Dengan pedang terkembang, kami bergegas ke lemari obat. Si Berbulu menjepit talisman di tangan kiri, sementara tangan kanannya menusukkan Lei Fa ke celah pintu. Dengan sentakan ringan, pintu terbuka lebar ke kedua sisi.
Lemari itu kosong. Tapi di bawahnya, ubin semen yang rata telah dibongkar, memperlihatkan mulut terowongan hitam legam. Genangan darah besar di sampingnya masih basah dan segar, jelas korban baru saja terbunuh.
Si Berbulu menatap mulut terowongan yang berpenampilan aneh itu, menggali dengan tidak profesional, tak bisa menahan senyum dinginnya: "Kelelawar beralih profesi jadi trenggiling, ngapain bersarang di dalam gua ini?"
Melihat luka berdarah ini, tampaknya tidak terlalu dalam, namun membuat Si Berbulu agak terbebani, tak tahu bagaimana cara turun untuk menangkap si pencuri itu. Bahkan jika bisa turun, seandainya ruangnya terlalu sempit, sulit untuk bertindak.
Aku berpikir sejenak, memanggil siluman kecil keluar, menjelaskan situasi padanya, menyuruhnya mengangkat Wang Doufu ke atas.
Meskipun dulu siluman kecil selalu bicara tentang makan daging manusia, pada akhirnya dia adalah nona yang baik hati. Melihat orang tak bersalah mati mengenaskan di sini, walau tak diucapkan, di hatinya berkobar kemarahan. Tanpa jijik dengan kotoran mulut gua, tubuhnya segera memancarkan cahaya redup. Dengan menghentakkan kaki, sebelum pesanku selesai, dia sudah masuk ke dalam gua.
Begitu siluman kecil turun, terdengar gemuruh pertarungan dari dalam yang membuatku gelisah. Saat aku ragu-ragu apakah akan merayap turun, siluman kecil muncul kembali, tangan kanannya menggenggam Wang Doufu yang kepalanya sudah bengkak seperti kepala babi.
Melihat si pencuri ini, hatiku tidak merasa senang sama sekali.
Awalnya kukira ada orang yang menunggu di sekitar lokasi untuk membantu Wang Doufu. Setelah si pengkhianat yang terluka ini kabur, pasti akan bertemu dengan kaki tangannya. Dengan begitu kami bisa mengikuti jejak untuk menemukan sarang musuh.
Namun sama sekali bukan seperti itu, Wang Doufu ini seorang lone wolf, terluka begitu parah, dia tidak hanya tidak meminta bantuan kaki tangan, malah menetap di desa kota terdekat, bersembunyi di tempat seperti sini, sepanjang hari menghisap darah manusia untuk memulihkan lukanya.
Wang Doufu yang terluka parah adalah mimpi buruk bagi orang biasa, tapi di tangan Siluman Kecil justru mendapat perlakuan dipukuli habis-habisan. Vampir bisa meregenerasi anggota tubuh, tapi itu harus di kolam darah dengan berdoa pada shen angker yang disembahnya, melalui waktu panjang untuk mematangkan energi. Saat ini Wang Doufu masih tetap berpenampilan mengenaskan seperti saat lengannya kurenggut, sekujur tubuhnya berdarah dan basah, di bekas luka lengannya baru tumbuh sedikit tunas daging.
Siluman Kecil melemparkan makhluk ini ke lantai tanpa mengurusnya, lalu kembali ke dalam gua. Kukinjak kepala Wang Doufu dengan sepatu, membalikkan tubuhnya. Dia yang sudah sekarat akibat pukulan Siluman Kecil masih berusaha melawan, membuka mulut bergigi tajam yang menggesek sol sepatuku.
Melihat dua siluman pemakan bangkai yang masih merayap di samping, kemarahan tak terjelaskan menggelora di hatiku. Dengan ujung kaki mengait, aku menyambungkan tubuh bagian atas makhluk ini lalu mendorongnya ke lemari obat. Kekuatan dahsyat mengguncang isi lemari hingga botol-botol kaca berdenting nyaring. Tak peduli bau busuk darah yang menyengat dari tubuhnya, aku berjongkok dan mencekik lehernya erat-erat, membentak rendah: "Wang Doufu, di mana kaki tanganmu?"
