijau itu, kedua gadis kecil ini sering pergi bermain seharian bersama serangga gemuk, tidak pulang seharian dan bermain tanpa henti.
Waktu terus mengalir bagai jam pasir yang terbalik. Banyak peristiwa terjadi selama ini, aku hanya tahu sedikit. Seperti pengadilan untuk Mei Lang, penanganan Ibu Tua Minshan, tapi sebagai orang luar aku tidak hadir, hanya dengar hasil akhirnya: Mei Lang dihukum tiga pisau enam lubang karena pengkhianatan, tewas, namanya dihapus selamanya dari catatan sekte; Sedangkan Ibu Tua Minshan kesadarannya dicabut, dijadikan roh penjaga formasi tanpa persepsi di Hutan Pagoda, menggantikan naga air yang banyak berkurang.
Segala urusan begitu banyak, tak bisa dijelaskan satu per satu. Awal bulan Agustus, Master Shixiong yang telah menyelesaikan berbagai urusan di Mao Shan bersiap keluar gunung untuk bekerja. Ada kabar dari luar gunung bahwa kondisi penyakit ayahku membaik dan akan segera dirujuk ke rumah sakit lain, bertanya apakah aku ingin pulang.
Beberapa hari itu aku sudah tak bisa menemui Si Berbulu. Kutanya pada Lao Xiao apakah dia akan pergi? Master Shixiong bilang tak tahu, mungkin akan tetap tinggal.
Mendengar kabar ini hatiku terasa sesak, akhirnya kusetujui ajakannya untuk keesokan harinya keluar gunung.
Malam itu Duoduo, siluman kecil, dan Bakpao berpisah dengan penuh haru. Aku tetap tak bisa menemui Si Berbulu. Saat ke Istana Qingchi, katanya dia pergi ke Hutan Misterius bersama pemimpin sekte. Dengan pasrah, hanya bisa kutinggalkan surat perpisahan untuknya.
Keesokan harinya kami keluar dari asrama belakang Mao Shan, berjalan menyusuri jalan yang sama. Sampai di anak tangga batu gunung sektor luar, menengadah melihat puncak-puncak hijau bertumpuk-tumpuk, kabut tipis bergumpal-gumpal, terlihat atap melengkung Istana Sepuluh Ribu Berkah di langit kesembilan.
Meski masih pagi, sudah banyak wisatawan di anak tangga pendakian. Aku berjalan di belakang Master Shixiong, langkah kakiku berat, perasaan tiba-tiba memburuk tak mau bicara. Saat itulah tiba-tiba kupikir mendengar seseorang memanggil: "Si Racun Kecil..."
Mendengar itu, kupercepat langkah dan putar kepala. Kulihat bayangan kurus berlari dari belokan. Entah mengapa, mataku tiba-tiba berkabut oleh air mata yang basah, membuat dunia sekeliling tampak kabur...
Jangan tertawa padaku.
## JILID 32 PERUBAHAN DARAH