Pria yang babak belur ini membuka mata setengah sadar. Melihat aku, wajah berlumuran darahnya meregang dalam senyum mengerikan: "Hehehe, kau akhirnya datang juga, iblis. Ingin mencari yang lain melalui aku? Kau salah hitung. Kira aku tak tahu kau menanam cap aneh di tubuhku? Kau meremehkan bangsawan Suku Darah yang telah hidup ratusan tahun! Mana mungkin aku membiarkanmu berhasil?"
Si Berbulu sibuk menelepon Lao Yang untuk menjemput kami. Mendengar ini, pedang Lei Fa menempel di dahi pria itu saat ia berkata berat: "Aku tahu satu prinsip: semakin lama hidup dan punya waktu merenung, semakin manusia takut mati. Mengorbankan diri untuk orang lain? Itu tak mungkin terjadi padamu..."
Si Berbulu berpura-pura menganalisis dengan logis, lalu menoleh padaku dengan serius: "Hmm, kayaknya yang satu ini perlu dihajar!"
Aku mengangguk tanda paham, menoleh melihat Jin Can Gu, menjentikkan jari. Wang Doufu langsung mulai menjerit-jerit histeris.
Untuk mencegahnya mengganggu warga, dengan tegas kukumpulkan masker medis yang terserak di lantai lalu menyumbat mulut si brengsek ini. Namun sepasang taring penghisap darah putih bak salju-nya sangat mengganggu. Sambil mengerutkan alis, kusuruh dua siluman kecil dari dalam gua membantu. Tangan-pedang mendarat di lehernya, memaksanya membuka mulut lebar. Dengan gerakan secepat kilat, kucabut paksa sepasang taring Wang Doufu.
Begitu taringnya hilang, teriakan penuh energi jahat Wang Doufu berubah menjadi rintihan. Kusumpal rapat mulutnya. Si siluman kecil lebih kejam lagi, mengibaskan Tali Pengikat Siluman Sembilan Ekor hingga Wang Doufu terikat bak bakcang daging. Tubuhnya gemetar di lantai, butiran keringat sebesar kedelai merembes dari kulit. Kedua matanya merah menyala kesakitan, hampir melotot keluar.
Ingin berteriak tapi tak bisa, seluruh tubuh terikat. Di bawah kendali si cacing gemuk, racun gu dalam tubuhnya terus berkobar. Wang Doufu terjebak dalam penderitaan bak neraka.
Sebenarnya ini agak kebetulan. Alasan sebelumnya aku tidak menggunakan metode ini untuk menginterogasi Pangeran Leon dan Set adalah karena Suku Darah memiliki kemampuan memadatkan energi spiritual yang sangat kuat. Rasa sakit ringan justru dianggap sebagai kepuasan. Jika terlalu intens, mereka bisa memutus transmisi saraf rasa sakit ke otak. Jadi akhirnya terpaksa dibatalkan.
Tapi kedua tangan Wang Doufu sudah kuregangkan. Untuk menumbuhkan kembali, dia harus melalui kelahiran kembali di kolam darah - yang berarti harus membuka seluruh jiwa raga, membiarkan kesadaran dewa angker yang disembahnya masuk ke tubuh, mengaktifkan fungsi potensial, sehingga anggota tubuh yang putus bisa tumbuh kembali.
Setelah membuka kesadaran seperti ini, mustahil untuk kembali ke kewaspadaan normal. Jadi setelah mengalami siksaan ribuan cacing menggerogoti hati ini, Wang Doufu hanya bisa merasakannya dengan jelas. Bahkan mekanisme perlindungan diri seperti pingsan pun tidak bisa diaktifkan.
Para penonton yang terhormat, pejamkan mata kalian. Bayangkan sekumpulan serangga-serangga kecil yang rapat berkembang biak di dalam tubuhmu. Mereka menyusup di antara serat otot, pembuluh darah, dan jaringan subkutanmu. Menggigit tubuhmu dengan mulut aneh mereka. Sensasi ekstrem kebas, gatal, dan sakit itu langsung tercermin di pikiranmu, jelas dan nyata. Seperti apa rasanya?
Inilah yang dirasakan Wang Doufu saat itu. Tapi dia seorang yang teguh, bertahan dengan tekadnya. Kami tak peduli. Melihat siluman kecil menyimpan dua taring panjang penghisap darah Wang Doufu ke dalam kantung, aku heran bertanya untuk apa benda ini? Siluman itu tersenyum misterius, menggantung penjelasan. Tak mau bicara. Aku juga tak memaksa. Melihat siluman itu menarik dua mayat dari lubang sederhana itu - wanita. Setelah membersihkan darah kotor, pakaiannya mirip para wanita terjerumus di salon kecil dengan lampu merah muda sekitar sini. Tubuh mereka menunjukkan tanda dehidrasi. Tahu bahwa ini Santapan Darah Wang Doufu.
Melihat semua ini, aku mulai paham situasi setelah kaburnya Wang Doufu hari itu - mungkin dia jatuh di sekitar sini, lalu menggigit rekan senegaraku Wen Ming karena kelaparan. Mungkin terlalu lemah, darahnya malah mengalir balik ke tubuh Wen Ming, menyelesaikan Cawan Pertama. Lalu akhirnya sampai di klinik kecil ini, menggigit pemilik dan perawat menjadi hantu pemakan mayat, menyuruh mereka berburu untuknya. Sementara dia bersembunyi di lubang galian darurat, menikmati rendaman darah segar.
Tapi dua hantu pemakan mayat muncul di keramaian kota, pasti tak bisa lama bersembunyi. Wang Doufu pasti sudah menghubungi orang penyambut. Bisakah kami menungu kelinci terantuk tunggul, menangkap orang yang datang menjemput?
Memikirkan hal ini, aku menyampaikan rencanaku kepada Si Berbulu. Ia mengangguk setuju. Saat itu, Yang Lao, sopir sekaligus penghubung yang ditugaskan Cao Yanjun untuk kami, menyelinap masuk lewat pintu belakang. Melihat situasi ini, ia segera mendekat dan menanyakan kondisi terkini.
Mendengar penjelasan kami, wajah Yang Lao berkerut khawatir. Ia berkata kekhawatiran atasan akhirnya terwujud - para kriminal ini, ketika terpojok, akan mengabaikan aturan tak tertulis dan beraksi semena-mena terhadap rakyat sipil. Dengan kemampuan mereka, satu orang saja bisa menciptakan kepanikan massal. Jika benar terjadi, bukan hanya Kapten Cao yang akan dimintai pertanggungjawaban, bahkan reputasi Kepala Biro Chen bisa tercoreng.
Kami mengangguk. Master Shixiong yang duduk di posisi tinggi itu, meskipun berkuasa, harus berjalan di atas kulit telur dengan penuh kewaspadaan.
Kami segera memurnikan dua hantu pemakan mayat yang masih hidup di lantai. Yang Lao menghubungi kantor polisi melalui telepon. Percakapan berlangsung cukup lama. Kulihat tubuh Wang Doufu di lantai gemetar hebat, kedua matanya memancarkan permohonan yang menyayat hati.
Kutetahui ia ingin bicara. Kucabut masker medis yang menyumbat mulutnya dan bertanya, "Sudah memutuskan?"
Wajah Wang Doufu pucat pasi. Keringat deras membuat rambutnya kusut. Menahan sakit, ia berucap perlahan: "Bunuhlah aku..."
Kutertegun bertanya, "Hanya omong kosong ini?"
Sambil berbicara, aku kembali bersiap memasukkan masker, air mata Wang Doufu langsung mengalir deras: "Terlalu kejam, kau ini iblis! Wuu..."
Melihatnya kolaps menangis, aku tak kuasa menahan senyum, dengan tenang berkata: "Saat kau mengubah dua orang biasa ini menjadi hantu pemakan bangkai yang kau kendalikan, kau tak merasa kejam; saat kau memperlakukan manusia sebagai santapan meja makan, kau tak merasa kejam; saat kau tanpa alasan jelas menerobos masuk ke kantorku, menghancurkan semuanya berantakan, bahkan tak mengucapkan sepatah permintaan maaf, tetap tak merasa kejam. Mengapa baru sedikit menderita, kau sudah tak tahan? Iblis adalah sembahanmu, baiklah, untuk sementara kuanggap itu sebagai pujianmu padaku. Cacing dalam tubuhmu masih berkembang biak, perlu beberapa siklus lagi sebelum akhirnya menyantapmu. Jadi, kita masih perlu bersabar menunggu satu dua tahil..."
"Jangan, jangan!"
Mendengar deskripsiku, Tuan Wang Doufu menjadi tak berdaya seperti gadis kecil. Aku merebahkan badan, bola mata menatap tajam padanya, perlahan mengucap: "Di mana mereka?"
"Pukul dua dini hari, mereka akan datang menjemputku!" Akhirnya dia membuka mulut.
